Hadiah Sederhana buat Istriku
Istriku, dalam detik yang tak mungkin terhenti. Izinkan aku membuka peti diri, yang tersimpan dalam bumi hati-ku. Maafkan, kalau selama ini kau terhalang melihatnya, atau tak mampu kiaskan bunga-ragam maknanya. Karena bulan yang tak selalu purnama, atau matahari yang terhenti pada gerhana.
Istriku, jujur hati aku ungkapkan, kau adalah bunga dalam jambangan hati. Yang setiap saat kusiram dan kujaga. Ku ingin kau tetap bersemi dan mekar di sini. Dalam hati ini. Kau pemilik hati tegar, yang menjagaku dari bunga-bunga ayu di luar pagar.
Kau adalah obat pada hati yang teriris pedih. Kala dunia dukakan aku, atau jalan padas perjuangan retakkan tapak kaki. Kau teman beriring yang sanggup usapkan peluh yang mengalir, atau mata bersembab-merah yang tak sekadar ungkapkan duka dosaku.
Kau adalah berlian diantara emas dan perak yang terhenti pada karatnya. Kau mampu menyulam benang basah air mataku menjadi selimut indah yang menghangatkan hari-hari.
Kau hadir dalam genang rindu yang mengalir pada lautan cinta. Menghempaskan ombak yang mengukir padas dengan kata indah. Kau adalah pantai pada debur ombak yang menepi.
Sayang, sungguh takdir telah menggariskan kita bertemu. Saat aku tak pernah bayangkan tanah berpijak dan langit tempatku berteduh. Kau adalah rahasia tak terduga dalam bilik waktu dan rasa senada.
Tak terasa, sekian lama sudah kita bersama lewati hari-hari. Suka cita dan gelisah hati mewarnai biduk indah rumah tangga kita. Aku ingin persembahkan untukmu buah cinta berindu yang tak terhenti pada keluh.
Tapi maafkanlah, kalau aku tak sanggup sejajarkan diri dengan barisan laki-laki langit di firdaus-Nya. Ya, inilah aku, laki-laki apa adanya yang berusaha memintal hari dengan benang-benang kesetiaan dan janji. Maafkan, jika aku tak mampu bertahta yang sepantasnya dalam singgasana hatimu.
Aku bukanlah Sang Perkasa Al Fatih yang sanggup menaklukkan para jemawa di tanah romawi, menghancurkan benteng batu dan hati. Yang sanggup pancangkan panji-panji kemenangan pada setiap penjuru negeri.
Aku juga bukan Khalid bin Walid, yang sanggup melewati berjuta pedang pada tanah sempit dan lapang, tanpa sedikit pun kekalahan. Sang Panglima seribu peperangan yang disegani kawan dan lawan.
Atau aku bukanlah Sayyidina ’Ali, yang sanggup memadu kata indah dalam bait-bait syair yang memukau mempesona. Menjadikan Sang Pemalu, tak lagi sungkan menyunggingkan senyum indahnya. Seorang perayu beriman dengan intelektual brilian dan keberanian tanpa cela.
Maafkan, kalau aku tak mampu persembahkan hadiah istimewa untukmu di hari indah kita. Hanya kata sederhana yang terangkai apa adanya, dan tak seindah karya cipta pujangga.
Selamat memintal hari baru!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Metu asline.. Bangkit dr tidur yang panjang seolah akan meruntuhkan cakrawala hati.. Menggoyangkan air dalam hamparan gurun sang belahan jiwa... Jempol 4
Hahaha...Piye kabare Kang? Sama, Kang. Sosok aslimu yo metu. Ternyata kau tak hanya garangan dan perkasa memecahkan rumus-rumus, tapi puitis juga. Endi ki, karya puitise ndang diunggah di Gurusiana. Aku akan selalu menadi pembaca karyamu yang setia. :)
Sepurane dudu Garangan, tapi Garang hahaha
Sungguh untaian kata yang dirangkai begitu indah untuk belahan jiwa, istri tercinta. Luar biasa Pak...semoga berjodoh dunia akhirat ya Pak...aamiin
Amin. Terima kasih, Bu Marlupi. Semoga berkah!
Masyaallah, untaian kata indah bertabur cinta nan agung. Meski tak seperkasa Al Fatih dan tak juga segagah Khalid bin Walid atau tak seromantis perayu beriman Ali bin Abi Thalib, namun ketiganya telah menginspirasi pak guru untuk menjadi yang terbaik bagi sang istri. Semoga tumbuhan cinta di ladang hati pak guru bersama belahan jiwa selalu tumbuh subur dan berbunga indah tebarkan aroma yang tenangkan jiwa. Bahagia bersama di dunia hingga ke jannahNya. Salam srhat dan sukses selalu. Barakallah, pak guru.
Saya menjadi malu. Untaian kata Bu Raihana Rasyid bahkan lebih indah. Salam bahagia! Jazakillah wa barakallah!
So sweetttttttt.....
Huhuuiii
Subhanallah, tulisan yang cantik dan manis, so cute and sweet. In wonderful day ada puisi seindah ini, bunda akan klepek-klepek. Pandai kali bapak merangkai kata menyulam rasa. Salam sehat dan sukses selalu, barakallah.
Ah, Bunda Rita Indarwati bisa saja. Saya jadi malu. Terima kasih Bunda. Sukses dan bahagia selalu. Barakallah!