Khalid Wahyudin

Khalid Wahyudin hanya seorang guru sekolah gunung yang tengah berpacu dengan asa terindahnya. Sejak 2009 hingga kini, saat amanah sebagai abdi negara diterima...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ketika Facebook Jadi Tong Sampah

Ketika Facebook Jadi Tong Sampah

Terkadang Facebook tak ada bedanya dengan tong sampah. Tempat orang membuang kotoran hatinya: sumpah serapah, kemarahan, umpatan, cacian, makian, kegalauan, kekesalan, dan sejenisnya. Mungkin ada orang menganggap tindakan ini tak masalah. Itu hak asasi setiap manusia, begitu alasannya. Tak ada larangan, tak ada halangan. Bebas, meski mungkin kelewat batas.

Kita tak hidup di hutan rimba, hingga bisa berbuat sekehendaknya. Tak hidup di alam tanpa tuan, hingga bisa berbuat sembarangan. Kita tak hidup sendiri, hingga bisa berbuat sekehendak hati. Setiap ucapan dan tindakan ada nilai tanggungjawabnya. Seperti risi melihat sampah yang berserakan, begitu pun ketika beranda Facebook kita dipenuhi tumpukan status sampah. Risi dan jijik, bahkan muak. Ketika Facebook jadi tong sampah, keadaan seperti inilah yang akan dirasa.

Tak salah jika ada yang mengatakan bermain Facebook membutuhkan kedewasaan. Karena orang yang tak dewasa sering memicu masalah. Entah tua ataupun muda. Sebab dewasa tak kenal usia. Dewasa adalah soal cara bersikap dan berpikir, bukan cara untuk bebal dan pandir.

Tak bisakah sedikit bersabar memilih kalimat yang lebih pantas dan bermartabat. Agar kita terjaga dari amal mudarat dan mafsadat. Karena, kita tak pernah bisa memilah siapa pembaca tulisan kita: orang dewasa, remaja, atau anak-anak. Orang dewasa terbiasa memilah, remaja masih bisa menjaga, lalu anak-anak? Children see, children do. Anak melihat dan membaca, lalu ia mencontoh. Jangan sampai kita turut andil dalam menciptakan kerusakan generasi yang mungkin terjadi tanpa kita sadari.

Kalimat yang tertulis sangat mungkin menginspirasi orang lain untuk berbuat. Kalimat kotor yang terucap, tak jarang memancing balasan serupa. Cacian dibalas cacian, hinaan dibalas hinaan, terus begitu. Kalau pun luput dari itu, bisa membuat suasana hati orang lain tak nyaman dan gelisah.

Alangkah bijaknya, jika kalimat yang dituliskan adalah kalimat yang dapat membangkitkan energi positif pada diri orang lain. Sehingga, orang yang membaca atau melihatnya tak hanya mendapatkan faedah dan hikmah, juga pahala. Setiap perbuatan menuntut tanggung jawab. Tak ada alasan mengelak dari tanggung jawab ini. Kelak, manusia akan menanggung beban perbuatannya di hadapan-Nya.

Namun, di luar semua kekotoran itu. Tak jarang beranda Facebook dipenuhi wajah yang menawan dan indah seperti taman bunga. Terasa nyaman menikmati setiap helai lembarannya: seruan dakwah, ajakan kebaikan, kata-kata bijak yang menggugah spirit dan motivasi, tips atau bahkan semangat berbagi inspirasi.

Apa pun itu, sang pemilik akun Facebook itulah yang menjadi hakimnya. Membuatnya indah seperti taman bunga atau kotor seperti tong sampah. Jadi, memilih yang terbaik adalah langkah bijaksana yang layak dihargai. Dengan begitu, ia telah menanam budi bukan penyakit epidemi.

Betapa indah ungkapan dalam Alquran, perkataan yang baik laksana pohon yang baik dan halal (tayyibah). Buahnya segar, daunnya rindang, dan akar-akarnya menghunjam. Begitu pula kita berharap pada akun Facebook yang kita punya. Kullu napsin bimaa kasabat rohiinah. Wallahualam. (*)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jazakallah, Akh Khalid Wahyudin. Semoga Allah berikan kemampuan pada kita untuk bisa memilah yang terpuji dari tumpukan nan keji. Berikan juga kedewasaan berpikir dalam bertetangga di dunia maya, terutama dalam facebook. Bicara adalah hak mulut kita, tetapi berbatasan dengan hak telinga orang lain untuk mendengar kalimat yang baik. Begitu pun tulisan kita. Hak tangan torehkan kata, tetapi juga berbatasan dengan hak hati orang lain untuk membaca kalimat yang bermanfaat. Andaikan kita bersama menyadari, maka sampah-sampah tersebut tak seyogyanya terserak dalam dunia maya. Terkadang sebuah keburukan bertambah bukan karena pelakunya bertambah, tetapi karena banyak orang baik diam dan mendiamkan keburukan berjalan melenggang. Insyaallah, masih ada ribuan akun lain yang bertabur bunga, mendamaikan hati, menyejukkan jiwa. Bismillah, bersama menjadi bagian dari kebaikan, bersama menjadi bagian dari solusi, dan kedepankan adab di mana pun kita berkomunikasi dengan orang lain. Baik dalam dunia nyata maupun dunia maya. Terimakasih, artikel indah sarat pesan moral agar kita lebih bijak dalam penggunaan sosial media. Ayu tunggu artikel-artikel hebat berikutnya. Barakallah.

06 Jan
Balas

Jazakillah wa barakallah. Paparan yang bagus sekali, Bu Ayu. Bersama saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran.

07 Jan

Semoga kita semakin bijak dalam bermedsos, sehingga tidak hanya menjadi tong sampah sumpah serapah,..terima kasih pencerahannya Pak Khalid...mantaap...barakallah

07 Jan
Balas

Jazakillah khairan wa barakallah, Ukhty.

07 Jan

Ndak telaten facebookan, Pak. Hi... hi... biarlah. Mksh, semangat paginya,Pak.Sehat dan bahagia Pak Khalid, keluarga dan sahabat...

06 Jan
Balas

Terima kasih, Bu Fila. Sukses dan berkah, Bu Fila.

07 Jan

Di facebook itulah gambaran anak negeri ini, ada yang mencaci, ada yang memaki, ada yang iri, ada mau menang sendiri, ada yang tak perduli.tapi ada juga yang menasihati, ada yang menyemangati,dan akhirnya kita sadar diri.mohon maaf jika ada yang kurang berkanan dihati.Salam dari Medan. Barakallah saudaraku

06 Jan
Balas

Tak ada yang kurang dari paparang Bang Legimin Syukri ini. Malah mempertajam. Jazakallah khairan wa barakallah.

07 Jan

Salam kenal Bapak. Saya seorang facebooker aktif. Sekian waktu saya habis kan di medsos. Alhamdulillah sebagai guru saya berusaha menjadi kan fb saya indah bukan tong sampah Serta membuat branding yang baik tuk diri saya sendiri Mantap tulisn ny pak. Salam sukse selalu

07 Jan
Balas

Salam kenal balik, Bu Fera. Terima kasih telah mampir di gubuk saya. Jazakillah khairan wa barakallah.

08 Jan

Betul sekali pak Walid... harus pinter-pinter menahan diri...kalau udah ngadep di Facebook

06 Jan
Balas

Benar sekali. Terima kasih telah berkunjung ke gubuk saya.

07 Jan



search

New Post