Terjebak dalam Kepungan Ahli Hisap
Setiap pulang dari kondangan, istri selalu mengeluhkan bau rokok yang tanpa diundang menempel di baju. Padahal, awal berangkat, tak jarang baju diolesi minyak wangi lebih dulu. Namun, setelah tiba kembali di rumah, lagi-lagi ini yang terjadi.
"Ugh...baunya, bau rokok!" kata istriku.
“Ah…masa sih?” kucium kembali bajuku. Ternyata benar, bau rokok itu lekat sekali. Seperti menempel di baju.
Ringan saja saya menjawab, "Maklum, kalau kita berada dalam kepungan para ahli hisap, mesti begini nih kejadiannya, mau apalagi?,” kataku pasrah.
Biasanya dalam setiap hajatan, para tamu kondangan terbagi dalam dua golongan: ahli hisap dan ahli rukyat. Para ahli hisap berperan sebagai penyumbang utama asap. Sedangkan para ahli rukyat adalah golongan para pengamat. Terlihat seperti biasa saja. Tapi, tak jarang diam-diam mereka juga menggerutu sendiri.
Ada juga diantara para ahli rukyat ini yang tak bisa menyembunyikan ketaksukaannya. Merasa terganggu oleh asap rokok itu, mereka pun mengibas-ngibaskan tangan. Ada juga yang berpura-pura batuk sebagai tanda protes terselubung. Tak merasa berdosa, para ahli hisap ini justru mengisap rokoknya semakin dalam. Sangat menjengkelkan.
Sudah sering dikatakan racun rokok adalah pembunuh jutaan manusia di seluruh dunia. Namun, fakta ini ternyata tak cukup membuat kapok para perokok. Catatan fakta itu seperti tak berarti. Menjadi sekadar data statistik yang tak mampu mengusik kenikmatan merokok sama sekali. Para ahli hisap itu pun tetap menjadi penguasa panggung kondangan. Entah sampai kapan? Semoga tak kapok mendatangi kondangan lagi. (*)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Para ahli hisap lebih memilih tak makan daripada tak merokok. Fatsun yang mereka yakini jelas dan pasti "merokok akan mati, tidak merokok pun mati, jadi merokok saja". Yo wis, tak bisa berhenti kecuali ada kesadaran pribadi atau ultimatum dari istri.
Ahli rukyat hanya bisa memandang dengan (sedikit) kesal. Para ahli hisap layak untuk berpikir dan lebih berempati dengan orang lain yg tak sadar telah dizalimi. Jazakillah khairan wa barakallah.
Alhamdulillah saya bukan perokok, tetapi saat ahli hisap itu eksis, bencana mengancam. Perokok fasif resiko terjangkit berkali-kali lipat resikonya. Jika bau dipakaian masih bisa di cuci. Jika di paru-paru, rumah sakit obatnya. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah.
Benar sekali adanya, Mas Mulya. Amin. Sukses dan bahagia selalu, juga untuk Mas Mulya. Barakallah.
Pak Khalid ahli hisap tidak ya? Semiga suatu saat mereka menyadari apa yang dilakukan tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga orang di sekitar mereka. Sehat dan sukses...barakallah
Saya ahli rukyat, Bu. Dulu, waktu SD sempat tergoda karena ulah teman-teman yang merokok. Ingin merokok juga. Tapi, takdir berkata lain. Mencoba pertama kali, setelah itu seterusnya tidak sama sekali. Kapok dengan bau mulut akibat merokok yang tak hilang dalam tiga hari ketika itu. Jazakillah khairan.
Satu fakta yang membuktikan bahwa ahli hisap fakir akan rasa kepedulian terhadap sesama. Tidak lagi bisa merasakan bahwa ia sudah tebarakan racun pada sekeliling. Bahkan bisa sangat ego dengan keluarga sendiri. Banyak yang tak bisa berikan uang belanja, namun rokok tak pernah henti. Konon pula membayar uang sekolah ataupun LKS tak terlakoni, namun ahli hisap terus saja tak bisa berhenti. Ma'af, Pak Guru jadi curhat. Alhamdulillah, di rumah bebas asap rokok bahkan ada tulisan "Dilarang Merokok" tertempel di dinding ruang tamu. Insyaallah, tak kan kapok menghadiri kondangan karena salah satu kewajiban. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Pak Guru.
Benar, Bunda Raihana. Insyaallah akan tetap kondangan. Hanya saja agak sebel juga kalau jatuh pada fakta serupa. Berharap para ahli rukyat tetap bersabar hehehe. Jazakillah khairan wa barakallah.
Benar sekali Pak. Para ahli hisab, benar-benar tidak punya rasa toleransi dalam diri, maunya ia yang dipahami untuk tetap merokok. Padahal justru perokok pasif yang menerima akibat buruknya. Saya paling gak suka dengan asap rokok dan tak kuat, makanya bila di ruang guru ada yang merokok, saya mesti keluar, tak tahan, sesak nafas. Sukses selalu dan barakallah
Benar tak salah, Bu Siti Ropiah. Jazakillah khairan wa barakallah.
Waduh..emak2 paling sebel nih..harus siap menutup hidung ketika kondangan...Semoga selalu sehat dan menginspirasi..Barakallah.
Benar. Dan, itu terjadi hampir setiap kali datang dari kondangan. Kadang berpikir, bisa tidak lepas dari asap rokok saat kondangan. Ternyata tak bisa. Itu sudah menjadi kebiasaan. Jazakillah khairan. Barakallah.
Benar. Dan, itu terjadi hampir setiap kali datang dari kondangan. Kadang berpikir, bisa tidak lepas dari asap rokok saat kondangan. Ternyata tak bisa. Itu sudah menjadi kebiasaan. Jazakillah khairan. Barakallah.
Perokok mungkin perlu melihat situasi dimana dan kapan ia jangan merokok, pak...
Benar, Pak Edi. Kadang sembarangan, tak lihat kiri kanan. Sehat selalu, Pak. Sukses dan bahagia.
Yah, beginilah kehidupan di kampung. Populasi perokok lebih banyak ketimbang yang tidak. Hampir setiap pertemuan pasti akan ada even "urun mendung" agar cepat hujan. Begitulah canda mereka. Namun kita lah yang kena getahnya. Minimal baju yang bau rokok.
Hahaha...mau bagaimana lagi. Kalau kata Dono Kasino Indro, maju kena mundur kena. Capek deh. Terima kasih telah mampir Pak Warnoto.
Melangkahlah,kemana hati ingin melangkah Go a Head...
Go a head, grak! Jazakillah khairan. Barakallah.
Hehe...tergelitik dengan sebutan ahli hisap dan ahli rukyat. Salam semangat menulisss!!!
Jiahhahhaa...saya termasuk ahli rukyat yang hanya bisa melihat sambil menggerutu sebal. Semangat!