Khalimatus Sa'diyah

Nama : Khalimatus Sa'diyah Alumnus IAIN Sunan Ampel tahun 1992 Alumnus Universitas Negeri Malang tahun 2009...

Selengkapnya
Navigasi Web
Analogi Inspiratif - Buah Apel dan Bintang

Analogi Inspiratif - Buah Apel dan Bintang

Di lapangan bola basket, tanpa mengenakan seragam olah raga, anak-anak kelas XI IPS 2 berkerumun menunggu Pak Karim Amiruddin yang akan memperagakan salah satu pelajaran dari buku “Gurunya Manusia karangan bapak Munif Chatib”. Pak Karim akan melemparkan setumpuk gambar apel yang berwarna-warni. Ada gambar apel yang berwarna merah, hijau, kuning, hitam, biru, coklat, dan ada 1 warna apel yang berwarna emas.

“Anak-anak, coba perhatikan, bapak akan melempar gambar-gambar apel ini, dalam hitungan ketiga, kalian harus ambil sebanyak-banyaknya gambar apel tersebut. Faham anak-anak?”

“Faham... pak”, serentak anak-anak menjawab.

“Satu....., dua...., tiga...!” instruksi pak Karim sambil melemparkan gambar-gambar tersebut.

Dengan cekatan mereka menangkap dan memungut gambar-gambar apel sebanyak-banyaknya.

“Ayo... anak-anak, sudah tertangkap semua gambarnya?” tanya pak Karim.

“Sudah ... pak”, sahut anak-anak yang membawa gambar apel. Sementara anak yang tidak bisa menangkap gambar apel masih menoleh ke teman-teman lainnya.

Pak Karim mengajak anak-anak untuk masuk kelas kembali.

Setelah semua anak sudah duduk di kursinya masing-masing. Pak Karim menyampaikan selamat kepada anak-anak yang sudah berhasil mendapatkan gambar-gambar apel tersebut.

“Siapa yang mendapatkan gambar apel paling banyak?”

“Saya ... dapat 3, saya... hanya 1, saya ... dapat 12 gambar, Pak... saya dapat apel emas, sa...ya dapat yang hitam, pak.” Begitu jawaban anak-anak yang sangat antusias.

Karena pak Karim melihat ada anak yang tidak mendapatkan gambar, maka pak Karim memberi kesempatan kepada anak-anak yang mendapatkan banyak gambar apel itu untuk berbagi dengan temannya.

“Anak-anak, saya kasih waktu 3 menit untuk saling berbagi dengan temannya, saya tahu sih, kalian mendapatkan gambar-gambar itu dengan jerih payah kalian, Tapi, ya ... terserah kalian mau berbagi atau tidak. Kalian yang tidak punya gambar boleh berusaha untuk minta ke taman-teman kalian, ya itu kalau temannya ikhlas”. Papar pak Karim.

Anak-anak mulai bergerak untuk mendapatkan gambar-gambar apel itu, ada yang merayu temannya, meminta dengan memelas, ada juga yang mengancam temannya. Zulfikar, yang mendapatkan gambar apel emas itupun terbujuk oleh rayuan maut dari aji teman sebangkunya. Aji bersedia menjemput Zulfikar untuk berangkat bersama-sama selama 1 minggu, kalau dia mau memberikan gambar apel emasnya itu. Dengan berat hati Zulfikar memberikan gambar apel emas itu. Sementara Ihsan memberikan apel warna hitamnya kepada Malik.

Setelah 3 menit berlangsung acara meminta dan memberi, anak-anak kembali ke bangkunya. Pak Karim menuliskan nilai masing-masing warna apel di papan tulis. Semua siswa tampak memperhatikan angka yang ditulis oleh pak Karim. Nilai apel merah=5, apel hijau=10, biru=20, dan hitam=50. Wow... kelaspun menjadi ramai, akibatnya mereka bersorak saat menghitung nilainya. Ada anak yang sangat gembira dan ada yang bersedih.

Lalu dilanjutkan dengan pertanyaan berikutnya, “Siapa yang memegang apel paling banyak?” Beberapa anak mengangkat tangannya. “Bagaimana caranya kalian bisa mendapatkan gambar sebanyak itu?” tanya pak Karim.

“Dengan meminta teman-teman pak”. Jawab anak-anak.

“Siapa yang dapat gambar apel paling sedikit?” tanya pak Karim kembali.

Iqbal mengangkat tangannya, sambil berkata “Tadi saya dapat 10 gambar pak, tapi sekarang hanya tinggal 2 saja.”

“Kok bisa?” sahut pak Karim.

“Saya berikan Syarifah sama Amel... pak”.

Maka pak Karim memberikan nilai: Yang memegang gambar apel paling banyak nilainya minus 500, sebaliknya yang memegang gambar apel paling sedikit nilainya plus 500. Sedangkan yang memegang gambar apel emas nilainya .... minus 1.000. Anak-anak menjadi tercengang keheranan.

“Anak-anakku sekalian, coba bayangkan apa yang terjadi jika nilai-nilai itu bapak sampaikan di awal sebelum bapak melemparkan gambar-gambar apel tadi?, tentu kalian tidak akan berebut, kalian tidak akan mengambil apel emas, kalian akan berebut mengambil apel yang hitam, kalian tidak akan meminta-minta ke temannya”.

Dengan penuh hikmat anak-anak menyadari apa yang baru saja mereka lakukan. Maka saat yang tepat pak Karim menyampaikan isi materinya.

“Anak-anakku yang baik, ketahuilah, bahwa:

1. QS. Al-Buruj [85] : 16Ibn Katsir

فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ

Allah SWT maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya.

2. Dalam beramal kita harus ikhlas.

Ikhlas merupakan ruh dari setiap amalan, karena niat ikhlas ini yang akan menentukan diterima atau tidaknya suatu amal ibadah kita dihadapan Allah Subhanahu wata’ala. Maksudnya, Salah satu syarat diterimanya amal adalah amal tersebut dilakukan ikhlas semata-semata mengharap ridho Allah Subhanahu wata’ala.

3. Orang yang memberi lebih baik dari pada orang yang meminta.

“Hadits riwayat Abdullah bin Umar Radhiyallahu’anhu: Bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam ketika berada di atas mimbar, beliau menuturkan tentang sedekah dan menjaga diri dari meminta. Beliau bersabda: Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan yang di atas adalah yang memberi dan yang di bawah adalah yang meminta”.

Kemudian pak Karim mengeluarkan 2 buah apel dari dalam tas beliau. Satu apel yang berwarna merah dan masih segar, dan yang satunya apel yang sudah kusut dan busuk. Pak Karim menunjukkan kedua apel tersebut sambil bertanya: “Anak-anak, apel yang manakah yang akan kalian pilih?” Semuanya menjawab: “Yang merah dan masih segar”. Lalu pak Karim memmotong apel merah itu, dan berkata: “Lihatlah, anak-anakku, di dalam apel merah ini ada bintang lambang kesuksesan”.

“Bagaimana dengan apel busuk, yang kalian hindari?” Setelah dibelah menjadi dua, apel busuk itupun juga ada bintangnya. Apel busuk inipun juga punya biji, yang dari biji itulah akan tumbuh apel baru yang akan berbuah lebat.

Pak Karim bertanya: “Pelajaran apa yang kita ambil dari sini?”

Apel yang bagus punya bintang, yang busukpun juga punya bintang, itu artinya....

Kita semua punya bintang, marilah kita munculkan bintang-bintang kita, dan tinggalkanlah sisi buruk kita masing-masing. Bersinarlah dengan bintang-bintang kalian. Semoga bermanfaat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post