Khalimatus Sa'diyah

Nama : Khalimatus Sa'diyah Alumnus IAIN Sunan Ampel tahun 1992 Alumnus Universitas Negeri Malang tahun 2009...

Selengkapnya
Navigasi Web
Analogi Inspiratif - Bunga Mawar dan Kuncupnya

Analogi Inspiratif - Bunga Mawar dan Kuncupnya

Tanpa disadari, pada saat pembelajaran berlangsung, guru yang mengajar justru sering kali mendapat pelajaran dari siswanya sendiri. Hal inilah yang dirasakan oleh ibu Hidayati, guru Bahasa Inggris di kelas X-Bahasa. Recount Text adalah salah satu materi yang diajarkan ibu Hidayati di kelas tersebut. Ketika sesi presentasi berlangsung, masing-masing siswa diminta untuk mempresentasikan hasil karangannya tentang pengalaman mereka sendiri, ada satu karangan siswa yang tidak bisa dilupakan oleh ibu Hidayati. Karangan itu adalah karya Kartika.

Sebenarnya, Kartika adalah anak yang biasa-biasa saja di kelasnya. Nilai akademisnya juga tidak terlalu tinggi, kemampuan berbahasa Inggrisnya pun sedikit di atas KKM. Belakangan ini, Kartika sangat pasif, cenderung diam dan apatis. Tak jarang dia tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Namun, kali ini dia tampil sangat luar biasa, dia mampu menceritakan pengalaman hidupnya dengan begitu memukau. Teman-teman yang lain di kelas itu juga merasakan ada peningkatan yang sangat drastis. Kartika tampak sangat menguasi materi, alur ceritanya sangat runtun, dan ekspressinya begitu sempurna. Sampai-sampai semua yang mendengarkan ceritanya hanyut terbawa dalam imaginasinya.

Kartika memulai presentasinya dengan menyebutkan namanya. “Namaku Kartika, aku adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Ayahku seorang pekerja swasta dan ibuku seorang penjual sayur di pasar pagi dekat rumahku. Masa kecilku adalah masa yang sangat indah. Semua keinginanku selalu dipenuhi oleh orang tuaku. Baju-bajuku, sepatuku, tas sekolahku, semuanya bagus-bagus dan bermerk ternama. Saat ayahku masih menjadi tangan kanan seorang manajer perusahaan pabrik kain terbesar di kota ini. Ya… “wastra Indah” namanya, kenang Kartika. Aku masih ingat nama itu tertulis megah dengan warna biru di sisi bus perusahaan. Nama itu juga membawa keindahan keluargaku. Hampir setiap akhir pekan aku bersama adikku selalu diajak jalan-jalan menikmati keindahan panorama kota Batu yang indah, penuh dengan bunga dan pohon apel. Ketika pulangpun ibuku mesti membeli makanan dan juga mainan yang aku suka”. Wajah Kartika tampak cerah mengenang kebahagiannya masa lalu.

“Roda kehidupan selalu berputar, setelah roda itu di atas, pasti ia akan berada di bawah”. Itulah kalimat yang terucap berikutnya. Raut muka Kartika mulai berubah, agak muram dan sudah jelas itu mengekpresikan perasaan kecewanya. Kebangkrutan yang menimpa perusahaan pabrik kain itu juga yang membuat keadaan keluargaku juga berubah. Di awal perubahannya masih belum begitu terasa. Semuanya masih bisa berjalan seperti biasanya. Namun, setelah 1 tahun, 2 tahun, dan seiring bertambahnya hitungan tahun ternyata sekarang ini, keluargaku mencapai titik nadir. Hingga kemarin akupun harus berjalan kaki saat aku berangkat dan pulang sekolah, meski jaraknya juga lumayan jauh.

Setiap hari, aku berangkat ke sekolah lebih pagi dari teman-temanku, karena aku harus berjalan kaki. Sekolahku dimulai pukul 06.45 dan berakhir pukul 14.15 menit. Karena masih ada tugas sekolah akupun kadang-kadang pulang jam setengah empat sore. Sore itu rintik hujan sudah mulai membasahi tanah di halaman sekolah. Karena hanya hujan gerimis saja, maka aku putuskan aku tetap pulang saja. Bunyi keroncongan perut yang menahan lapar inilah yang memaksaku untuk segera bergegas pulang. Di tengah jalan ternyata hujan semakin deras. Akupun berhenti di depan rumah seorang warga yang tidak jauh dari sekolah. Aku duduk di teras rumah itu, sambil menunggu hujan reda. Pandanganku tergoda oleh indahnya warna-warni bunga di sekitar rumah itu. Aku perhatikan bunga-bunga itu sangat segar. Tetesan air hujan ini seakan membawa anganku untuk berfikir jauh tentang bunga-bunga ini.

Aku memperhatikan bunga mawar yang mekar, sedangkan di sekitarnya masih ada kuncup-kuncup bunga yang masih belum mekar. Aku berfikir bahwa bunga ini sangat indah, tapi mengapa berduri? Ya…. rupanya dengan duri-duri inilah, Allah menjaganya. Menjadikan bunga ini aman dari serangan tanga-tangan yang tidak sabar untuk memetiknya, seperti tanganku saat ini. Warna-warni bunga mawar itu menambah keindahan alam. Bunga-bunga ini mengerti kapan mereka akan bermekaran dan sanggup menunggu dengan sabar kapan kuncup-kuncup ini siap membuka kelopaknya.

Tanpa terasa, hujanpun mulai reda. Akhirnya, aku melanjutkan perjalananku pulang. Tapi, fikiranku masih teringat pada bunga mawar dan kuncup-kuncupnya tadi. Andaikan kuncup bunga mawar itu aku petik, maka tidak akan ada bunga mawar yang mekar lagi. Anganku masih menerawang pada “Bunga-bunga bermekaran dan berguguran ketika saatnya tiba dan mereka tampak indah dalam bentuknya sendiri. Bagaimana bisa sebuah bunga lebih indah dari bunga yang lain, atau bahkan paling indah dari semua bunga?”

Bunga-bunga itu, sebuah analogi ideal bagiku yang telah dikirim oleh Allah SWT untukku, untuk menggambarkan tentang impianku, anganku, pengharapanku, dan kesabaranku yang ada pada diriku. Semua itu, hanya masalah waktu. Aku tak mau kalah dengan sang bunga mawar dan kuncup-kuncupnya itu. Aku akan menunggu musimku -seperti bunga-bunga itu yang mengerti kapan mereka akan bermekaran.

“Tak ada bunga yang memiliki keindahan lebih dari bunga yang lain. Setiap bunga memiliki keindahan tersendiri. Setiap bunga mekar ketika musimnya tiba.”

Jika saat ini aku merasa tertinggal dari teman-temanku? Kalaulah saat ini aku merasa telah menyia-nyiakan waktu sementara teman-temanku mulai melangkah menuju kesuksesan? Jika benar aku berpikir demikian, aku mesti ingat bahwa aku memiliki masa mekarku sendiri, begitu juga dengan teman-temanku. Saat ini mungkin musimku belum datang, tetapi ia pasti akan datang ketika kuncupku terbuka. Mungkin kuncup itu mekar lebih lama dari yang lain, tetapi ketika sampai pada waktunya, aku akan mekar dengan begitu indah dan menawan seperti bebungaan lain yang telah mekar sebelum diriku. Jadi, aku akan angkat kepalaku dan bersiap menyambut musimku.

Terima kasih Ya Allah…. Engkau telah tunjukkan kepadaku jalan untuk bangkit dari keputusasaanku. Ya Allah…. Ya Robbi…. Ampunilah segala dosaku yang selama ini tidak bersyukur kepada-MU.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Nice to meet you.. subhanallah bu ...

02 Apr
Balas

Nice Bu Halimah...

01 Apr
Balas

Thanks berat bu Yayuk. هدا من فضل ربي Semua itu dari kemuliaan Allah

02 Apr
Balas

Alhamdulillah, Kupunya bu Rini hinggap di bunga mawarku. Thanks bu Rini.

02 Apr
Balas



search

New Post