Khalimatus Sa'diyah

Nama : Khalimatus Sa'diyah Alumnus IAIN Sunan Ampel tahun 1992 Alumnus Universitas Negeri Malang tahun 2009...

Selengkapnya
Navigasi Web
Analogi Inspiratif – Lebah dan Lalat

Analogi Inspiratif – Lebah dan Lalat

Hujan rintik-rintik yang membasahi pelataran sekolah, membuat Anggi harus bersabar menunggu hujan reda. Anggi yang rumahnya tidak jauh dari sekolah itu, berangkat dan pulang sekolahnya, cukup dia jalani dengan jalan kaki saja. Setelah agak reda, Anggi langsung mengangkat tas punggungnya dan segera beranjak dari tempat duduknya. Kali ini, Anggi tidak langsung pulang, karena ada tugas dari guru mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, untuk menemukan intisari dan penjelasan ayat 68-69 dari Al-qur’an Surat An Nahl.

Tepat di pertigaan arah menuju rumahnya, Anggi belok ke warnet ‘Latansa’. Di situlah Anggi mengerjakan tugasnya. Anggi mulai membuka computer dan mencari beberapa artikel terkait dengan tugasnya. Penjelasan yang dibuat Anggi, dituangkan dalam bentuk kesimpulan sebagai berikut.

Kita semua tentu pernah melihat lebah dan juga pernah melihat lalat. Kedua binatang ini memiliki persamaan dan juga memiliki perbedaan. Persamaannya adalah kedua hewan ini memiliki sayap, artinya ia menggunakan sayapnya untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Sama-sama bertubuh mungil, sama-sama masuk golongan hewan serangga, dan ada beberapa perbedaan lain yang akan kita temui di kedua mahluk ini. Perbedaan diantara dua hewan ini juga banyak, satu perbedaan yang mendasar di antara keduanya adalah kontribusi mereka kepada lingkungannya. Kita semua tahu bahwa lebah adalah hewan yang mengambil sari bunga untuk dijadikan madu. Artinya yang diambil dan diolah oleh lebah adalah bahan yang baik. Kemudian lebah juga memakan madu, artinya apa yang ia makan adalah sesuatu yang baik pula. Dan yang mereka keluarkan adalah madu untuk manusia, yang kita ketahui bersama, madu adalah obat dari banyak penyakit. Jadi, lebah adalah hewan yang memakan yang baik, mengumpulkan sesuatu yang baik, dan mengeluarkan yang baik.selain itu, di mana ia hinggap tidak ada dahan yang patah. Artinya hidup lebah penuh manfaat bagi lingkungannya. Banyak pihak yang diuntungkan dengan adanya lebah. Lain halnya dengan lalat. Seperti kita ketahui bersama, lalat adalah hewan yang banyak tinggal atau hidup di tempat yang kotor. Ia makan, hinggap dan mengumpulkan yang kotor. Apa yang keluar dari dirinya adalah penyakit. Bukan berarti tidak ada manfaat dari lalat, kita tidak melihat sisi itu sekarang. Kita hanya melihat dari sisi masukan dan keluaran dari hewan lebah dan lalat. Itulah lalat, apa yang ia makan adalah bahan yang kotor, ia senang tinggal di tempat yang kotor, dan kebanyakan ia membawa banyak penyakit dan menyebarkan penyakit itu ke lingkungan lain. Kadang ia menjadi masalah di satu tempat. Tidakkah kita perhatikan tingkahlaku alam sekitar kita. Semua yang diciptakan oleh-Nya memiliki arti bagi kita. Semuanya mengandung hikmah yang patut kita camkan dan kita renungkan bersama. Kawan, pernahkan kita perhatikan sosok se-ekor lebah? Lebah banyak mengajarkan pada diri kita bagaimanakah hendaknya hidup itu. Dari lebah kita akan banyak belajar bagaimana kita dapat menyelami arti kehidupan kita di dunia ini

Rasulullah saw. bersabda, "Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya)." (Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar)

Seorang mukmin adalah manusia yang memiliki sifat-sifat unggul. Sifat-sifat itu membuatnya memiliki keistimewaan dibandingkan dengan manusia lain. Sehingga di mana pun dia berada, kemana pun dia pergi, apa yang dia lakukan, peran dan tugas apa pun yang dia emban akan selalu membawa manfaat dan maslahat bagi manusia lain. Maka jadilah dia orang yang seperti dijelaskan Rasulullah saw., "Manusia paling baik adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain." Kehidupan ini agar menjadi indah, menyenangkan, dan sejahtera membutuhkan manusia-manusia seperti itu. Menjadi apa pun, ia akan menjadi yang terbaik; apa pun peran dan fungsinya maka segala yang ia lakukan adalah hal-hal yang membuat orang lain, lingkungannya menjadi bahagia dan sejahtera. Sifat-sifat yang baik itu antara lain terdapat pada lebah. Rasulullah SAW dengan pernyataanya dalam hadits di atas mengisyaratkan agar kita meniru sifat-sifat positif yang dimiliki oleh lebah. Tentu saja, sifat-sifat itu sendiri memang merupakan ilham dari Allah SWT seperti yang Dia firmankan, "Dan Rabbmu mewahyukan (mengilhamkan) kepada lebah: 'Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu).' Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan." (An-Nahl: 68-69) Sekarang, marilah kita bandingkanlah ‘apa yang dilakukan lebah’ dengan ‘apa yang seharusnya dilakukan seorang mukmin’ seperti berikut ini: Hinggap di tempat yang bersih Lebah hanya hinggap di tempat-tempat pilihan. Dia sangat jauh berbeda dengan lalat. Serangga yang terakhir amat mudah ditemui di tempat sampah, kotoran, dan tempat-tempat yang berbau busuk. Tapi lebah, ia hanya akan mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau tempat-tempat bersih lainnya yang mengandung bahan madu atau nektar. Begitulah pula sifat seorang mukmin. Allah SWT berfirman: Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah: 168) (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-A'raf: 157) Karenanya, jika ia mendapatkan amanah dia akan menjaganya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan melakukan korupsi, pencurian, penyalahgunaan wewenang, manipulasi, penipuan, dan dusta. Sebab, segala kekayaan hasil perbuatan-perbuatan tadi adalah merupakan khabaits (kebusukan).

Mengeluarkan yang bersih. Siapa yang tidak kenal madu lebah. Semuanya tahu bahwa madu mempunyai khasiat untuk kesehatan manusia. Tapi dari organ tubuh manakah keluarnya madu itu? Itulah salah satu keistimewaan lebah. Dia produktif dengan kebaikan, bahkan dari organ tubuh yang pada binatang lain hanya melahirkan sesuatu yang menjijikan. Belakangan, ditemukan pula produk lebah selain madu yang juga diyakini mempunyai khasiat tertentu untuk kesehatan: liurnya! Seorang mukmin adalah orang yang produktif dengan kebajikan. "Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan." (Al-Hajj: 77) Al-khair adalah kebaikan atau kebajikan. Akan tetapi al-khair dalam ayat di atas bukan merujuk pada kebaikan dalam bentuk ibadah ritual. Sebab, perintah ke arah ibadah ritual sudah terwakili dengan kalimat "rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu" (irka'u, wasjudu, wa'budu rabbakum). Al-khair di dalam ayat itu justru bermakna kebaikan atau kebajikan yang buahnya dirasakan oleh manusia dan makhluk lainnya. Segala yang keluar dari dirinya adalah kebaikan. Hatinya jauh dari prasangka buruk, iri, dengki; lidahnya tidak mengeluarkan kata-kata kecuali yang baik; perilakunya tidak menyengsarakan orang lain melainkan justru membahagiakan; hartanya bermanfaat bagi banyak manusia; kalau dia berkuasa atau memegang amanah tertentu, dimanfaatkannya untuk sebesar-besar kemanfaat manusia. Tidak pernah merusak Seperti yang disebutkan dalam hadits yang sedang kita bahas ini, lebah tidak pernah merusak atau mematahkan ranting yang dia hinggapi. Begitulah seorang mukmin. Dia tidak pernah melakukan perusakan dalam hal apa pun: baik material maupun nonmaterial. Bahkan dia selalu melakukan perbaikan-perbaikan terhadap yang dilakukan orang lain dengan cara-cara yang tepat. Dia melakukan perbaikan akidah, akhlak, dan ibadah dengan cara berdakwah. Mengubah kezaliman apa pun bentuknya dengan cara berusaha menghentikan kezaliman itu. Jika kerusakan terjadi akibat korupsi, ia memberantasnya dengan menjauhi perilaku buruk itu dan mengajukan koruptor ke pengadilan. Bekerja keras Lebah adalah pekerja keras. Ketika muncul pertama kali dari biliknya (saat "menetas"), lebah pekerja membersihkan bilik sarangnya untuk telur baru dan setelah berumur tiga hari ia memberi makan larva, dengan membawakan serbuk sari madu. Dan begitulah, hari-harinya penuh semangat berkarya dan beramal. Bukankah Allah pun memerintahkan umat mukmin untuk bekerja keras? "Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain." (Alam Nasyrah: 7) Kerja keras dan semangat pantang kendur itu lebih dituntut lagi dalam upaya menegakkan keadilan. Karena, meskipun memang banyak yang cinta keadilan, namun kebanyakan manusia -kecuali yang mendapat rahmat Allah- tidak suka jika dirinya "dirugikan" dalam upaya penegakkan keadilan.

Bekerja secara kolaboratif dan tunduk pada satu pimpinan Lebah selalu hidup dalam koloni besar, tidak pernah menyendiri. Mereka pun bekerja secara kolektif, dan masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Ketika mereka mendapatkan sumber sari madu, mereka akan memanggil teman-temannya untuk menghisapnya. Demikian pula ketika ada bahaya, seekor lebah akan mengeluarkan feromon (suatu zat kimia yang dikeluarkan oleh binatang tertentu untuk memberi isyarat tertentu) untuk mengudang teman-temannya agar membantu dirinya. Itulah seharusnya sikap orang-orang beriman. "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (Ash-Shaff: 4) Tidak pernah melukai kecuali kalau diganggu Lebah tidak pernah memulai menyerang. Ia akan menyerang hanya manakala merasa terganggu atau terancam. Dan untuk mempertahankan "kehormatan" umat lebah itu, mereka rela mati dengan melepas sengatnya di tubuh pihak yang diserang. Sikap seorang mukmin: musuh tidak dicari. Tapi jika ada, tidak lari. Bagaimana dengan Karakter Lalat? Beda halnya dengan makhluk Allah yang satu lagi, yaitu lalat. Saat mendengar atau melihat lalat, yang terbesit dalam fikiran kita hanyalah "mereka kotor", "mereka jorok", dan sebagainya. Ya, itu betul. Pernahkan kita dihinggapi lalat pada luka kita, meskipun setelah kita mandi? Itu dikarenakan lalat hanya hinggap pada tempat yang kotor meski pada lingkungan bersih sekalipun. Perhatikan kalimat penyair berikut ini :

Seburuk-buruk manusia adalah yang hanya sibuk mencari aib/kekurangan orang lain…

Seperti lalat yang hanya memperhatikan bagian luka saja... Selalu saja matanya tertarik dengan melihat keburukan..… Maka tidaklah ia memandang kecuali perbuatan buruk dan kesalahan... Tidaklah matanya melihat kecuali keburukan-keburukan kita... Bahkan ia senang jika melihat kotoran-kotoran dan ketergelinciran... Ia mengikat manusia dengan belenggu yang menahan mereka ... untuk bangkit dan menjadikan orang-orang selalu merasa gagal...

Itulah kedua hewan lebah dan lalat yang Allah berikan sebagai pelajaran untuk kita manusia. Kedua hewan ini sudah memberikan bukti bahwa apa yang kita makan akan di mana kita tinggal, apa yang kita kumpulkan. Kesemua itu akan membentuk diri kita sebenarnya. Apa yang keluar dari diri kita adalah cerminan dari apa yang kita makan dan lingkungan kita. Kadang juga kita sering tidak sadar kalau kita sudah menjerumuskan diri kita menjadi seperti lalat. Hidup di tempat yang kotor, makan-makanan yang kotor (haram), sehingga buah pikiran atau tindakan kita akan kotor pula.

Hiduplah seperti lebah dan jangan hidup seperti lalat, agar hidup selamat dunia akhirat. Aamiiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Amiiiiinnn..... lanjuuut bu haaa..

08 Apr
Balas

Aaamiiin....Wa insyaallah.

08 Apr
Balas



search

New Post