Khatijah, S.Pd

Khatijah adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 1 Tapen Bondowoso Jawa Timur. Menulis adalah hal yang menjadi hoby. Kegiatan menulis yang pal...

Selengkapnya
Navigasi Web
Serpihan Cinta di Langit Saga

Serpihan Cinta di Langit Saga

Serpihan Cinta di Langit Saga

Part 9

Oleh: Khatijah

“Kita bersembunyi di sebelah sana!”

Dewanda mengajak gadis di depanya berpindah tempat.Namun, gadis itu tidak sanggup untuk berjalan. Badannya masih terlalu lemas., karena nyaris seharian tidak mendapatkan nutrisi. Dewanda pun memaklumi, tapi kekhawatirannya memuncak ketika bayangan hitam itu kian mendekat.

“Hei siapa di situ?” teriak bayangan hitam yang berjarak kurang dari lima meter itu. “Kalian berdua-duan di tempat sepi begini. Kalian bukan muhrim kan? Ayo, cepat pulang!”

Dewanda agak lega sebab yang datang dan berbicara lantang itu bukan lelaki yang mencari gadis yang ditolongnya.

“Maafkan kami, Pak. Kami memang bukan muhrim, tapi tidak ada maksud apa-apa kecuali saya hanya menolongnya. Dia terancam jiwanya karena perbuatan lelaki misterius yang telah menculiknya. Kami bingung karena sudah kemalaman. Bisakah Bapak menolong kami. Dia masih sangat lemah!” Dewanda mengatakan hal yang sebenarnya kepada lelaki di depannya.

Mendengar ucapan Dewanda, laki-laki itu tidak langsung percaya. Namun, terus meminta penjelasan baik kepada Dewanda maupun kepada gadis di sebelahnya. Dalam keremangan malam, laki-laki itu mencoba mengamati gadis itu lalu menanyainya.

“Siapa nama kamu? Benarkah yang dikatakan temanmu itu?”

Gadis itu terkesiap. Dia berusaha mengumpulkan energi untuk membangun tenaganya. Dengan suara lemah dia menjawab pertanyaan lelaki yang hampir tidak dapat dikenali wajahnya itu.

“Nama saya Ratih. Dewi Ratih,” jawabnya dengan suara terbata-bata. Belum sampai selesai dia berbicara, tiba-tiba tubuhnya terguling dari posisi duduknya. Dia pingsan lagi.

Dewanda panik. Demikian juga dengan lelaki tak dikenal itu. Lalu mereka berdua berusaha mencari solusi.

“Gini saja, cepat kamu bawa anak ini ke rumah singgahku. Tidak jauh dari sini. Ayo, ikut aku!”

Buru-buru Dewanda menggendong gadis itu. Langkahnya tertatih-tatih Karena berjalan tanpa penerangan. Beruntung rembulan mulai menampakkan wajahnya di langit sebelah timur. Namun, mendung sesekali menutupnya hingga menghalanginya sinarnya ke bumi.

Bondowoso, 27 November 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ceritanya, bu Khotijah. Ditunggu kelanjutannya. Salam sukses selalu!

27 Nov
Balas

Terima kasih supportnya, Bu.Salam literaai juga.

27 Nov



search

New Post