Khoen Eka Anthy

Berselancar dengan kata-kata telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kesehariannya, terlebih setelah menjadi editor di MediaGuru. Selalu berusaha berbua...

Selengkapnya
Navigasi Web
HATI-HATI, ADA 4 PERANGKAP MENGINTAI KITA

HATI-HATI, ADA 4 PERANGKAP MENGINTAI KITA

Dunia semakin tua, makin banyak kita saksikan hal tak semestinya terjadi di sekitar kita. Banyak orang bilang kita berada di zaman edan. Bahkan, ada yang nekat mengatakan, ”Ndhik zaman edan, yen ra ngedan, ra kedhuman” (Di zaman edan, kalau tidak ikut edan takkan kebagian). Astagfirullah…

Ya, mungkin kita sekarang ada di zaman edan. Betapa tidak, kita saksikan anak semena-mena pada orang tuanya, kekerasan hingga pembunuhan terjadi di mana-mana, korupsi merajalela, pergaulan bebas hingga pernikahan sejenis bahkan sudah menjadi hal yang biasa. Selain itu, miras, narkoba, dan hal yang memabukkan, begitu mudah didapat. Adakah yang ingin kita sangkal? Ya, semua keburukan perilaku telah mewabah dan sulit diberantas. Belum lagi dengan kian canggihnya teknologi yang turut andil dalam menciptakan keedanan zaman. Maka tak heran, kalau saat ini dikatakan krisis moral melanda umat manusia. Memang begitulah adanya.

Kita berada di zaman edan, zaman fitnah. Mengapa dikatakan zaman fitnah? Karena era ini memang dipenuhi dengan fitnah. Fitnah artinya menghalangi jalan kepada Allah atau perbuatan yang menimbulkan kekacauan. Fitnah itu sendiri dibagi menjadi 4, yaitu fitnah syubhat (samar), fitnah syahwat (selera), fitnah syirik, dan fitnah jiwa.

Fitnah yang pertama adalah fitnah syubhat. Syubhat artinya samar. Contohnya kalimat di atas yang saya tulis di awal, itu termasuk pernyataan yang dapat menimbulkan fitnah syubhat. Di zaman edan, kalau tidak ikut edan takkan kebagian. Seakan-akan kita dihalalkan ikut “ngedan”, karena kalau tidak berbuat “gila”, kita tidak akan dapat apa-apa. Padahal jelas, segila-gilanya perbuatan seseorang, masih selamat mereka yang waras dan tidak berbuat gila. Contoh lainnya ada pernyataan yang berkembang di kalangan remaja, ”Hari gini remaja gak pacaran, apa kata dunia?” Kalimat itu jelas mengandung unsur kesamaran. Remaja kalau gak pacaran akan dianggap tidak gaul, tidak keren. Padahal, jelas kalau pacaran itu membawa maksiat. Tidak ada pacaran yang syar’i. Bukankah demikian?

Kedua, fitnah syahwat (selera). Ini sedang marak terjadi saat ini. Selera kepada harta membuat banyak orang gelap mata hingga menghalalkan segala macam cara untuk mendapatkannya. Ratusan pejabat diseret ke KPK adalah bukti maraknya fitnah syahwat pada harta ini berlangsung. Selera pada wanita, juga menimbulkan banyak fitnah. Banyak istilah yang beredar, misalnya WIL, pelakor, selingkuhan, dan TTM. Ngeri kalau kita membahas soal fitnah yang satu ini, sebab tak ada habisnya dan acapkali menimbulkan perzinaan hingga perceraian.

Ketiga, fitnah syirik. Syirik artinya menyekutukan Allah dengan yang lain. Misalnya ketika berobat seseorang percaya bahwa dokterlah yang menyembuhkan penyakit, atau rezeki itu datang dari si Bos. Padahal, kesembuhan dan rezeki itu jelas sumbernya dari Allah. Dokter, tabib, paramedis, mereka hanya berusaha mengobati, kesembuhan yang menentukan adalah Allah SWT. Demikian pula rezeki, bisa lewat bos, majikan, atau yang lainnya, tapi jelas datangnya dari Allah.

Keempat, fitnah jiwa. Ini yang tak kalah berbahaya. Sejak ada medsos, semua orang berlomba-lomba ingin nge-hits, ingin populer, ingin ngeksis, dan terkenal. Perasaan ingin ini, ingin dikatakan begini… itulah fitnah jiwa. Kita wajib berhati-hati. Segala sesuatu berasal dari niat. Kalau niatnya hanya ingin mendapat ratusan jempol atau like, banyak follower-nya, bisa jadi jiwa seseorang rentan terkena fitnah jiwa. Untuk meredam fitnah jenis ini, kita harus benar-benar menata hati kita. Misalnya, sebelum mengunggah foto, kita bertanya pada diri kita lebih dulu, ”Untuk apa saya unggah foto ini?” Kalau sekiranya kurang bermanfaat dan hanya akan menimbulkan setitik kesombongan muncul di hati kita, sebaiknya jangan.

Keempat perangkap fitnah itu hari ini mengelilingi kita. Semoga kita bisa lebih berhati-hati dan waspada. Dalam bahasa Jawanya, ”Tansah eling lan waspada.” Wallahua’lam bissawab.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Maturnuwun... Niatkan samua karena Allah.. InsyaAllah selamat. Bagus tulisannya

10 Feb
Balas

Terimakasih nasehat nya

10 Feb
Balas



search

New Post