Khoen Eka Anthy

Berselancar dengan kata-kata telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kesehariannya, terlebih setelah menjadi editor di MediaGuru. Selalu berusaha berbua...

Selengkapnya
Navigasi Web
Perempuan (Bukan) Budak Cinta

Perempuan (Bukan) Budak Cinta

Sampai saat ini, cinta adalah hal yang sulit didefinisikan secara pasti. Namun, umumnya, kalau bicara tentang cinta, maka pikiran kita akan tertuju pada seseorang. Apalagi kalau itu menyoal cinta di kalangan remaja, maka definisinya mengarah pada perasaan suka, rindu, atau sayang pada lawan jenis.

Pada remaja, perasaan suka, tertarik, atau cinta yang tertuju untuk lawan jenis, biasanya akan muncul di usia pubertas. Perasaan suka, kagum, atau tertarik pada lawan jenis adalah hal yang wajar dan memang seharusnya demikian. Namun, menjadi “tidak wajar” bila kemudian dibingkai dalam aktivitas bernama “pacaran.”

Istilah pacaran ini begitu akrab dalam keseharian remaja dan belakangan berkembang menjadi sebuah tren gaya hidup sebagian besar remaja. Tren pacaran para remaja, rata-rata dimulai pada usia 15-17 tahun.

Pacaran biasanya dijadikan sebagai ajang pendekatan lebih intim dan lebih intens dengan seseorang. Bahkan kalimat, “jomblo is free, frehatin”, “tidak pacaran, apa kata dunia?” berseliweran di mata dan telinga remaja karena kerap menghiasi dunia sosial media dan dalam pergaulan remaja. Maka, tidak heran bila nyaris tak ada remaja yang tak merambah dunia pacaran.

Pacaran dianggap remaja sebagai “pengesahan” hubungan sehingga lebih spesial dan lebih intens dalam komunikasi/pertemuan. Dua orang bersepakat untuk pacaran apabila dirasa cocok dan ada rasa cinta di antara keduanya. Rasa cinta yang tumbuh di hati sejoli itu membuat keduanya ingin selalu bersama, dan ada keinginan untuk memiliki. Ketika jatuh cinta, hormon dopamin dan oksitoksin dilepaskan sehingga muncul perasaan yang menggebu-gebu dalam diri. Itulah yang membuat keduanya kemudian berpacaran, agar semakin lebih dekat.

Pacaran memang mendekatkan dua sejoli, tidak hanya mendekatkan hati, melainkan juga mendekatkan fisik. Perasaan memiliki dan adanya dorongan untuk selalu menunjukkan rasa sayang itu menjadi alasan utama terjadinya kontak fisik yang makin lama makin intens. Oleh karena itu, ketika pacaran, batas-batas pergaulan sering dilanggar. Kontak fisik yang dilakukan pun bertahap dan akan terus mengarah pada perilaku seksual menyimpang. Mulai dari berpegangan tangan, meraba sekwilda (maaf, sekitar wilayah dada), hingga berlanjut pada area sensitif lainnya.

Dalam hal ini, laki-laki cenderung lebih agresif daripada perempuan. Tak dimungkiri, itu karena memang sifat laki-laki cenderung lebih terbuka dan berani daripada perempuan yang lebih tertutup, penakut, dan pemalu. Nah, karena sifat perempuan yang cenderung penakut itu maka pada banyak kasus, ketika sang pacar minta ini-itu, menyentuh bagian ini-itu, maka perempuan cenderung memilih untuk diam. Selain merasa bahwa dirinya sudah menjadi “milik” pacarnya, alasan lainnya adalah sudah terikat dan takut diputuskan oleh pacarnya. Padahal, perasaan “merasa menjadi milik” pacar, itu adalah perasaan yang salah.

Pada hakikatnya, pacar itu orang lain. Meskipun berhubungan dekat, sesungguhnya dia tetap orang lain. Belum ada ikatan apapun secara agama atau hukum yang menjadikan perempuan itu “milik” pacarnya. Bahkan, perempuan yang sudah dipinang pun, belum menjadi milik laki-laki yang meminangnya. Seorang laki-laki baru sah memiliki perempuan, dan perempuan menjadi milik laki-laki, ketika akad nikah terucap dengan dihadiri penghulu, dan para saksi. Oleh sebab itu, perempuan tidak boleh merasa dirinya sudah “terikat dan dimiliki” selama pernikahan yang sah belum terjadi.

Sebagai guru BK, saya merasa prihatin manakala anak didik saya mengadu banyak hal tentang pacarnya.

....

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post