Khoen Eka Anthy

Berselancar dengan kata-kata telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kesehariannya, terlebih setelah menjadi editor di MediaGuru. Selalu berusaha berbua...

Selengkapnya
Navigasi Web
UPS, SEBULAN UJIAN DUA KALI (UJI SERTIFIKASI EDITOR DAN PENULIS - 1)

UPS, SEBULAN UJIAN DUA KALI (UJI SERTIFIKASI EDITOR DAN PENULIS - 1)

Saat rekan-rekan di desk Editor MediaGuru menggulirkan rencana mengikuti uji sertifikasi editor, saya sebetulnya agak bimbang. Ini perkara beban mental karena pada ujian ini saya tidak hanya membawa nama pribadi, tapi juga membawa nama besar MediaGuru. Bagaimana pun juga, yang namanya ujian pasti memicu keresahan skala akut. Beruntungnya desk Editor MG ini sangat solid. Semua saling menyemangati, saling berbagi ilmu, saling mendukung. Kegalauan tingkat tinggi itu pun kami tanggung bersama. Seperti kata peribahasa, “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.”

Tanggal ujian ditentukan. Tanggal 17 Februari 2021, menjadi hari yang diwarnai dengan sejuta rasa. Saking groginya, pagi itu saya memutuskan tidak memasak, kecuali menggoreng telur. Itupun setelah dirasakan oleh suami dan si kecil, keduanya serempak langsung komplain, “Bu… ini apa? Asiiiiin sak pole.” Saya mencobanya. Ya Allah, betul-betul rasa garam yang sesungguhnya. Ups, saya meringis gak jelas. Inilah salah satu efek dari kegalauan jelang ujian sertifikasi editor.

Untuk mengantisipasi segala kemungkinan, terutama menyusutnya secara drastis stok garam di rumah, saya akhirnya membeli sayur dan lauk di Mak Ji, tetangga saya yang memang jago memasak. Terbukti, ketika saya hidangkan sayur dan lauk itu, suasana aman terkendali, tak ada kegaduhan selain bunyi sendok yang beradu dengan acara kartun di televisi. Alhamdulillah, urusan dapur sudah aman.

Hari merangkak siang. Saya tengok grup Editor, alhamdulillah… semua yang melaksanakan ujian di sesi pagi (pukul 9.00) telah dinyatakan kompeten. Rasa haru menyeruak, namun saya makin galau. Bolak-balik ke kamar kecil semakin mengukuhkan kegugupan saya. Sambil menunggu ruang Zoom dibuka, saya berdoa semampu saya. Alhamdulillah, bisa mengurangi ketegangan. Membuka materi rasanya tak ada gunanya.

Pukul 11.00 kurang tiga menit, saya lihat pintu ruangan sudah dibuka, saya pun masuk.

“Ya Allah, berilah kemudahan, bismillah,” ucap saya dalam hati.

Setelah penjelasan singkat, kami diminta memasuki ruangan lain. Di ruang itu hanya ada asesor, asesi, dan host. Tanpa berlama-lama setelah perkenalan singkat, ujian pun dimulai. Karena sebelumnya saya telah mengunggah tiga cover buku hasil sunting yang dilengkapi dengan halaman hak cipta, maka saya menjalani uji asesmen portofolio.

Saya ingat pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh asesor, “Ibu, sudah berapa naskah yang disunting?”

Saya agak lama terdiam mencoba mengingat data di perpusnas.

“Sekitar 850 buku, Bu,” jawab saya tanpa bermaksud apa-apa, semata-mata berusaha jujur dalam menjawab pertanyaan beliau.

“Wah, produktif sekali ya Bu… tentunya dengan buku sebanyak itu, Ibu sudah banyak pengalaman dan banyak ilmu tentang menyunting. Jangan khawatir, saya hanya akan melakukan cek dan ricek saja kok,” kata beliau. Saya yakin kalimat itu terlontar karena membaca kegugupan bahkan mungkin pucatnya raut saya waktu itu.

“Asesor itu tidak menakutkan kok Bu, apa saya menakutkan?” lanjutnya.

Saya tersenyum mendengarnya. Cles, mulai cair rasanya otak saya. Saya yakin, sayalah yang terlihat menakutkan di hadapan asesor itu, hehehe…

Pertanyaan demi pertanyaan pun bergulir, mulai dari anatomi buku hingga proses penyuntingan pada naskah cetak coba. Selama hampir satu jam, saya diuji tentang penyuntingan naskah nonfiksi. Beberapa kali asesor sempat “terpental” dari ruangan karena di tempat beliau sedang turun hujan lebat. Namun, alhamdulillah itu tidak mengurangi “kesyahduan” suasana ujian.

Akhirnya, setelah berjibaku dengan segala rasa siang itu, hasil yang sama dengan kawan-kawan editor lain pun saya terima.

“Selamat ya Bu, semoga lebih produktif dan dapat membantu para penulis menghasilkan buku yang lebih berkualitas,” pungkas beliau.

“Insyaallah, terima kasih Bu,” jawab saya dengan senyum lebar. Kali ini saya tak ragu lagi mengembangkan senyum termanis.

Saya bernapas lega, bersyukur karena bisa ikut membawa nama baik desk Editor MG, kebanggaan saya, kebanggaan kita semua. Selain itu saya insyaallah juga akan siap kembali menggunakan garam di dapur dengan takaran yang pas, hehehe…

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Selamat Bu khoen, makin berkah ilmunya dan kebaikannya.....

11 Mar
Balas

Terima kasih Pak Saifi... insyaallah.

11 Mar

Wow, salut buat editor profesional dari MGI. Selamat ya

11 Mar
Balas

Selamat dan sukses, Bu.

11 Mar
Balas

Terima kasih Bun...sukses juga untuk Ibu...

11 Mar

Sukses untuk ibu

11 Mar
Balas

Terima kasih Pak

11 Mar



search

New Post