Khoeri Abdul Muid CAH PATI

Redaktur Penerbit MDI (Media Didaktik Indonesia). Alumnus IKIP NEGERI YOGYAKARTA dan UNNES SEMARANG. Pernah mengajar di SMA TARUNA NUSANTARA MAGELANG. Sekarang ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Praktis Merancang Pembelajaran K-13 Bersama Ortu Siswa

Praktis Merancang Pembelajaran K-13 Bersama Ortu Siswa

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Bergulirnya Kurikulum (baru) 2013 (K-13) memang istimewa, lantaran berbeda dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya, KBK maupun KTSP.

Berbeda?

Ya. Di samping secara konseptual, K-13 sangat mengaksentuasi digunakannya pendekatan scientific pada setiap pembelajaran, secara teknis juga mencukupi infrastrukturnya dengan sekalian menyusun silabus dan buku paketnya (buku guru dan buku siswa) yang relative amat detail.

Buku Siswa sendiri dirancang sangat komunikatif dengan orang tua siswa. Bahkan ada rubrik khusus untuk itu. Itu, artinya orang tua oleh K-13 lebih diberi ruang partisipasi dalam proses pembelajaran, yang logikanya juga bisa pula dilibatkan dalam tahap perencanaan.

Panduan Praktis dan Partisipasi Ortu

Dampak dari disediakannya infrastruktur pembelajaran yang lengkap dan relative detil tersebut praktis, guru pada K-13 ini tinggal kayuh saja meski konsekwensinya kabin kreasinya “hanya” tersedia pada tingkat penyusunan dan pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) saja.

Sebagaimana diketahui pada satu sisi, dalam takaran minimalis, hampir semua unsur RPP sejatinya sudah ada dalam Buku Guru. Dan, pada sisi lain Buku Siswa dirancang sinkron dengan Buku Guru. Oleh karenanya dalam hubungan ini justru itulah bagaimana memanfaatkan Buku Guru sekaligus juga sebagai buku panduan praktis penyusunan RPP yang di dalamnya bisa mengajak orang tua siswa (terutama di jenjang SD) ikut andil dalam kesempitan kabin kreasi tersebut?

Melalui rubric kerjasama dengan orang tua siswa yang tersedia di Buku Siswa, sebenarnya secara tidak langsung Guru dapat atau telah berinteraksi dengan mereka dan hasil (umpan-balik)-nya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan penyusunan RPP-nya lebih lanjut. Jikapun interaksi itu dirasa masih kurang maka guru dapat mengadakan pertemuan langsung dengan mereka.

Secara teori, semestinya, RPP disusun berdasar silabus yang dikembangkan dari dokumen kurikulum. Namun, karena Buku Guru yang merupakan pasangan serasi Buku Siswa tersebut telah menterjemahkan silabus meski sebagaimana disebut di atas sebagai sajian minimalis saja, namun telah mencukupi standar yang tentunya juga minimalis dari suatu RPP.

Bahkan, menurut Permendikbud RI No. 81A/2013 Lampiran IV Tentang Pedoman Umum Pembelajaran disebutkan bahwa komponen wajib RPP itu cukup 5 saja yakni tujuan, materi, metode, sumber belajar dan penilaian. Kelima komponen wajib tersebut jika dirinci lebih jauh tidak lebih dari 10, yaitu: Identitas, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator, Tujuan, Materi, Metode dan Pendekatan, Langkah-langkah Pembelajaran, Media, Alat, Sumber Belajar dan Penilaian.

Enaknya, sebagaimana dikatakan di depan, hampir kesemua komponen itu termasuk detil langkah-langkah pembelajarannya juga telah disediakan oleh Buku Guru secara sistematis. Sebagai catatan: satu-satunya komponen RPP yang belum dieksplisitkan oleh Buku Guru ialah alokasi waktu.

Dan, itu sangat simple penentuannya, yakni didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggunya. Jika mau lebih detil, silahkan dipertimbangkan pula jumlah, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan dan tingkat kepentingan Kompetensi Dasarnya.

Ya. Semuanya telah ada dalam Buku Guru. Hanya saja jika hendak sedikit lebih menajamkan RPP ada beberapa komponen yang perlu sedikit juga mendapatkan polesan, seperti metode, materi, penilaiannya. Khusus untuk sumber belajar, di dalam Buku Guru kebanyakan tertulis seperti halnya sumber bacaan (referensi) tulisan dan semoga ini bukan kesalah-persepsian penyusun buku.

Kalau tidak hati-hati hal itu bisa-bisa merupakan pendangkalan sumber belajar dari pembelajaran yang akan dilangsungkan. Karenanya komponen sumber belajar ini kalau sempat juga perlu dicermati lagi.

Pada langkah-langkah pembelajaran jika dipandang perlu diadaptasi rupanya Buku Guru juga masih mempersilahkannya. Hanya saja jika langkah-langkah pembelajarannya diubah, maka pastinya, tahapan-tahapan yang ada dalam Buku Siswa juga perlu disetting ulang.

Dan, sekali lagi, pemanfaatan Buku Guru yang notabene pasangan ideal Buku Siswa tersebut sebagai referensi panduan praktis perancangan pembelajaran maka itu artinya guru telah pula membuka peluang melibatkan orang tua siswa dalam pembelajaran anak-anaknya.

Yup. Demikianlah istimewanya K-13. .***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post