Khoeri Abdul Muid CAH PATI

Redaktur Penerbit MDI (Media Didaktik Indonesia). Alumnus IKIP NEGERI YOGYAKARTA dan UNNES SEMARANG. Pernah mengajar di SMA TARUNA NUSANTARA MAGELANG. Sekarang ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sari Dien [1]
ilustrasi saridin (sajadahmerah.com)

Sari Dien [1]

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Saridin alias Seh Jangkung ialah tokoh legendaris Pati. Ia-lah dikisahkan hidup pada zaman kerajaan Mataram Islam; semasa pemerintahan Sultan Agung Anyakrakusuma. Demikian Teks Serat Seh Jangkung (TSSJ) memulai mengisahkannya.

Terlepas dari diskursus Saridin sebagi tokoh fiktif ataupun tokoh fakta, Lantaran ada pula analisa yang menyatakan bahwa Saridin merupakan simbol teks yang bermakna intinya agama (sari=inti, din=agama). Sekali lagi, Saridin alias Seh Jangkung dalam berbagai varian TSSJ adalah tokoh asli Pati, dari kalangan sudra (wong cilik) tapi spektakuler sehingga melegenda.

Sehingga pertanyaan pertama-tama ialah kenapa TSSJ menjelaskan masa hidup Saridin dengan mengiriskannya dengan masa zaman kerajaan Mataram Islam semasa pemerintahan Sultan Agung Anyakrakusauma?

Kenapa tidak diiriskan dengan zaman kadipaten Pati semasa pemerintahan Adipati Pragola II? Karena faktor popularitas? Faktor rating?

Bahwa ada informasi , TSSJ yang sekarang ada adalah gubahan dari TSSJ versi pesisir oleh orang Mataram Islam, karenanya bahasa dan settingnya disesuaikan pula.

KISAH AWAL SARIDIN

Melepas keterbatasan referensi yang ada marilah kita ikuti kisah Saridin selengkapnya.

Syahdan, dikisahkan bahwa pada waktu itu istri Seh Jangkung meninggal dunia setelah melahirkan anak pertamanya, Raden Momok.

(Catatan: Raden Momok dalam ceritera lebih lanjut dianggap anak Seh Jangkung yang dilukiskan sebagai kaya-raya, karenanya konon makamnya kini, banyak dikunjungi orang yang hendak berwasilah berdoa minta kaya.)

Oleh karena itu Raden Momok dititipkan kepada kakak perempuan Seh Jangkung yang bernama Nyai Branjung.

Dan, untuk memulihkan kesedihannya , Seh Jangkung mengembara.

Sudah dimafhumi bahwa kematian istri saat melahirkan anak pertama adalah takdir yang sangat tragis. Oleh karena itu sangat manusiawi pula kesedihan yang mendalam dialami oleh Saridin.

Dan, menitipkan bayi kepada saudara perempuan merupakan tindakan manusiawi pula, karena secara psikologis akan berdampak lebih baik. Serta, pengembaraan Seh jangkung merupakan salah satu cara untuk mencari keseimbangan diri, memulihkan kesedihannya.

Pengembaraan pertama Seh Jangkung ialah ke Rembang, kemudian dilanjutkan ke daerah Pati bagian selatan. Hingga sampaialah Saridin di suatu tempat penggembalaan sapi dan kerbau. Di sana ia beristirahat di bawah pohon beringin, hingga terasa seperti tertidur.

Dan, hilanglah beban kesedihannya. Sehingga berasa kerasan maka iapun berniat menetap di tempat itu.

Dibuatnyalah rumah mirip masjid. dan, tempat tinggal yang baru itu ia beri nama dukuh Landhoh.

Seperti tertidur?

Apa maknanya?

Ruang mendapat hidayah Tuhan?

Entahlah.

Mungkin iya, karena setelah itu, hilanglah kesedihan Seh Jangkung.

selanjutnya, Seh Jangkung menempati Landhoh hanya setahun, kemudian pulang ke desa asalnya, Miyana.

Dengan senang hati Nyai Branjung menyambut menyambut kedatangan adiknya.

Tak lama kemudian Nyai Branjung melaksanakan nadzarnya dengan selamatan.

Selamatan?

Bentuk sinkretisme Hindu-Islam?

Ya. Doa Islam yang dimediai selamatan dengan niat sodaqoh.***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Selamat datng kembali di Gurusiana

12 Jul
Balas

Siap ndan....

12 Jul

Alhan wa sahlan, saudaraku kita semua rindu tulisan pak KAM

12 Jul
Balas

Trims pak.. baru bisa nulis spontan pak syaihu..

12 Jul

Refleksi spontan begitu baca teks serat seh jangkubg , ibu... n blm sempat mengedit hhhh...

12 Jul
Balas

Assalamualaikum...,pripun kabare....pak guru ? Mungkin karena budaya hindu sudah mengakar di masyarakat , maka saat itu harus "pelan-pelan" mengikisnya dari keseharian masyarakat kita. Selamat datang orang baru stok lama di gurusiana...hehehe. Salam sehat dan sukses selalu..njih pak guru. Barakallah.

12 Jul
Balas

walaikumsalam bu raihana... aniin---amiin.... maturnuwun bu

12 Jul



search

New Post