Menasehati atau membully?

Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Bagaimana sikap kita jika kita melihat kesalahan? Bagaimana jika kita adalah seorang guru, bagaimana sikap kita jika melihat siswa kita atau orang lain melakukan kesalahan? Mendiamkan kesalahan bisa berdampak pada semakin parah kesalahannya. Yang terbaik adalah menasehati, tetapi hati, jika kita tidak seksama bisa jadi tidak menasehati yang kita lakukan, tetapi sebaliknya malah menjadi membully.

Ciri ciri menasehati:

1. Tujuan untuk memperbaiki / konstruktif.

2. Tidak dimuka umum.

3. Dengan bahasa yang baik dan sopan.

4. Dengan ilmu dan kesabaran bukan dengan nafsu.

5. Tidak ada yang memanggil atau nada merendahkan, mengejek, menghina, dan meremehkan baik secara verbal maupun non verbal.

Ciri ciri membully:

1. Tujuannya menghancurkan atau merendahkan / destruktif.

2. Dapat dilakukan secara pribadi, tetapi lebih sering dilakukan di muka umum dan berkelompok.

3. Bahasa yang digunakan biasanya kasar dan vulgar.

4. lebih banyak dikeluarkan dari transisi, ditiru, nafsu dan kebencian.

5. Ungkapan yang diucapkan dengan ejekan, hinaan, atau sindiran baik secara verbal dan non verbal.

Menasehati jelaskan suatu hal yang baik, sebaliknya membully jelaskan suatu hal yang buruk dan jahat. Jika tidak, hati-hati kita malah dianggap bully. Jadi, pilih mau menasehati atau membully?

Menasehati akan menghasilkan kebaikan, kasih sayang dan silaturahmi. Bagaimana membully akan menghasilkan keburukan, kebencian, konflik, dan memperbesar pertentangan. Tentu kita ingat beberapa kasus di dunia pendidikan, antara murid dan guru atau dengan orang tua, bisa jadi hal itu terjadi karena fungsi menasehati dia malah menjadi pengganggu. Jadi hati-hati dalam menasehati jika kita tak mau jadi tukang bully.

#berhentikan intimidasi