Khoiriyahrm

Pembelajar dan pengajar....

Selengkapnya
Navigasi Web

Merajut Gebrakan Masif Dalam Literasi Era Bapak Menteri Futuristik

Bismillahi awwaluhu wa akhiruhu

Merajut Gebrakan Masif Dalam Literasi Era Bapak Menteri Futuristik.

Assalamu Alaikum warahmatullahi wa barokatuh, salam hormat saya untuk Bapak Menteri Pendidikan, Bapak Nadiem Makarim.

Terpilihnya Bapak menjadi menteri pendidikan dalam kabinet kedua ini sangat mengejutkan dunia pendidikan. Mengingat background Bapak yang berbeda dengan menteri menteri pendidikan terdahulu. Banyak analisa tentang prospek pendidikan Indonesia ditangan dingin futuristik Bapak Nadiem, tetapi mohon izinkan saya sebagai salah satu guru grassroot untuk menuliskan sedikit saran yang memungkinkan terjadinya gebrakan masif dalam dunia literasi.

Seperti telah diketahui bersama, bahwa tingkat literasi pelajar-pelajar di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan pelajar dari negara-negara lainnya. Ini tercermin dari skor literasi Programe for International Student Assessment (PISA) Indonesia yang berada di kisaran 400. Indonesia pada survei 2015 berada di peringkat ke-62 dari 72 negara yang disurvei. Walaupun sudah mulai ada upaya memajukan literasi, salah satunya pengintegrasian literasi dalam pembelajaran kurikulum 2013, tetapi dampaknya baru terlihat signifikan pada sekolah sekolah yang merupakan pilot project atau penggiat literasi, sedangkan pada pelajar sekolah lain masih kurang signifikan dampak dan kenaikan tingkat literasinya. Bahkan, terkadang gerakan literasi masih merupakan jargon yang kurang membumi bagi sebagian pelajar. Oleh karena itu dengan mengingat pentingnya literasi untuk pelajar, maka perlu adanya gebrakan yang berupa skema yang sistematis dan terukur. Salah satu alternatif yang memungkinkan munculnya gebrakan masif yang membuat pelajar mau tidak mau menjadi literat adalah menjadikan indeks atau nilai literasi sebagai salah satu kriteria kenaikan kelas atau bahkan salah satu kriteria kelulusan. Seperti halnya nilai sikap yang menjadi salah satu kriteria dalam kenaikan kelas, dimana nilai sikap minimal baik untuk bisa naik kelas. Dengan menjadikan indeks atau nilai literasi sebagai salah satu kriteria kenaikan kelas, maka mau tidak mau pelajar akan terpacu untuk aktif dalam literasi. Untuk teknisnya mungkin masih harus dikaji secara seksama, agar alternatif ini bisa secara signifikan meningkatkan skill literasi pelajar, dimana mungkin bukti fisiknya bisa berupa e-resume atau konvensional berupa rangkuman tulisan tangan konten literasi. Mungkin sekilas, hal ini terlihat sebagai sesuatu yang berlebihan, tetapi mengingat manfaat dan pentingnya literasi, langkah ini sangat mungkin untuk dipertimbangkan. Jika alternatif langkah ini diambil, maka akan memicu gebrakan masif yang luas dalam dunia literasi.

Jika ide ini diaplikasikan, maka harus ada program yang sistematis dimulai dari penentuan sumber bacaan yang disesuaikan dengan usia atau jenjang pendidikan pelajar, karena tentunya bacaan pelajar sekolah dasar berbeda dengan bacaan pelajar sekolah menengah, yang memungkinkan adanya bacaan wajib ataupun bacaan bersifat pilihan. Kemudian metode penilaian, apakah dilihat dari kuantitas minimal literasi yang dilakukan tiap jenjang. Dengan membayangkan, skema ini, bisa dibayangkan betapa akan makin maraknya dunia literasi.

Selanjutnya konten literasipun bisa menjadi beragam baik yang berupa buku atau e-book. Sehingga akan meningkatkan skill multiliterasi yang harus dimiliki oleh generasi milenial dalam menghadapi tantangan dunia pendidikan 4.0. Tetapi hendaknya dipertimbangkan juga untuk mengembangkan konten konten positif yang bervariasi dalam suatu tema yang sama, sehingga memungkinkan pelajar untuk melakukan literasi komparatif.

Literasi komparatif sangat penting dilakukan, dimana pelajar bisa membandingkan suatu tema yang sama dengan sudut pandang yang berbeda beda, sehingga akan membuat pikiran pelajar menjadi terbuka dan bisa menghormati serta menghargai suatu perbedaan sudut pandang. Dengan literasi komparatif akan meningkatkan toleransi pada diri para pelajar untuk menghormati orang lain yang berbeda keyakinan atau berbeda sudut pandangnya.

Demikian mungkin, sekelumit pandangan tentang alternatif untuk memunculkan gebrakan dalam dunia literasi. Meski demikian, apapun, saya yakin Bapak Nadiem selaku menteri yang futuristik pasti juga punya mapping strategis tentang upaya peningkatan literasi pelajar Indonesia. Dengan meningkatkan literasi para pelajar bisa menjadikan solusi secara holistik terhadap permasalahan lain yang dialami para pelajar milenial, antara lain kecanduan gadget atau game online, kemerosotan moral, kurangnya figur, bahkan bisa menjadi salah satu alternatif solusi juga untuk permasalahan serius seperti tawuran, pergaulan bebas dan penggunaan narkoba, dengan menyisipkan pesan pesan moral dalam sumber/konten literasi.

Demikian diatas merupakan salah satu alternatif dalam bidang literasi. Tetapi selain itu, tentu masih banyak tantangan dan pekerjaan rumah yang menanti Bapak Menteri Pendidikan untuk segera dibenahi. Beberapa permasalahan krusial dalam dunia pendidikan antara lain penyerapan anggaran pendidikan, seperti yang pernah dipertanyakan oleh ibu Sri Mulyani sebagai menteri keuangan, untuk hal ini mungkin alternatif solusinya adalah adanya sistem e-budgeting yang transparan sehingga membuat anggaran pendidikan bisa terserap secara maksimal. Selain itu juga permasalahan pengangkatan guru honorer menjadi pegawai negeri, mungkin perlu dikaji lebih lanjut tentang hal ini, misalnya dengan mempertimbangkan dan memprioritaskan masa kerja dan juga mempertimbangkan adanya semacam angka kredit kinerja dan pengembangan karier.

Demikian sekelumit tulisan dari seorang guru grassroot ini. Selamat bekerja dan berkarya, kami sebagai insan pendidikan akan selalu mendukung dan menunggu sentuhan tangan dingin Bapak Menteri yang kami yakin akan membuat dunia pendidikan dan dunia literasi makin melesat maju sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.

Akhir kata, sukses selalu, wassalamu Alaikum wa Rohmatulloh wa barokatuh.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

ok, terima kasih Pak, salam literasi

01 Nov
Balas

Waoww keren salam literasi

01 Nov
Balas



search

New Post