Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meningalkan nama, begitu kata pribahasa. Aku tersentak dari lamunanku ketika sahabatku menepuk pundakku. “Hai, jangan melamun!” “Oh, tidak....” pikiranku sedang melambung ke ruang angkasa” jawabku. “Hayo kita pulang bareng” lanjutnya. Aku mengiyakan sambil membereskan peralatanku. Suatu hari aku ingin menulis buku bahan ajar atau novel yang bermanfaat buat orang banyak. Sahabatku memberi motivasi bahwa ketika niat dan keinginan itu ada dan muncul, yakinlah suatu hari akan terwujud. Aku masih membatin. Aku menyadari bahwa usiaku sudah setengah abad. Selama ini waktuku disibukkan oleh rutinitas sehari-hari. Aku yakin aku bisa mewujudkan impianku dengan kemauan yang keras dan perjuangan serta doa yang kuat. Man Jadda Wa jadda itu harus ditanam dalam lubuk hatiku.

Ketika sesuatu jadi pembiasaan sehari-hari, maka lama-lama akan terbiasa. Untuk memulai terkadang banyak godaan dan kendala, entah itu pekerjaan rumah atau godaan dari facebook dan Whatsapp. Kendala lain masalah lokasi tempat tinggalku yang relatif jauh dari sekolah. Diperlukan dua jam pulang pergi dari rumah ke tempat mengajarku, sesekali terlambat pulang karena kegiatan lain yang berhubungan dengan hobiku. Aku menyadari bahwa aku juga perlu mengembangkan diri, menyajikan yang terbaik dan bermanfaat bagi orang lain. Make sure aku harus cerdas memanfaatkan waktu serta beljar dan belajar lagi. Kubayangkan ketika bukuku sudah jadi dan dikenal di masyarakat luas, tentunya itu sebagai warisan bagi anak cucuku yang sangat berharga.

Di dalam hadits disebutkan bahwa “bekerjalah kamu seolah-olah kamu hidup selama-lamanya. dan kerjakan untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok”. Hadits tersebut sangat menginspirasi agar dapat membagi waktu secara cerdas. Berbicara masalah “waktu” sebagian orang masih belum bisa memanfatkannya secara optimal. Ketika diri sendiri sering tidak disiplin masalah waktu, akan berdampak pada kredibilitas sehingga menghambat karir. Contoh lain di lingkungan sekolah atau di lingkungan lain ketika azan terdengar, hati kita langsung bergetar seolah ada magnet yang mengantar kita segera beranjak untuk melaksanakan kewajiban kita pada Robb sang Penguasa Alam Semesta.

Dari kejauhan kulihat seberkas cahaya yang kemilau. Pancarannya begitu indah seindah pelangi. Kuingin cepat berlari untuk meraihnya. Walau terasa berat diperlukan perjuangan yang tinggi dan gigih untuk menggapainya. Ini bukan mimpi. Kesempatan emas tidak datang dua kali. Masih ada mutiara harapan untuk mengejar mimpiku yang selama ini terpendam.

Tangsel, 25 Mei 2017

Penulis

Khusnul Khotimah