NUR KHOYUM, S.Pd, M.A

Juragan Dinar PenggerakPendidikan dan Pebisnis Crypto & All Operator dan Layanan Finance...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kisah Sahabat Nabi bernama Sya'ban

Kisah Sahabat Nabi bernama Sya'ban

Kisah Sahabat Nabi bernama Sya'ban

Oleh

Nur Khoyum, S.Pd, M.A

Kisah Shahabat yang satu ini kurang familiar di tengah ummat Islam. Namanya adalah Sya'ban.

Sahabat Nabi SAW, Sya'ban R.A memiliki kebiasaan yang unik. Dia datang ke masjid sebelum waktu shalat berjamaah. Ia selalu mengambil posisi di pojok masjid pada setiap shalat jamaah dan I'tikaf. Pasalnya, selalu mengambil posisi di pojok masjid karena tidak ingin mengganggu atau menghalangi orang lain yang akan beribadah di masjid. Kebiasaan ini, telah dipahami oleh semua orang bahkan Rasulullah sendiri.

Suatu pagi, saat akan memulai sholat subuh, Rasulullah SAW terkejut karena tidak menemukan Sya'ban R.A dalam posisi biasanya. Nabi pun bertanya kepada jamaah yang hadir, apakah ada yang melihat Sya'ban? Tapi, tidak ada yang melihat Sya'ban ra.

Sholat subuh sengaja ditunda beberapa saat, menunggu hadirnya sya'ban. Tapi yang ditunggu belum juga datang. Prihatin dengan salat subuh, Rasulullah pun memutuskan untuk segera menunaikan shalat subuh berjamaah. Sampai sholat subuh usai, sya'ban belum juga datang.

Usai salat subuh Rasul, ia bertanya lagi, "Adakah yang tahu kabar Sya'ban?" Tapi tidak ada yang menjawab.

Nabi bertanya lagi, "Apakah ada yang tahu di mana rumah Sya'ban?" Seorang teman mengangkat tangannya dan mengatakan bahwa dia tahu persis di mana rumah Sya'ban berada. 

Rasulullah sangat khawatir akan terjadi sesuatu pada temannya, memintanya untuk dibawa ke rumah Sya'ban. Perjalanan dari masjid menuju rumah Sya'ban lumayan jauh dan butuh waktu lama untuk berjalan kaki.

Akhirnya Rasulullah dan para sahabat sampai di rumah Sya'ban saat sholat dhuha (sekitar 3 jam perjalanan). Sesampainya di depan rumah Sya'ban, dia menyapa dan keluarlah wanita itu sambil membalas salam.

"Apakah ini benar-benar rumah Sya'ban?" Rasulullah bertanya.

"Ya benar, ini rumah Sya'ban. Saya istrinya. " jawab wanita itu.

"Bisakah kita bertemu dengan Sya'ban ra, yang tidak menghadiri sholat subuh di masjid pagi ini?" kata Rasul.

Dengan berlinang air mata, istri Sya'ban ra menjawab "Dia meninggal pagi ini".

"Innalilahi Wainnailaihiroji'un" jawab semua orang.

Satu-satunya alasan Sya'ban tidak menghadiri sholat subuh di masjid adalah karena maut mengundangnya. Beberapa saat kemudian, istri Sya'ban ra bertanya, “Ya Rasulullah, ada sesuatu yang menjadi tanda tanya bagi kita semua, yaitu sebelum meninggal ia menangis sebanyak tiga kali dengan masing-masing teriakan dalam satu kalimat. Kita semua tidak mengerti apa artinya "

" Kalimat apa yang dia katakan? " Rasulullah bertanya.

“Dalam setiap teriakannya, dia mengucapkan kalimat 'Aduh, kenapa tidak lebih jauh, aduh kenapa tidak baru, aduh kenapa tidak semua,” jawab istri Sya'ban.

Nabi (saw) juga membacakan ayat yang berisi surat Qaaf ayat 22: "Sesungguhnya kamu dalam keadaan lalai dari hal (ini), maka Kami menampakkan dari kamu hijab (yang menutupi) matamu, maka pandanganmu pada hari itu sangat tajam"

“Ketika Sya'ban ra dalam keadaan sakaratul maut, perjalanan hidupnya diulang oleh Allah SWT. Tidak hanya itu, semua pahala dari perbuatannya diperlihatkan oleh Tuhan. Apa sya'ban ra (dan orang yang meninggal sakaratul maut) tidak bisa disaksikan oleh orang lain. Di tatapan tajamnya, Sya'ban ra melihat pemandangan di mana dia kembali ke masjid setiap hari untuk sholat lima waktu. Perjalanannya sekitar tiga jam dengan berjalan kaki, tentunya jaraknya tidak terlalu dekat. Dalam pertunjukannya, Sya'ban ra diperlihatkan pahala yang didapatnya dari langkahnya ke masjid, ”kata Rasulullah.

Dia melihat surga seperti apa yang dijanjikan sebagai hadiah. Ketika melihatnya berkata "Aduh kenapa tidak lebih jauh" muncullah penyesalan di Sya'ban ra, mengapa rumahnya tidak jauh sehingga pahala yang didapat lebih indah. Di kalimat berikutnya, Sya'ban ra melihat kapan dia akan shalat berjamaah di musim dingin.

Saat dia membuka pintu, angin dingin bertiup melalui tulangnya. Dia pergi ke rumahnya dan mengambil baju lain untuk dipakai. Dia memakai dua baju, Sya'ban memakai baju bagus (baru) di dalam dan jelek (butut) di luar.

Ia mengira jika kena debu, tentunya hanya pakaian luarnya saja dan sesampainya di masjid ia bisa membuka baju luarnya dan shalat dengan pakaian yang lebih bagus. Saat dalam perjalanan menuju masjid ia menemukan seseorang terbaring kedinginan dalam kondisi yang menyedihkan. Sya'ban merasa malu dan segera membuka baju luar dan memakainya pada orang tersebut lalu membawanya ke masjid agar bisa menunaikan sholat subuh bersama.

Orang tersebut juga selamat dari hawa dingin dan bahkan sempat salat berjamaah. Sya'ban ra kemudian melihat keindahan surga sebagai balasan atas kemejanya kepada orang tersebut. Kemudian dia berteriak lagi “Aduh !! Mengapa tidak ada sesuatu yang baru ”penyesalan muncul dalam pikiran Sya'ban ra. Andai saja kemeja butut bisa memberinya pahala yang besar, tentu dia akan mendapat pahala yang lebih besar jika memberi baju baru.

Selanjutnya, Sya'ban ra melihat pemandangan lain. Saat ingin sarapan dengan roti dimakan dengan mencelupkannya terlebih dahulu ke dalam segelas susu. Bagi yang pernah ke Tanah Suci pasti tahu ukuran roti arab (sekitar tiga kali lipat ukuran rata-rata roti Indonesia). Ketika dia baru akan memulai sarapan, seorang pengemis muncul di pintu meminta roti karena perutnya belum terisi selama tiga hari. Melihat itu, Sya'ban ra merasa kasihan. Dia kemudian membagi dua roti menjadi ukuran yang sama dan membagi dua susu ke dalam gelas dengan ukuran yang sama, lalu mereka makan bersama. Allah SWT kemudian menunjukkan Sya'ban ra dengan surga yang indah.

Melihat itu, Sya'ban ra berteriak lagi "Aduh kenapa tidak semua orang !!" Sya'ban ra menyesal lagi. Jika dia memberikan semua roti kepada pengemis itu, dia pasti akan mendapatkan surga yang lebih indah. Masya Allah Sya'ban tidak menyesali perbuatannya tapi menyesali mengapa tidak maksimal.

Memang di beberapa titik, kita semua akan mati, akan menyesal dan tentu saja pada tingkatan yang berbeda. Bahkan ada yang ingin dihukum mati, karena hanya dengan begitu konsekuensi dari semua tindakannya di dunia dapat terlihat dengan jelas. Mereka meminta untuk ditunda sebentar karena ingin bersedekah. Tetapi kematian akan datang pada waktunya, tidak dapat dimajukan dan tidak dapat diakhiri.

Seyampang ruh dikandung badan, marilah kita jaga sholat subuh dengan berjamaah, Sebagaimana Rasul bersabda, 

من صلى بردين دخل الجنة

“Barangsiapa yang mengerjakan shalat bardain (yaitu shalat shubuh dan ashar) maka dia akan masuk surga.” (HR. Bukhari no. 574 dan Muslim no. 635).

Kota Pasir, 031020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post