KORIATUL IMAMAH

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Hari Yang Menegangkan

Hari Selasa tepatnya pada tanggal 27 Desember 2022 kemarin adalah hari saat Fikar, anak sulung ku melakukan proses khitan.

Sebelumnya tak pernah terbayangkan seperti apa dan kapan proses khitan itu akan dilaksanakan. Karena aku sangat paham dengan kondisi anak ku yang ketika dia melihat luka dan berdarah, dia langsung ketakutan dan tidak mau melihat hal itu.

Dia selalu iri ketika melihat temannya atau siapapun yang merayakan ulang tahun. Aku selalu mengatakan kalau dia yang merayakan ulang tahun itu sudah khitan. Dia pun terdiam sejenak karena dia pasti membayangkan harus khitan dulu baru ada perayaan ulang tahun.

Pikiran mulai sedikit kacau dan membayangkan bagaimana nanti saat proses khitan itu tiba. Perasaan campur aduk mulai ada dipikiran.

Tepatnya jam 08.00 WIB pagi, Pak Dus (perawat yang akan melakukan proses khitan) tiba dirumah. Dia disambut oleh bapak dirumah. Sebelumnya memang tidak pernah aku utarakan kepada anak ku kalau dia akan dikhitan dihari itu. Karena sebelumnya dia pernah mengatakan kalau mau dikhitan saat umur 6 tahun.

Setibanya Pak dus, hati pun mulai tidak tenang. Sedangkan Fikar masih anteng bermain di halaman rumah. Tidak ada rasa takut karena memang tidak pernah saya utarakan kalau akan dikhitan.

Aku pun juga ikut menemani Fikar bermain supaya dia tidak curiga saat Pak Dus menyiapkan peralatannya. Tak lama, setelah semuanya siap, bapak pun langsung menggendong Fikar dan membawanya ke tempat yang sudah disiapkan. Alhasil, Fikar pun menangis ketika celananya dibuka.

Saat proses itulah hati ini langsung tidak kuasa ketika melihat Fikar menangis menolak untuk dikhitan. Dia menjerit kesakitan ketika disuntik. Karena menurut cerita orang kebanyakan, saat proses suntik itulah yang sakit.

Dia tidak berhenti menangis saat proses khitan itu dilakukan. Aku tidak melihat secara langsung proses itu. Hanya bapak dan Pak Dus saja.

Tak sampai 10 menit, proses khitan iti akhirnya selesai. Fikar masih menangis karena aku tahu, dia takut saat melihat darah. Tapi untungnya, tidak banyak darah yang keluar, sehingga dia bisa berhenti menangis lagi.

Lega hati ini saat proses khitan itu selesai. Sudah tidak ada pikiran macam-macam ketika dia dikhitan.

Ketika Pak dus pulang, Fikar berbisik ketelinga ku, dan mengatakan "Ma, Aku gak mau disunat lagi". Aku pun tertawa saat dia berbisik seperti itu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ceritanya bu

29 Dec
Balas

Terimkasih banyak pak

29 Dec



search

New Post