Sebagai seseorang yang berjalan di abad ini. Gejolak- gejolak batiniyah manusia akan kerap kali dirasakan. Apa yang disebut ketelanjangan di hadapan publik di pertontokan, Topeng sarkastik milik Obito Uciha menggambarkan dunia ini.

Dunia yang di liputi Citra kepalsuan, dan memandang hanya sudut pandang yang baku. Semua bebas menghakimi, melike, meretwet, mengcopy, mempaste, apapun yang dianggap private sampai umum. Asalkan jangan mendelete ayat- ayat suci yang sudah diturunkan sebagai ajakan moral. Tetapi manusia mengabaikanya, ia lebih menyukai hal- hal yang di ikuti banyak orang, walaupun itu tenggelam dalam jurang.

Cyber dunia yang katanya penuh kemajuan, adalah paradoks, yang sering di gaungkan. Manusia modern kehilangan tempatnya untuk menyadari dirinya yang hilang dalam arus fyp. Waktu seolah relatif, bahkan tidak berguna, mereka mudah dirundung kesepian, selalu menginginkan yang instan.

Tontonan dadi Tuntunan, Tuhan Mung Di Tonton.

Apa yang disebut maju, hanya euforia atas produk- produk ilmu pengetahuan. Informasi mudah digali, hingga kita menggali lubang yang dalam sampai terperosok. Ada dua pribadi manusia, manusia nyata, manusia maya. Itulah faktanya, keduanya kadang berjalan berbeda, tetapi saling terkoneksi. Terkolom- kolom manusia mengkolom dirinya di komentar.

Emoji- emoji palsu berkeliaran menutupi derita manusia yang dalam. Menjadi dunia imajinasi yang tergerus terus menerus sampai jiwanya terikat dalam dunia kolom, dan kotak. Tiada Engkau, Hanya Aku. Semakin kesini, ia merasa paling aku, dalam uploud. Tiada kita, atau mereka. Identitasnya di pegang, dalam mesin besar Big Data.

Hidup dalam Feature- feature akan melupakan naluri alamiah kita sebagai hewan yang berpikir. Cara mencari hidup tradisional, ilmu kuno yang di kuno²kan manusia sekarang. Bila listrik tiada, internet tiada, manusia itu mau kemana?