Saat Senja Memeluk Bumi (23)

==

Jalanan menuju pusat rehabilitasi tempat umi berada memang licin dan curam. Tapi Gia sudah terbiasa menggunakan motor maticnya.

Kabarnya Umi sudah sudah lebih stabil. Gia bahagia mendengarnya.

Gia senyum senyum sendiri. Dalam kunjungannya kali ini Gia membawa beberapa lukisan pesanan rumah rehabilitasi.

Ada empat buah berukuran sedang. Bagian humas rumah rehabilitasi sudah mengirim transfer untuk lukisan itu.

Tiba di tikungan curam terakhir sebuah mobil pick up mendahuluinya dengan kencang ,Gia kehilangan kendali . Rasanya seperti mimpi kecelakaan itu terjadi. Gia terseret dan terbanting kemudian Gia hilang kesadaran. Lindungi Umi ya Allah… bisik Gia di akhir kesadarannya.

**

Gia siuman dan mendapati dirinya berada di ruang serba putih. Seluruh tubuhnya terasa remuk.

Tangan!

Hati Gia mencelos melihat tangan kanannya dibebat perban dengan gips didalamnya.

Gia termenung menatap tangannya. Perlahan dia mencoba menggerakkan. Terasa berat dan sedikit ngilu.

Jika terasa sakit berarti tangannya tidak patah kan? Dengan pemikiran itu Gia sedikit lega.

Bagaimana jika tangannya cacat?

Bagaimana jika dia tak dapat melukis lagi. Pikiran itu juga menyerangnya.

Tanpa sadar Gia memegang kepalanya dengan tangan kiri.

Ya Allah! Kepalanya juga dibebat perban

Seperti apa rupaku sekarang? Batin Gia bertanya-tanya.

Bersambung….

Banyuwangi, 2 Juni 2023