Sabtu, 29 Februari 2020, adalah hari pertama Pelatihan Sagusabu Semarang 3. Pelatihan yang dijadwalkan dalam 2 hari ini bertujuan untuk memberi pendampingan bagi mereka yang tertarik untuk membuat buku. Tentu saja target utama adalah setiap peserta pelatihan akan menghasilkan satu buku, sesuai nama pelatihannya, Satu Guru Satu Buku.

Saya sendiri mengikuti pelatihan Sagusabu ini dengan modal “pokoknya ikut”.

Ilmu menulis belum punya, ide masih di kepala, bahasa tentu saja ala kadarnya, pastilah saya minder. Apalagi pas Pemred Mediaguru, Pak Eko Prasetyo, menampilkan beberapa contoh buku terbitan Mediaguru yang masuk kategori WOW. Saya jadi tambah down.

Tapi semangat untuk menulis buku kemudian muncul setelah mendapatkan motivasi dari CEO dan Pemred Mediaguru. Tak usahlah berpikir nanti buku saya akan laku atau tidak. Untuk pemula seperti saya sepertinya motivasi pertama adalah punya buku dengan nama saya di cover depannya. Oh indahnya.

Darimana saya bisa yakin akan punya buku. Ya iyalah. Lha wong CEO dan Pemred Mediaguru sudah wanti-wanti bahwa kami para peserta akan terus ditagih kok. Dalam waktu sebulan kami harus mengirim draft naskah buku ke editor mediaguru. Istilah kata, kita akan berada dalam “the power of dioyak-oyak”. Dan sepertinya itu akan efektif karena ketika hari pertama peserta sudah dioleh-olehi tugas untuk menulis artikel jenis “kolom”, outline buku, dan sinopsis calon buku. Ya, semoga karena “the power of dioyak-oyak” ini saya benar-benar akan punya buku hasil tulisan sendiri.