Kustanti Prasetyaningtyas

Lahir di Yogyakarta 27 April 1976, tinggal di Banyuwangi, Ibu 2 orang putra ini merupakan lulusan IKIP Negeri Yogyakarta Jurusan Bimbingan dan Konseling tahun 1...

Selengkapnya
Navigasi Web

MASIH ADA MENTARI ESOK PAGI - Part 1.

MASIH ADA MENTARI ESOK PAGI

Jam menunjukkan pukul 03.00 saat aku membuka mata. Masih ada sisa kantuk karena mengerjakan tugas kuliah tadi malam. Tapi aku harus bangun, seperti biasanya membantu ibuku menyiapkan masakan yang mau dijual. Keluar dari kamar, bukan kamar sih, tepatnya ruang yang disekat dengan gedhek, aku langsung menuju dapur yang sangat sangat sederhana. Kulihat ibuku sudah mulai meracik sayuran dan lauk yang biasa dibuat nasi bungkus. Juga beberapa jajanan. Setiap pagi rutinitas itu dialkukannya untuk menghidupi kami, selain pekerjaannya menjual jamu kemasan keliling dari rumah ke rumah.

Kusapa ibuku, “ Bu.., jam berapa bangun ?”

Ibuku menoleh “, eh.. sudah bangun kamu? ibu bangun jam 01.30, jangan lupa minum air anget, Tari..”

Seperti biasa ibuku selalu berpesan. ..Ya..bu..” jawabku.

Sebentar kemudian, adikku juga bangun dan langsung ikut bersama kami mengerjakan tugas dapur. Kami terdiam dalam kesibukan masing-masing. Tiba-tiba ibuku bilang , “ Tari...nanti sepulang kuliah, mampir bayar uang angsuran di pegadaian ya”.

“ Ya, Bu jawabku “

Masih teringat di benakku, bagaimana mimpi dan perjuangan ibuku untuk menjadikan anaknya seorang sarjana. Ibuku bilang, “meskipun ibu ini miskin, kamu dan Yanti harus jadi sarjana, ibumu ini akan berjuang keras, meskipun ibu berjuang sendirian, biar tidak direndahkan sama orang lain. Kamu harus bisa jadi orang”.

Kata-kata ibu itu yang melecut semangatku untuk juga berusaha keras dalam menyelesaikan kuliah. Ibu ibaratnya bondo nekat untuk aku bisa masuk kuliah. Berhutang untuk biaya aku masuk kuliah pertama. Jadi satu-satunya televisi yang ada di rumahku digadaikan untuk masuk kuliah. Padahal aku awal mau kuliah juga ragu, karena jurusan yang diterima tidak sesuai dengan yang aku inginkan, namun kembali aku teringat pesan ibuku, “jalani...siapa tahu itu jalan Tuhan untuk kamu!”. Aku hanya menganggukan kepala saat itu dan melakukan daftar ulang.

Pesan yang selalu aku ingat, yang melecut semangatku untuk berjuang keras agar bisa segera menyelesaikan kuliah.

Sambil menggoreng ikan, aku memandang wajah ibu yang mulai keriput, tapi semangat yang tak pernah mengenal lelah. Senyumnya yang selalu mengembang tulus. Tak pernah sekalipun mendengarnya mengeluh. Seberat apapun beban, selalu dihadapinya dengan senyum dan ketabahan. Dalam setiap doaku selalu aku panjatkan, semoga ibu diberi umur panjang, agar dapat melihat anak-anaknya sukses. Memberikan kebanggaan padanya, mencapai apa yang diimpikannya. Sesaat kemudian, aku tiba-tiba tersentakdari lamuanku, aku lupa memberi tahu ibuku.

“Oya, Bu...semester ini aku dapat beasiswa lagi lho”, kataku sambil tersenyum dan Kulihat binar mata ibu sambil berkaca-kaca, berkata “ syukurlah, makasih ya nduk, kamu sudah membantu ibu. Aku mengannguk dan tersenyum.

Selesai persiapan nasi bungkus dan macam-macam gorengan, langsung ditata untuk yang dititipkan di bulek Tinah dan gorengan yang biasanya dijajakan keliling oleh Mbah Adi. Jam 05.00 Mbah Adi sudah ke rumah mengambil dagangan.

“ Sehat, Mbah..?” tanyaku....

“Sehat,..jawabnya” lalu itungan dagangan sama ibuku

Tak lama kemudian, aku membawa nasi bungkus yang dititipkan di Bulek Tinah, seperti biasa aku naik sepeda onthel. Itu rutinitasku setiap pagi, mengantar nasi bungkus dan sore nya mengambil uang. Sampai di tempat jualan Bulek Tinah sudah siap buka lapak dagangannya , aku keluarkan nasi bungkus,

“ Bulek, ini 30 bungkus ya..”, Bulek Tinah menghitungnya,

“ Ya,.wes pas Tari .”

“ Ya, Bulek saya pamit” kataku sambil mengambil sepeda

“ Ya, ati-ati nduk “

Sesampainya di rumah, buru-buru aku mandi dan siap untuk berangkat kuliah, tak lupa bekal yang sudah disiapkan ibu aku bawa. Kadang aku tersenyum sendiri dan membatin “ mungki aku ini satu-satunya mahasiswi yang membawa bekal makanan ke kampus. Tapi aku tidak pernah malu.Dari rumah ke jalan raya aku jalan kaki sekitar 500 meter untuk menunggu angkutan ke kampus. Perjalanan ditempuh kira-kira 45 menit. Menikmati perjalanan dan sebuah perjuangan.

Hari ini ada kelas pagi jam 07.00 , aku selalu datang lebih awal, agar di kampus bisa sambil baca-baca. Nggak terasa sudah masuk di semester V. Bersyukur dari semester I, IP ku selalu di atas 3,00. Ini yang mengantarkan aku untuk dapat beasiswa terus, bersyukur bisa meringankan beban ibuku. Bunyi bel sudah kudengar, dan aku langsung duduk di bangku paling depan, itu kebiasaanku. Teman-teman yang duduk di belakang sering bilang “posisi menentukan prestasi, hmmmm aku tersenyum saja.

Kuliah jam pertama berakhir dan nanti ada kuliah lagi jam 13.00. Jeda waktu kali ini aku ke sekretariat BEM. Disinilah tempat kadang aku beristirahat dan sambil ngobrol, juga mengerjakan tugas-tugas, selain di perpustakaan. Saat keluar kelas, Asih bilang ,

“ ayo Tari sambil nunggu jam, kita jalan-jalan sebentar “

Aku jawab, “ maaf Asih, ada tugas yang harus aku kerjakan di sekretariat BEM” kataku sambil tersenyum..

“ Ok, Tari, kamu ini jarang mau diajak refreshing, “ katanya

“ hmmm, bukan begitu Asih, bukannya aku nggak mau, tapi karena aku ada tugas., oke ya, aku duluan” kataku sambil berjalan menuju sekretariat.

Sampai di sekretariat BEM sudah ada beberapa teman di situ, dan aku sapa mereka..langsung menuju meja komputer, hari ini aku kerjakan undangan rapat . Kebetulan tugasku sekarang sebagai sekretaris.

Saat lagi asik mengetik, Wati tiba-tiba datang,

” Tari, tadi dicari Mas Rendi mu” katanya sambil senyum-senyum.

“ Terus mas Rendi sekarang kemana Tik?” tanyaku..

“ Tadi bilangnya mau ke fakultas nya sebentar, terus mau baik lagi...ya udah tunggu aja,” katanya

“ iya..iya tak tunggu..” kataku

Mas Rendi itu kekasihku. Hampir 2,5 tahun aku menjalin hubungan sama dia. Pacar pertamaku, karena ibu bilang kalau belum lulus SMK nggak boleh pacaran, dan aku selalu menurut.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Uhuuii. Gemoy ini ceritanya. Kayak balik waktu kuliah dulu. Rapikan lagi tanda baca ya buuu. Semangatttt lanjutkann

04 Feb
Balas

Bagus bu, ada perjuangan di dlm nya. Pasti mendidik nantinya.

04 Feb
Balas



search

New Post