Kuwat

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Menulis : Niteni, Nirokke, Nambahi

Menulis : Niteni, Nirokke, Nambahi

Banyak orang yang bilang menulis itu susah, menulis itu tidak mudah, menulis itu butuh proses, dan menulis itu ketermpilan berbahasa yang komplek. Sesungguhnya yang membuat kebanyakan orang merasa sulit memulai menulis adalah karena banyaknya alasan untuk menunda-nunda proses kreatif yang disebut menulis.

Sesungguhnya menulis itu tidaklah sulit. “Mengarang itu Gampang”, kata Arswendo Atmowiloto. Senada dengan Arswendo, Mardjuki, seorang penulis kreatif yang cukup dikenal oleh para wartawan di Yogyakarta di tahun 80-an mengatakan bahwa menulis itu merupakan proses Niteni, Nirokke, dan Nambahi. Dengan tekniknya tersebut, pada zamannya Mardjuki berhasil mencetak penulis-penulis muda di Yogyakarta.

Niteni

Tahap pertama dalam proses menulis adalah Niteni. Niteni bisa dimaknai sebagai kegiatan mencermati tulisan orang lain. Pada tahapan ini penulis pemula (seperti saya) dituntun untuk mencermati pola tulisan karena setiap penulis memiliki gaya penulisan yang berbeda-beda. Pola tulisan Jayadi Kastari (Yogyakarta) berbeda dengan pola tulisan Teguh Wibowo (Semarang). Pola tulisan mas Eko Prasetyo berbeda juga dengan tulisan ibu Raihana, beda pula dengan pola tulisan ibu Eko Hastuti. Beda pula pola tulisan saya (tanpa pola he...he).

Nirokke

Tahap kedua dalam proses menulis adalah Nirokke. Pada tahap ini penulis pemula berlatih nirokke (mencontoh, menirukan) pola tulisan dari penulis yang diidolakan atau digandrungi. Menirukan dalam konteks belajar menulis bukan diartikan sebagai kegiatan menjiplak. Hal yang harus ditiru bukan kata per kata, kalimat per kalimat tetapi pola tulisan, master tulisanlah yang harus ditiru.

Nambahi

Nambahi merupakan tahapan proses menulis yang menuntut penulis pemula memberikan warna khas terhadap tulisannya sehingga berbeda dengan objek tiruannya. Artinya, pada tahapan ini penulis pemula bisa mengembangkan tulisannya dengan daya imajinasinya, dengan daya kreasinya, dan dengan daya inovasinya. Dengan demikian tidak akan terjadi penjiplakan terhadap tulisan orang lain.

Dari uraian di atas, masihkah beranggapan bahwa menulis itu sulit? Mulailah menulis karena menulis itu tidak sulit. Menulis itu gampang. Salam literasi.

Pagi hari di rumahku, Wonosobo, 28 April 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Niki nembe Ajar titen nggihan. salam kena pak.

28 Apr
Balas

Saya juga dlm taraf belajar menulis, Mas. Salam kenal. Salam literasi

28 Apr

Hehehe...ok lah , tak titeni , tak tirokke lan tak tambahin..., jadi deh tulisan. Hebat...barakallah...pak.

28 Apr
Balas

Saya yang niteni, nirokke lan nambahi (nek iso nambahi he..he) tulisan2 bunda Raihana biar lancar nulisnya. Klo Bunda wow sudah mendunia pastinya dong. Nggak perlu teknik 3N lagi.

28 Apr

Jazakillah khair bunda Raihana buat supportnya

28 Apr

Pak..., saya pinjem lho judul bapak ini untuk tulisan saya, bolehkan ? Silahkan dibaca : KINI GILIRAN SAGUSABU WONOSOBO MENGGUNCANG BUMI GURUSIANA. Barakallah.

28 Apr

Sangat...sangat boleh, Bu. Monggo. Barakallah.

28 Apr



search

New Post