Sebagai orang tua lebih khusus seorang ibu mempunyai tanggingjawab terhadap putra putrinya dalam menjaga kesehatan fisik dan mental. Hampir semua orang tua pasti menginginkan  dan menjaga anaknya sehat secara fisik mulai dari kandungan hingga dewasa. Kadang bahkan seorang ibu begitu melahirkan langsung segera melihat putra/ putri yang dilahirkan sehat dan sempurna fisiknya. Kemudian setelah batita khawatir lagi, apakah anaknya bisa jalan atau tidak,, bisa bicara atau tidak. Jelang balita, ibu juga harus mengikuti perkembanngan anaknya bisa baca atau tidak, dan sebagainya. Nah itulah seorang ibu yang senantiasa menjaga buah hatinya hingga dewasa.

      Apakah hanya cukup pada kwsehatan fisiknya saja? Tentu tidak. Akan lebih bagus lagi ketika seorang anak terpeliharanya kesehatan mentalnya. Salah satu bentuk menjaga kesehatan mental yang sederhana adalah dengan cara mendampingi anak dalam belajar.

     Memang terlintas sederhana, akan tetapi ini hal kecil yang berdampak besar bagi perkembangan anak. Mendampingi bukan berati hanya duduk diam disamping anak dan seorang ibu duduk dengan tangan sibuk  memainkan hp. Ibu yang mendampingi anak belajar sebaiknya melakukan aktivitas yang sama atau hampir sama dengan anak. Dalam arti bahwa tetep dalam ranah positif seperti membaca, menulis, bahkan akan lebih bagus jika sambil membantu kesulitan dalam belajar. 

  Nah, kadang seorang ibu merasa tidak mampu mendampingi anaknya belajar karena tidak menguasai materi yang dipelajari anaknya. Mungkin kalau jaman dulu okelah kalau seorang ibu bilang atau beralasan begitu.Tapi di jaman milenial sekarang anak kadang hanya butuh stimulus orang dewasa/ orang tua tuk mencari kata kunci tuk mencari/ searching di google.

       Dengan memberikan stimulus kata kunci saja pada anak, anak akan merasa terbantu  dan akan merasa nyaman dan akan betah belajar. Dan dalam kurun waktu yang lama anak akan paham cara mencari kata kunci yang tepat untuk mengatasi permasalahan belajarnya. Yang lebih penting lagi dari mendampingi anak belajar kedekatan anak dan ortu bertambah sehingga tali cinta yang kadang terputus karena kesibukan kegiatan masing _masing bisa terjalin lagi.

        Lebih dahsyat lagi ketika di sela_ sela  jeda belajarnya bisa memasukkan nilai_ nilai moral yang perlu similiki anak swsuai umurnya. Dan dapat bonus langsung yaitu indurance / daya tahan belajar anak tinggi ( bisa belajar dalam waktu yang panjang dengan kesadaran dirinya bahwa belajar merupakan kebutuhannya ) . Bonus tidak langsungnya adalah anak akan berprestasi di kelas dan di luar kelas. 

         Sekarang apakah ibu akan membiarkan waktu belajar putra/ putrinya sendiri? Ataukah akan ditemani? Pilihan itu ada pada ibu. Setidaknya dicoba. Kadang orang tua karena sudah tua merasa bahwa pengalamannya sudah banyak dan tidak perlu belajar lagi. 

    Jadi orang tua terlebih ibu memang tidak gampang,, harus terus belajar jadi orang tua yang baik bagi anak_ anaknya.Terlebih jadi ibu atau orang tua dari generasi mellenial,. Orang tua / ibu tidak bisa menyamakan perlakuan yang sama pada anaknya seperti kita dulu. Bahasanya sudah beda jaman, sehingga kita sebagai orang tua harus tarik ulur dalam mendidik anak terutama dalam menjaga mental anak. Semua dalam rangka mengisi tangki cinta anak, sehingga anak sudah terisi tangki cintanya dari orang tua di rumah sehingga anak tidak akan mencari dari luar rumah. Ini juga tindakan preventif dan fungsi keluarga sebaga tempat pendidikan  primer. Tentu harus dilandasi tambahan pendidikan agama secara dasar. Selamat mendampingi putr/ putri ibu dalam belajar dan menikmati kebersamaannya.