Sit 22

Jadwal penerbanganku ke Jepang mengalami delay selama 2jam. Kupandangi satu persatu orang dari sekian deretan kursi tunggu itu. Orang berkulit putih hingga hitam legam. Dari berrambut keriting hingga lurus. Bermata bulat hingga sempit. Berhidumg pesek hingga mancung.

Keberangkatanku ke Jepang ini adalah keduanya kali. Jadwal ujian terbayang didepan mata. Delay adalah waktu yang tepat untuk menyelesaikan membaca buku. Sang Patriot, karya Andrea hirata. Tanpa kusadari sepasang mata emang itu terus memperhatikanku. Celana chinos beserta jacket hoodie ia kenakan. Siapakah gerangan? Mencoba mengingat siapakah dia,namun tak menemukan jawaban. Sorot matanya begitu tajam. Ku abaikan, lembaran-lembaran buku ini harus segera kuhabiskan. Dua jam telah berlalu.

Terdengar suara panggillan pesawatku. Suara merdu mengalun syahdu. Mempersilakan para penumpang memasuki kabin pesawat. Langkah kaki segera kupercepat. Aku ingin menghindari dari sorotan mata elang itu. Memasuki kabin pesawat segera kucari nomor sitku 21. Segera kududuk tepat disamping cendela. Ke edarkan pandangan keluar pesawat. Kursi disebelahku dengan nomor 22 tak kunjung segera ada yang menempati. Ketika suara merdu pramugari cantik mengalun lembut untuk persiapan keberangkatan. Laki-laki berjaket itu menghampiriku. Duduk dikursi nomor 22.

Rumah Pusaka, 09072020. 22.24

17 Dzulqo'dah 1441H