Lailatul Qodriah

Guru Sekolah Dasar yang mencintai hujan dan senja. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Dengkuran Si Manis

Sebelum menikah aku selalu membayangkan kriteria calon suami idaman. Mau tahu apa kriteria ideal itu? Putih bersih, pintar bicara dan berkacamata eh benar, berkacamata biar terlihat pintar dan tidurnya juga tidak mendengkur.

Sepanjang masa remaja, kriteria ‘nyeleneh’ aku coba cari. Ndilalah, aku selalu mendapatkan pacar persis kriteria tapi mendengkur tak tahu, belum pernah tidur didepanku.

Manusia boleh berencana tapi Tuhan yang menentukan. Pacar boleh sesuai kriteria tetapi suami yang aku dapatkan jauh dari harapan. Imamku itu berkulit hitam (cukup) manis, pendiam, tidak berkaca mata dan mendengkur.

Hitam, pendiam dan tidak berkacamata masih bisa di maapkan, tapi mendengkur? Hello, pada awal pernikahan aku hampir tak bisa tidur mendengar dengkurannya yang luar biasa seperti bunyi pesawat tempur F 16 sedang terbang seratus meter dari permukaan tanah. Kebayangkan?

“Yah, kalau tidur posisinya miring saja,” pelan-pelan aku cari cara agar suami mengurangi dengkurannya.

“Kenapa, Bu? Kenceng ya suara dengkuran Ayah?” Aku cuma nyengir kuda.

Kasian juga sebenarnya membangunkan tidur tengah malam cuma gara-gara dengkuran. Namun yang terjadi walaupun miring, tengkurap, terlentang tetap saja dengkurannya maju tak gentar. Pada awalnya dengurannya bikin takut, bagaimana tidak takut? Kalau di sela-sela dengkurannya ada tarikan napas yang tiba-tiba seperti terhenti.

Alloh itu Maha Tahu, Dia tak suka hamba yang menghujat atau membenci sesuatu yang berlebihan. Suatu hari, suamiku bertugas ke luar kota selama satu minggu. Awalnya merasa bebas tidur tanpa suara dengkuran tetapi bukannya tertidur pulas melainkan gelisah tak bisa tidur karena tak ada ‘musik’ pengantar tidur seperti biasa, tetiba aku kangen si hitam manis, pendiam dan dengkurannya yang indah. Tak tahan aku menghubunginya.

“Yah, jangan lama-lama ya di Kota X.”

“Kenapa, Bu? Kangen?”

“Iya, Ibu tak bisa tidur tanpa dengkuran Ayah,” terdengar gelak tawa di sana. Puas dengan penderitaanku.

*Fiksi ini, ya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Haha. Iseng bun haji.

30 Jan
Balas

mantaaap Bu

30 Jan
Balas



search

New Post