LAILY SYARIFAH

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Belajar Menyenangkan dengan Pembelajaran Berdiferensiasi

Belajar Menyenangkan dengan Pembelajaran Berdiferensiasi

Apa yang terlintas di benak kita ketika membayangkan pembelajaran berdiferensiasi alias pembelajaran yang memberikan layanan bervariasi bagi murid-murid? Mungkin akan terlintas bayangan sebuah kelas yang ricuh, ramai dengan teriakan dan aktivitas anak-anak, guru yang kelelahan mengatur murid-muridnya dan waktu yang dibutuhkan untuk semua itu menjadi sangat banyak. Namun sesungguhnya tidaklah demikian, pembelajaran berdiferensiasi tidaklah “semenakutkan” itu, bahkan bisa menjadi pembelajaran yang sangat menyenangkan.

Memahami hakikat bahwa setiap anak itu unik dan dilahirkan dengan keistimewaan masing-masing merupakan dasar bahwa pembelajaran berdiferensiasi seharusnya dilakukan. Tidak selayaknya ada penyamarataan untuk semua anak dengan segala potensi perbedaan yang dimiliki. Jika dikaitkan dengan filosofi pemikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara hal ini sangatlah relevan. Menurut KHD, guru ibaratnya petani yang bertanggung jawab atas pemeliharaan dan tumbuh kembangnya tanaman. Tanaman yang dipelihara seorang petani bisa jadi bermacam-macam sifatnya, ada yang membutuhkan banyak air maupun cahaya matahari, namun ada juga yang kodratnya memerlukan hanya sedikit air dan siraman cahaya. Rangkaian perawatan yang dilakukan seorang petani terhadap tanamannya hendaknya sesuai dengan kebutuhan masing-masing sehingga tiap tanaman dapat tumbuh kembang sesuai dengan kodratnya.

Demikian juga dalam ranah pendidikan, pembelajaran hendaknya berjalan sesuai dengan kebutuhan dan bakat serta minat seorang anak, sehingga ia tidak terpisah dari kodratnya dan dipaksa menjalani suatu hal yang tidak diminatinya. Karena itu, seorang guru hendaknya cakap dalam memberikan layanan yang berbeda bagi muridnya, hal inilah yang dikenal dengan pembelajaran berdiferensiasi. Seorang guru hendaknya mengutamakan kepentingan murid, pembelajaran hendaknya berpihak pada murid, karena kita semua pasti sepakat bahwa subyek dalam pendidikan adalah murid itu sendiri.

Pembelajaran berdiferensiasi bisa didefinisikan sebagai upaya untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas dengan memenuhi kebutuhan belajar individu. Pembelajaran berdiferensiasi berpandangan bahwa pengalaman belajar paling efektif adalah ketika pembelajaran membawa murid untuk terlibat, dan menarik bagi murid. Namun demikian, tidak semua murid akan menemukan jalan yang sama untuk belajar yang dengan cara yang sama mengundangnya, sama relevannya, dan sama menariknya. Untuk mengetahui bagaimana murid akan tertarik dan terlibat, terlebih dahulu guru harus memiliki pengetahuan tentang kebutuhan belajar murid, dalam ini terkait dengan kesiapan belajarnya, minat dan profil belajarnya.

Kesiapan belajar (readiness) merupakan kapasitas atau kesiapan murid untuk mempelajari materi baru. Kesiapan ini terkait dengan berbagai hal, diantaranya: pengetahuan, konsep dan keterampilan awal yang saat ini dikuasai oleh murid; miskonsepsi; tingkat perkembangan kognitif, afektif dan fisik; keterampilan berpikir, dan sebagainya. Seorang guru sebelum memulai membahas materi baru hendaknya terlebih dahulu melakukan pemetaan terhadap kesiapan belajar murid. Beberapa cara bisa dilakukan untuk membedakan kesiapan belajar murid, di antaranya dengan mengajukan pertanyaan pemandu yang jawabannya bisa dijadikan acuan untuk menilai kesiapan masing-masing murid. Memetakan kesiapan belajar bisa diibaratkan sebagai mencari tombol equalizer pada pemutar CD atau stereo untuk mencari setelan suara yang paling pas. Demikian menurut Tomlinson (2001).

Adapun minat belajar adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan kepadanya. Murid yang memiliki minat terhadap satu tema/pelajaran akan menunjukkan tingkat kecepatan dan pencapaian yang lebih tinggi dibanding teman-temannya yang lain, hal ini karena dia mempelajari apa yang disukainya.

Profil belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dan lain-lain. Misalnya ada anak yang suka belajar di tempat tenang jauh dari keramaian, namun juga ada yang sebaliknya. Ada yang menyukai belajar secara berkelompok namun sebaliknya ada yang lebih nyaman belajar individu. Nah, hal-hal seperti inilah yang harus menjadi perhatian guru ketika menyelenggarakan pembelajaran berdiferensiasi.

Perlu juga dipahami oleh guru bahwa Pembelajaran Berdiferensiasi menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk. Konten berarti apa yang dipelajari oleh murid, proses adalah bagaimana upaya murid untuk memahami ide atau informasi dan produk adalah keluaran atau bagaimana murid menunjukkan apa yang telah mereka pelajari.

Sebagai penutup, patutlah kiranya kita sebagai guru merasa percaya diri untuk menyelenggarakan pembelajaran berdiferensiasi karena guru secara alamiah sebenarnya memiliki kemampuan untuk itu, hanya saja perlu terus menerus untuk dicoba dan dikembangkan sehingga menjadi habit (kebiasaan).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post