LAILY SYARIFAH

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3.
Guru penggerak berperan aktif dalam mengawal pembelajaran yang berpihak pada murid dan mewujudkan program sekolah yang berdampak positif pada murid

PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3.

Setiap perjalanan selalu dimulai dari langkah pertama dan akan sampai pada titik ujungnya. Demikian juga perjalanan dalam mengikuti Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5 yang langkah pertamanya dimulai sekitar 5 bulan lalu dan sekarang telah sampai pada modul terakhir yakni Modul 3.3. Namun demikian ini bukanlah akhir dari perjalanan karena upaya berkelanjutan untuk meningkatkan pendidikan yang berpihak pada murid harus dilakukan terus menerus dan tidak akan menemukan titik ujung.

Beragam ilmu, kecakapan dan pengalaman yang sarat makna yang menunjang upaya Calon Guru Penggerak dalam memberdayakan murid dan menjadi pemimpin pendidikan yang mumpuni telah penulis dan rekan-rekan terima yang merupakan hal yang tidak ternilai harganya. Bukan hanya menjadi suatu ilmu yang bersifat teoritis semata, Calon Guru Penggerak juga sudah terjun langsung menerapkan ilmu-ilmu tersebut. Tentunya hal ini menjadi semacam khazanah kekayaan intelektual bagi Calon Guru Penggerak yang tidak ada duanya dan sulit ditemukan lagi dalam situasi lain.

Di modul penghujung yakni Modul 3.3. ini Calon Guru Penggerak disadarkan kembali bahwa intisari dari suatu proses pendidikan adalah murid, sehingga setiap upaya yang dilakukan hendaknya berpihak, melibatkan dan berdampak positif pada murid. Murid bukan hanya menjadi objek dari suatu proses pendidikan dan pembelajaran, namun dialah pusat atau aktor utama dari proses tersebut.

Hal ini sejalan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa seorang guru hendaknya "menghamba pada murid," suatu terma yang seyogyanya tidak dimaknai secara harfiah semata namun ditinjau dalam perspektif lebih luas bahwa pendidikan itu titik pusatnya adalah murid. Segala upaya untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa merupakan usaha untuk menguatkan potensi, bakat dan minat peserta didik sehingga mereka bisa mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya.

Berpihak pada murid merupakan salah satu nilai dan peran seorang guru penggerak selain nilai-nilai mandiri, reflektif, inovatif, kolaboratif. Dengan mengedepankan nilai berpihak pada murid maka artinya seluruh program pembelajaran dan upaya pendidikan semata-mata ditujukan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan murid. Merupakan tanggung jawab guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran di kelas maupun menjadi pemimpin program yang berpihak pada murid. Hal inilah yang menjadi titik tekan yang dipelajari dalam Modul 1.2.

Sedangkan dalam modul 1.3 berbicara tentang visi guru penggerak yakni gambaran ideal seorang guru mengenai murid yang dicita-citakannya. Visi ini menjadi daya dorong bagi seorang guru dalam pengabdiannya mendidik anak bangsa. Dalam merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid ini kita dikenalkan dengan sebuah pendekatan inkuiri apresiatif BAGJA (B-uat pertanyaan utama, A-mbil pelajaran, G-ali mimpi, J-abarkan rencana, A-tur eksekusi), yakni suatu paradigma dalam memprakarsai suatu perubahan dengan lebih mengedepankan pengembangan aset atau potensi yang bisa digunakan untuk merencanakan program sekolah yang berdampak pada murid. Dengan pendekatan inkuiri apresiatif BAGJA kita dapat dengan mudah merancang program sekolah, karena kita melibatkan semua pihak dan melihat semua aset yang ada, dan tidak terfokus pada kekurangan yang kita miliki. Mengenal inkuiri apresiatif BAGJA bagi saya pribadi memberikan pencerahan dan penguat bahwa dengan berpikiran positif maka akan lebih memudahkan kita dalam merancang sebuah program yang berdampak pada murid.

Dalam proses pembelajaran di kelas maupun dalam pengaplikasian program sekolah secara keseluruhan, seorang guru penggerak bersama seluruh stakeholder sekolah hendaknya membudayakan hal-hal baik yang dikenal dengan istilah budaya positif. Dalam satu sekolah yang mengembangkan budaya positif akan tumbuh nilai-nilai kebaikan universal seperti religius, gotong royong, integritas, mandiri, suka menolong dan sebagainya. Hal ini menjadi tanggung jawab bersama dan hendaknya ditumbuhkan sebagai sebuah kebiasaan yang berurat berakar dalam diri murid-murid. Demikian amanat dari Modul 1.4 mengenai Budaya Positif yang tentunya akan berujung pada kesejahteraan dan kebahagiaan murid-murid.

Hal menarik lain yang penulis dapatkan dalam Pendidikan Guru Penggerak ini adalah penyadaran kembali bahwa semua murid itu unik dengan ciri khasnya masing-masing. Selama ini selaku guru kita sering menyeragamkan murid dan memperlakukannya tanpa melihat keunikan tiap individu, sehingga perlakuan yang kita berikan dalam proses pembelajaran pun seragam. Patut kita pertimbangkan lagi dan lagi bahwa hal semacam ini berlawanan dengan kodrat manusia yang dilahirkan dengan potensi dan bakat yang tidak semuanya seragam. Pembelajaran berdiferensiasi menjadi solusi bagi upaya memperlakukan murid dengan beragam kesiapan belajar, profil dan minat belajar yang berbeda. Program pembelajaran berdiferensiasi ini tentu juga sebagai bagian dari upaya untuk senantiasa menerapkan program sekolah yang berpihak pada murid. Upaya mengembangkan kompetensi sosial dan emosional pada diri murid patut menjadi perhatian juga karena akan dapat meningkatkan kesadaran diri, tanggung jawab maupun kemampuan berelasi murid serta mendorong mereka untuk mampu menerapkan kesadaran diri (mindfulness) dalam setiap keadaan.

Pemahaman Calon Guru Penggerak akan potensi dirinya sebagai seorang pemimpin pembelajaran dan pemimpin sekolah semakin dikuatkan dengan mempelajari materi pendekatan coaching sebagai strategi menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki anak maupun rekan sejawat. Pendekatan coaching ini tentu juga akan memberi kemudahan dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid. Hal ini kemudian diperkaya lagi dengan materi-materi lanjutan yang berfokus pada pengambilan keputusan yang berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Dalam mengambil keputusan sebagai seorang pemimpin, harus diperhatikan berbagai paradigma, prinsip dan 9 langkah pengujian sehingga dapat diambil keputusan yang tepat, termasuk dalam pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid.

Dalam upaya mengelola program yang berdampak positif pada murid, seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran maupun pengelola program sekolah harus dapat memetakan dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik aset fisik maupun non fisik. Pendekatan berbasis aset akan lebih dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sekolah sebagai komunitas belajar, dibandingkan dengan pendekatan berbasis masalah. Sebagai goal-nya, maka akan tercipta program sekolah yang berdampak positif pada murid dan membawa murid dalam pencapaian kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post