Lalu ahyadi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
artikel

artikel

DI BALIK TAKDIR SEORANG TKI

@Garis tangan KU

Sejak duduk di bangku SMP tidak terlintas sedikitpun sukses terbesar dalam hidup saya, yang selalu terbayang hanyalah bagaimana rasanya menjadi seorang tentara dengan gagahnya berseragam loreng dan mengangkat senjata ditangan menjaga kedaulatan Negara yang sangat kita cintai.

Masa kecil saya dibesarkan dengan kesederhanaan, dengan kondisi orang tua sebagai petani yang serba kekurangan. Masa kecil adalah masa dimana waktu kita bersenang senang, bermain dengan riangnya menghabiskan waktu bersama temen sebaya, namun berbeda dengan apa yang saya alami, ketika sedang asiknya bermain ayah selalu memangil dan melarang saya. Satu kata yang sering beliau katakan kepada saya pada saat itu “jangan habiskan waktumu hanya untuk bermain, ingat waktunya belajar, istirhat besok kamu harus bagun subuh untuk pergi mengaji,dan berangkat sekolah”. Kata-kata itu hingga saat ini masih saya ingat. Setelah pulang sekolah terkadang pergi menjadi buruh megisi dedak ke dalam karung, kemudian di naikkan keatas truk pengangkut di sebuah pabrik pengiling padi, dan juga ikut memindahkan batu-bata yang sudah di bakar untuk diambil oleh pembeli. Setelah semuanya selesai baru di beri upah dengan nilai yang tidak besar, namun rasanya sangat menyenangkan, bahkan setiap hari saya membantu ayah untuk menyabit rumput, bertahun-tahun proses itu saya jalani sampai SMP dan tak terasa saya dibentuk untuk menjadi pribadi yang sederhana, kerja keras, menerima apa adanya, dan tidak selalu bergantung pada orang lain, dari sini saya bisa mengambil kesimpulan bahwa sukses merupakan hasil atau pencapain yang harus diraih melalui sebuah pengorbanan dalam proses kehidupan.Setelah saya lulus dari SMP, orang tua mendaftarkan saya untuk melanjutkan belajar di PONPES AL-Halimy. Waktu itu ayah saya sakit-sakitan dan tidak mampu berbuat banyak untuk membiayai sekolah saya dan kakak saya yang pada saat itu kami berdua masuk jenjang MA bersamaan, tapi dengan penuh kesabaran dan kegigihan ibu berusaha agar kami bisa menyelesaikan pendidikan sampai Aliyah, dengan tidak mengenal lelah membuat kue untuk di jual kepasar. Setelah tamat dari Madrasah Aliyah saya mencoba mendaftarkan diri untuk masuk di seleksi calon polisi namun pada seleksi administrasi tidak lolos, dalam hati saya berkata “kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”, selang beberapa minggu kemudian ada penerimaan calon Tamtama Angkatan Darat, saya dan saudara misan mencoba mendaftarkan diri bermodalkan semangat dan administrasi pendaftaran. Selang beberapa minggu kemudian pengumuman administras, dan Alhamdulillah saya lulus, selama satu bulan mengikuti serangkaian tes calon Bintara, tibalah waktu untuk pengumuman tes ahir, pada waktu itu yang dipanggil namanya lulus dan dipersilahkan memisahkan diri. Satu persatu namapun disebutkan termasuk saudara misan saya, hingga nama terakhir dibacakan nama saya tidak kunjung disebut, pertanda kesuksesan saya tertunda lagi. Sedih rasanya, namun itu semua saya kembalikan pada sang Maha Penentu bahwa apa yang ingin saya raih belum dikehendaki. Akhirnya saya memutuskan mendaftarkan diri sebagai Tenaga kerja Indonesia ke Negara Malaysia dengan niat mencari modal untuk mendaftar lagi sepulangnya nanti. Setahun lamanya di Negara Malaysia, banyak hal yang saya alami selain jauh dari keluarga, juga melakoni langsung bagaimana kehidupan para TKI di Malaysia berjuang untuk bisa menghidupi keluarga di rumah. Dengan tekat dan semangat yang kuat bekerja sebagai buruh di kebun sawit walaupun gaji hanya untuk makan, terkadang duduk termenung mengingat keluarga yang jauh di sana tidak terasa air matapun menetes.Setahun kemudian akhirnya saya memutuskan kembali ke tanah air dengan membawa sebuah harapan sepulang dari malaysia bisa menggapai impian yang tertunda, selang beberapa minggu saya berada di tanah kelahiran saya, kembali dibuka pendaftaran calon Tamtama, sayapun tidak menyia-nyiakan kesempatan, dan memutuskan ikut mendaftar berharap bisa lulus, namun karena batas usia yang melebihi dari syarat penerimaan maka putuslah semua impian saya menjadi seorang tentara, ahirnya saya putuskan untuk masuk perguruan tinggi di IKIP Mataram dan mengambil jurusan olahraga. Proses perkuliahanpun saya jalani hingga masuk semester 4, saya mendapatkan ujian dalam hidup, Jum’at pagi saya di tinggal Ayah menghadap sang pencipta, kesedihan menyelimuti seluruh keluarga, saya hanya berpikir apakah kuliah saya bisa selesai, dengan semangat dan harapan bisa membahagiakan orang tua, Alhamdulillah pendidikan S1 bisa saya raih selama 3 tahun, selang setahun mendapatkan gelar sarjana, saya lulus PNS sebagai guru penjaskes lingkup Kementrian Agama. Dengan hasil yang saya capai selama ini tidak membuat saya berpuas diri, karena kesuksesan terbesar seseorang tidak dapat diukur dengan satu pencapaian saja. Kesuksesan terbesar bagi saya adalah ketika kita bisa banyak berbuat hal yang bermanfaat untuk orang lain.

lalu ahyadi : Guru MA Hidayaturrahman NW,Kemenang KLU

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Salut pak.. ketabahan dan kegigihan yg patut dicontoh

13 Aug
Balas

Subhanallah. Menginspirasi sekali Pak Lalu. Semangat ya.

13 Aug
Balas

Terimakasih guru guru hebat,

15 Aug
Balas



search

New Post