Awalnya aku tak begitu memperhatikan kenapa banyak siswa yang suka duduk lesehan di lorong-lorong atau di hall. kukira mereka menunggu hujan reda dan terpaksa lesehan karena tempat duduk terbatas. Sehari, sampai beberapa hari hal tersebut kubiarkan. masih berpikir positif terhadap mereka. tetapi, akhir-akhir ini, mereka mulai merambah tangga, bahkan duduk bergerombol. Siapa pun akan merasa terganggu ketika tangga yang biasa dilewati menuju ruang guru dan kelas mereka kuasai juga. Selain harus berjalan di depan mereka, juga harus jalan menyibak kerumuman siswa. membuat tidak nyaman.

Hal tersebut terjadi sepanjang waktu, pagi saat siswa berangkat sekolah, siang saat istirahat, bahkan saat jam pulang sekolah mereka betah untuk lesehan. Kuperhatikan semua asik memegang gadget masing-masing. ketika aku tanya, mereka hanya tersenyum dan berkata, "membuka internet, Bu..."

Ternyata, bukan tugas yang dikerjakan oleh mereka. Tetapi mereka sibuk bermain game, chatting atau sekedar membuka medsos masing-masing. Di sekolahku ada beberapa spot yang sinyal internetnya bagus, termasuk hall dan tangga dekat ruang guru dan menuju ruang kelas. selebihnya sinyal lemah karena ruang kelasnya terpencar dengan jarak yang jauh.

Para pencari sinyal itu, mereka sibuk dengan dunianya sendiri. dimanapun berada, gadget adalah teman terbaik mereka. Terkadang aku harus berebut dengan siswa saat akan menggunakan LCD untuk pembelajaran karena kontak listrik dipenuhi oleh gadget yang dicharger. Dan parahnya lagi, mereka tidak langsung tanggap dengan kondisi itu, hingga aku harus mencabuti charger mereka.

Hanya bisa mengelus dada melihat keadaan tersebut. bagai buah simalakama, melarang membawa gadget atau memperbolehkan. Sementara banyak mapel yang memerlukannya sebagai media untuk pembelajaran . hanya berharap mereka tahu etika penggunaannya agar tidak menggangu yang lain.

Bergas, 12 Pebruari 2019