Tagur 1

PERPISAHAN

Dera tak mampu menahan derai air mata ketika Efan sempat berdebat dengan Bibi. Bibi berusaha untuk memisahkan Dera dengan Efan. Efan menyadari tentang hal itu bahwa dirinya tak pantas buat Dera. Bagaimana bisa keluarga Dera menyetujui hubungan Dera dengan Efaan. Setelah mengetahui perbedaan yang begitu jelas.

Dera mengusap air mata, ia menatap pada Paman yang masih duduk di ruang tamu menemani Efan.

“Pak Efan pamit pulang” sambil menyalami Paman.

“Dera, Efan mau pulang antarkan ke depan deh” Seru Paman sambil menatap Dera. Dera berjalan pelan menghampiri Efan, dan menggengam erat tangan Efan yang masih bergetar. Efan berusaha untuk menenagkan Dera

.”Kita coba jalan yang lain mudah mudahan Bibi bisa menyetujui hubungan kita” sambil mengusap air mata yang berderai di pipi Dera.

“Aku pamit pulang dulu ya” Ucap Efan sambil memandang Dera.

“Maafkan Bibi ku, ya” ucap Dera. Efan menggemgam erat tangan Dera,

“Assalamu’alaikum”

“Wa’alaikumussalam“ jawab Dera sambil melepaskan kepergian Efan dengan rasa pilu di dada, serasa bongkahan batu yang menghimpit dada.

Dera berlari ke kamar dan menghempaskan diri di atas kasur. Kasur yang telah usang di makan waktu. Kasur dan tempat tidur ini satu satunya peninggalan dari almarhum bapak Dera. Ah seandainya bapak masih ada tentu kejadiannya tidak akan seperti ini.batin Dera.

Mulai hari ini Bibi melarangku untuk bertemu dengan Efan. Malam kurasakan begitu melambat, hanya sepi ku rasa tanpa dirimu Efan. Hati yang merindu resah gelisah, aku tak berdaya. “Ah seandainya kakak ku tidak melahirkan tentu ibu masih di sini menemaniku