Lasmiyati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pentingnya Pembekalan Karakter pada Anak

Pentingnya Pembekalan Karakter pada Anak

Akhir-akhir ini kita sering dibuat miris dengan pemberitaan tentang kasus kekerasan yang dilakukan oleh anak sekolah dasar terhadap teman sebayanya. Bahkan yang sangat mengejutkan, kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh anak di bawah umur. Ada apa dengan anak-anak kita, mengapa bisa terjadi, siapa yang patut dipersalahkan?

“Mungkin jawabannya ada pada rumput yang bergoyang,” kata Ebiet G Ade.

Berita tentang rendahnya karakter anak, seolah merupakan hal yang tidak aneh lagi. Seorang anak yang bersuara keras di depan orangtua, sudah tidak dianggap sebagai kesalahan. Kebiasaan membantah orangtua dianggap wajar-wajar saja. Dengan dalih hak asasi dan kebebasan mengeluarkan pendapat. Sedangkan perilaku yang santun, justru dianggap sebagai keanehan dan berlebihan.

Keluarga adalah faktor penting dalam pendidikan seorang anak. Karakter seorang anak berasal dari keluarga. Karakter seorang anak terbentuk terutama pada saat anak berusia 3 hingga 10 tahun. Tugas orangtua untuk menentukan input seperti apa yang akan ditanamkan ke dalam pikirannya, sehingga bisa membentuk karakter anak yang berkualitas. Karakter adalah sesuatu yang dibiasakan, dibentuk, diarahkan, dan dibina seiring dengan berjalannya waktu dan semakin berkembangnya seorang anak.

Anak itu ibarat kanvas putih bersih. Bila diberi goresan hitam, ia akan menjadi hitam. Atau yang lebih tepat, anak itu ibarat lempung, akan jadi apa tergantung yang akan membentuknya. Akankah dibentuk menjadi keramik berharga, bata, atau tanah keras yang tak bernilai. Ini berkaitan dengan bagaimana cara yang harus dilakukan, agar anak didik dapat memilih, memilah, menjalankan, dan kemudian menjadikannya pegangan dalam kehidupannya.

Ada beberapa karakter yang harus ditanamkan dalam kehidupan anak-anak. Di antaranya: religi, jujur, santun, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, cinta damai, peduli sosial, dan tanggung jawab.

1. Nilai Agama/ Religi

Hal terpenting dalam perkembangan anak adalah penanaman nilai-nilai agama, bahkan sebaiknya mulai sejak masih di dalam kandungan. Pendidikan agama dapat berfungsi sebagai pengendali pada diri anak. Lingkungan keluarga harus bisa memberikan contoh perilaku yang baik kepada sang anak, begitu pun lingkungannya. Bila anak telah memiliki pondasi yang kuat dan terbiasa menjalankan kegiatannya sesuai dengan nilai-nilai agama, maka anak tersebut akan selalu menjalankan kehidupannya sesuai dengan nilai kebaikan, baik untuk dirinya maupun orang lain.

2. Jujur

Kejujuran merupakan modal dasar untuk dapat dipercaya. Pembiasaan bersikap jujur, harus mulai dari diri sendiri. Apabila anak telah dibekali kejujuran, terbiasa menjunjung dan melaksanakan dalam kesehariannya, maka anak tidak akan mau berbohong , dan ini merupakan modal awal untuk percaya diri.

3. Santun

Santun merupakan cermin keluhuran budi seseorang. Nilai-nilai akhlak tentang kesantunan mengikat hati, pikiran dan tindakan seseorang. Seorang yang telah memiliki keluhuran budi, dia akan jauh dari prasangka, fitnah, dan su’udzon. Apa yang dipikirkannya adalah selalu melakukan hal terpuji dan tidak merugikan dirinya maupun orang lain. Santun juga merupakan cara berperilaku, yang berhubungan dengan kesopanan, misalnya cara berbicara pada yang lebih tua, berperilaku di masyarakat dan lain-lain. OLeh karena itu, pembiasaan santun sejak dini akan menjadikan seorang anak bisa membawa diri di mana pun berada.

4. Toleransi

Rasa toleransi adalah kesadaran bahwa ada kehidupan di luar dirinya, dan orang lain berhak menikmati kehidupan mereka. Sikap ini sebaiknya telah diajarkan dan dibiasakan pada anak sejak dini. Harus ditekankan bahwa perbedaan bukanlah sesuatu yang buruk dan dilarang. Perbedaan merupakan sesuatu yang wajar dan manusiawi karena perbedaan pada akhirnya akan memunculkan kebenaran. Dengan memiliki toleransi, seseorang akan lebih mudah beradaptasi di mana pun dan bagaimana pun keadaannya.

5. Disiplin

Dengan disiplin berarti belajar untuk melakukan sesuatu secara kontinu, teratur, dan terarah. Bila kedisiplinan sudah tertanam sejak dini, maka sikap itu akan menjadi kebiasaan positif yang akan menciptakan situasi yang menyenangkan dalam menjalankan tugas dan kewajiban, karena sudah terbiasa melakukan sesuatu secara terarah dan teratur. Disiplin akan membentuk watak anak yang mandiri, menghargai waktu, dan bertanggung jawab terhadap dirinya.

6. Kerja Keras

Kerja keras harus dibiasakan dari kecil, agar anak memiliki semangat pantang menyerah dan selalu berusaha mewujudkan keinginannya. Anak akan memiliki semangat kompetitif. Selain itu, kemandirian anak akan terlatih sendiri saat anak mau bekerja keras. Dengan semangat kerja keras dan pantang menyerah, seorang anak akan menghargai dirinya sendiri juga menghargai orang lain.

7. Mandiri

Di dalam kemandirian terdapat unsur kematangan nilai. Unsur ini membawa perubahan yang mempengaruhi anak dalam menilai kehidupan, kearah yang lebih baik. Anak yang mandiri akan selalu mengoptimalkan dirinya untuk dapat menjadi lebih baik, agar tidak tergantung pada orang lain.

8. Cinta Damai

Karakter cinta damai dapat ditanamkan sejak balita dengan cara yang sesederhana mungkin, yang penting anak mulai dapat menghargai orang lain, pemaaf, tidak egois, dan tenang. Anak yang memiliki rasa cinta damai, kelak ke depannya mereka akan menjadi generasi yang rendah hati, memiliki solidaritas, dan bisa mencari solusi bila menghadapi konflik.

9. Kepedulian Sosial

Kepedulian sosial dan kebiasaan berbagi akan menjadikan anak memiliki empati, kepekaan hati, dan tenggang rasa. Ini sangat penting untuk perkembangan jiwanya, agar kelak anak tidak akan melakukan apapun yang merugikan orang lain, serta memiliki jiwa sosial yang tinggi untuk menolong sesama.

10. Tanggung Jawab

Memiliki tanggung jawab pun harus dilatih sejak dini, misalnya dimulai dari mengurus diri sendiri. Anak yang telah terbiasa melaksanakan tugas dan kewajibannya, kelak akan menjadi pribadi yang berdedikasi serta memiliki pengabdian yang tinggi pada lingkungannya. Dia akan menjadi orang yang selalu iklas, dinamis, kreatif, dan inovatif dalam berpikir dan bertindak.

Beberapa pendidikan karakter ini hendaknya dilakukan sejak usia dini, karena usia dini merupakan masa emas perkembangan, yang keberhasilannya sangat menentukan kualitas anak di masa dewasanya. Dalam masa emas ini, seluruh aspek perkembangannya memasuki tahap yang sangat peka. Artinya, jika tahap ini mampu dioptimalkan dengan memberikan berbagai stimulasi yang baik, maka perkembangan mental dan pikirannya juga akan baik.

Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting, karena dalam keluarga terdapat naluri asal mengenai kekalnya keturunan, sehingga upaya orangtua sangat diutamakan. Setiap manusia mempunyai dasar kecakapan dan keinginan untuk mendidik anak-anaknya dengan sempurna, menumbuhkan berlangsungnya budi pekerti, menanamkan benih batin dan jiwa anak, dan memberikan ilmu pengetahuan awal tentang lingkungan sosialnya.

Orangtua sebagai pendidik, harus berpegang kepada prinsip yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yakni, “Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.”

Orangtua adalah model dan contoh langsung bagi anaknya.Orangtua harus menjadi teladan dalam segala hal sehingga menjadi cermin bagi anak-anaknya. Anak akan belajar dan meniru apa yang dikatakan atau dikerjakan orangtuanya. Anak yang sering mendengar orangtuanya berkata buruk, mencaci maki, dan mencela akan sulit baginya untuk bertutur santun. Anak yang melihat orangtuanya pemarah, sulit untuk belajar sabar. Anak yang melihat orangtuanya bersikap keras, sulit untuk belajar kasih sayang. Demikian juga orangtua yang pemarah dan mudah terpancing emosinya, tidak akan membuat anak nyaman berada di dekatnya. Anak akan takut salah, takut bertanya, dan dengan sendirinya terhambat kreativitasnya dan tumbuh menjadi remaja yang tidak memiliki kepercayaan diri.

Orangtua harus bersikap simpati dan empati kepada anak, dengan memahami perasaan anak. Hal ini, bisa dilakukan dengan memahami pesan maupun tanda yang disampaikan oleh anak. Sebagai orangtua, tidak ada salahnya membuka komunikasi lebih dulu, dengan pertanyaan yang memperlihatkan kita simpati dan perhatian pada mereka. Sesibuk apa pun, orangtua harus menyediakan waktu untuk mengetahui perkembangan anaknya. Seperti mengawasi dengan siapa mereka bergaul, bagaimana perilakunya di luar rumah, tayangan apa yang sering ditontonnya, bagaimana prestasi belajarnya dan lain-lain.

Seorang anak akan merasa diperhatikan dan disayangi, bila orangtuanya dapat mendengar dan memberi perhatian terhadap segala macam permasalahan anak. Seperti memberi usul dan jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi, memberi kesempatan kepada anak untuk mengeluarkan pendapatnya, memberikan tugas sesuai kemampuan, dan berusaha memahami dari sudut pandang mereka, merupakan wujud kasih sayang dalam memberikan pendidikan untuk bisa bertanggung jawab atas semua perbuatannya.

Bila hal tersebut dapat dilakukan oleh orangtua, Insya Allah anak-anak kita akan menjadi manusia yang santun, berbudi, dan berkarakter mulya. Kelak, ketika tongkat estafet kita serahkan, mereka sudah menjadi pribadi yang tangguh dan berkarakter. Semoga...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post