Lis Laysda

Mengajar di SMP Negeri 1 Cililin Kabupaten Bandung Barat. Menulis merupakan media untuk berekspresi, berinteraksi, dan menjajal kemampuan diri. Gurusiana merupa...

Selengkapnya
Navigasi Web

Haruskah Berasa Asing di Rumah Sendiri?

Berasa Asing di Rumah Sendiri?.

Itulah yg terjadi! Nasib miris yang tengah menimpa Bahasa Sunda, bahasa ibu tanah Parahyangan.

Ada satu hal yang menggelitik ketika saya bertanya kepada salah seorang siswa yang duduk di kelas 7. Ketika saya bertanya apa yang dimaksud dengan bahasa ibu. Dengan gayanya yang polos dan rasa percaya diri yang tinggi dia menjawab bahwa bahasa ibu adalah bahasa yang diucapkan oleh seorang ibu. Sejenak saya tertegun atas responnya itu dan berpikir bahwa pasti tidak sedikit anak yang memiliki pemahaman seperti itu.

Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dipelajari oleh seseorang. Dan orangnya disebut penutur asli dari bahasa tersebut. Biasanya seorang anak belajar dasar-dasar bahasa pertama mereka dari keluarga mereka. (Wikipedia).

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat lingkungannya.

Bahasa ibu memiliki peran yang sangat penting dalam proses pendidikan dan proses belajar berikutnya karena menjadi dasar cara berpikir. Kepandaian berbahasa ibu yang kurang dapat membuat proses belajar bahasa lain menjadi sulit.

Saya menggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa ibu di rumah. Otomatis bahasa pertama yang diperoleh oleh anak kami - Ayra (atau yg biasa kami panggil "Ndew") adalah Bahasa Sunda. Tetapi seiring waktu berjalan kepandaian berbahasa Ndew berkembang tanpa kami sadari. Ndew memiliki kemampuan berbahasa yang belum kami ajarkan. Rupanya lingkunganlah yg membuat ndew memiliki kecakapan berbahasa lain. Saat ini Ndew menjadi "bilingual" (kerennyaa hehe....). Justru kamilah selaku orang tua yang tanpa sadar mengikuti "style" dia dalam berbahasa. Nano-nanolah bahasa kami jadinya haha... . Bukan hal yang asing bagi kami mendengar ungkapan-ungkapan Ndew menggelitik. "Ibu tolong tvnya ageungin!", "Ibu tolong karpetnya beberin, aku bade nonton" ato "Ayah kok buahnya belum asak sudah diala?" ato pernah di lain waktu Ndew juga berkata " Ibu aku mau ibak sendiri".

Malah di lain kesempatan Ndew juga berkata "Ibu, nak ke mane?", " Ayah coba tengok sini" dengan aksen melayu. Waaah....bahasa dari mana pula ini! Ternyata Upin Ipinlah "biang keroknya" hehe....

Jadi menurut hemat saya janganlah kita sungkan tuk melestarikan Bahasa Sunda sebagai bahasa ibu. Karena siapa lagi yg akan peduli (ngamumule) kalau bukan kita. Jangan sampai Bahasa Sunda terasing di rumah sendiri. Janganlah takut dibilang tidak "kekinian" karena berbahasa ibu dalam keseharian. Anak-anak kita tetap "anak zaman now" walaupun exist dalam berbahasa sunda.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap! Asing di rumah sendiri tidaklah! Sip, pelaku bahasa hebat! Lanjut! Inspiratif

10 Aug
Balas

Semoga. Itu harapan kita.

10 Aug
Balas

Keren Bu....! Kita merasa bangga kalau ada remaja zaman now, berbicara bahasa daerah dengan baik. Dan kagum terhadap keluarga yg bisa menerapkan hal seperti itu. Karena kadang byk keluarga tidak peduli terhadap bahasa anaknya sendiri.

22 Sep
Balas



search

New Post