Àlefiarni

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Impian seorang guru Bahasa Inggris bagian 7

Memasuki bulan ramadhan tahun kedua pandemi, novelku sudah memasuki tahap akhir. Aku begitu percaya diri bisa menyelesaikan karya pertamaku ini. Tulisanku mengalir deras tak terbendung. Walaupun kalau dilihat waktu dibulan ramadhan cukup banyak karna tidak harus kesekolah setiap hari, tapi rasanya sulit juga menentukan saat untuk beribadah, menulis, tugas di pesantren, dan tugas rumah tangga. Tapi walau tidah bisa maksimal, aku berusaha meluangkan waktu untuk menyelesaikan tulisanku.

Ketika suatu kali aku sedang asyik didepan laptop, merangkai bait demi bait cerita yang kutuangkan kedalam cerita novelku, aku dikejutkan oleh suara kakak tertuaku yang baru saja memasuki pintu rumah dengan nada kesal. Dari kalimatnya aku tau dia kesal karna beberapa kali menelpon. tapi aku tidak menjawab telponnya. Kesibukan membuatku tak begitu memperhatikan sekelilingku. Bahkan kadang aku sampai lupa dimana letak HP.

Setelah berbincang beberapa saat, aku jadi tahu, ternyata kakakku menelpon karna ingin mengkonfirmasi tentang rencana, memberi hadiah lebaran untuk guru ngaji di MDA di dekat rumahku. MDA yang terletak di depan masjid dekat lingkunganku itu memang dipimpin kakakku, atas permintaan pengurus masjid ketika dia baru saja pensiun sebagai guru SMP. Maka jadilah dia sebagai kepala MDA yang bertanggung jawab mengelola MDA tersebut.

Disinilah cikal bakal mimpiku sebagai seorang guru Bahasa Inggris bermula. Di saat perbincangan dengan kakakku, sempat terlontar sebuah kalimat yang terucap dari mulutku ketika beliau sedikit menggerutu dan bilang, " setiap hari menghabiskan waktu untuk menulis novel, mang itu novel bakal ada gak gunanya nanti?" Waktu itu aku menjawab, "siapa tau uni, kalau sudah selesai dan di cetak, bisa dijual dan menghasikan uang, sehingga bisa berbagi lebih banyak untuk guru MDA."

Aku memang selalu merasa miris melihat guru-guru MDA, yang paling banyak menerima honor sekitar Rp 700.000 setiap bulannya. Bahkan ada diantara mereka yang kurang dari itu. Bagaimana mungkin kita sebagai muslim menyerahkan masa depan generasi islam ke seorang yang hanya bergaji tidak sampai setengah dari UMR? Keprihatinan itu mengusik rasa keislamanku. Aku malu sebagai sebagai seorang yang mengaku pencinta rasullulah, dan mengharap syafaatnya kelak, tak mampu berbuat apa-apa untuk semua itu.

Saat itu aku mulai bicara sama Allah, "ya Allah, hanya Engkau yang tahu apa yang ada dihatiku, hanya Engkau yang tahu bahwa aku hanya mengharap ridhoMu. Andaikan engkau perkenankan novel ini bisa menghasilkan uang, aku ingin memberikan semuanya untuk kesejahteraan orang yang berjuang menegakkan agamamu ya Allah." BERSAMBUNG

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post