Cerita dibalik gelaran Lokakarya Penulisan Buku Kreatif Tahap II belum berakhir… he he. Ini cerita drama yang mungkin takkan pernah berhenti saya sesali jika saya tidak mengikuti kegiatan ini.

Saya mempunyai sahabat kecil masa SMP yang bisa disebut dialah sahabat terbaikku saat itu…selama di SMP tepatnya di SMPN Teluk Jambe Karawang kami bersahabat begitu erat, di OSIS, pengurus Perpustakaan, tukang melayani pembeli koperasi sekolah, plus teman bersaing untuk mendapatkan yang terbaik di sekolah dalam akademik, boleh dikatakan kami bagaikan lem dengan kertas sekali ditempelkan susah dilepaskan. Perbedaan ras, dan status sosial tidak mengahalangi persahabatan kami. Dewi namanya… sekian puluh tahun berpisah, tepatny sekitar 31 tahun kami berpisah. Setelah menggelar perpisahan kami berpisah dan tak pernah bertemu lagi. Sekian tahun saya mencari menghubungi teman-teman ataupun kerabatnya bahkan memposting poto kami waktu SMP di Fb siapa tahu ada yang melihat dan bisa memberikan kabar keberadaan sahabatku ini. Semuanya sia-sia dan waktu berlalu begitu saja.

Sehari sebelum keberangkatanku ke Jakarta, seorang teman mengabari keberadaanya dan Alhmdulillah kami bisa berkomunikasi lewat dunia maya dan dia berjanji akan mencari kesempatan untuk mampir ke hotel tempat aku menginap. Hari pertama dia memberi kabar ga bisa mampir karena kesibukan yang ga bisa ditinggalkan. Akhirnya Jumat sore dia memberi kabar insyaalloh mampir mungkin malam sepulang kerja. Terus terang aku deg degan melebihi seorang gadis yang janjian ketemuan sama sang kekasih. Rasanya waktu berpacu begitu lambat sampai waktu yang dijanjikan, sampai dia mengabari di jalan menuju hotel ini. Waktu itu jam telah menunjukan jam 20.30 WIB. Jantungku berdegup semakin kencang…. Sahabat kecilku…. “ La, urang di lobby.” Itu pesannya. Saya beranikan diri minta ijin ke mas Eko yang kebetulan saat itu lagi asik-asiknya bahas trik menulis. Setengah berlari…kalau bisa saya terbang deh biar cepet bisa kupeluk sahabatku ini. Langkahku terhenti, kutatap sosok wanita dengan rambut terurai, mengenakan baju putih dan bercelana panjang hitam duduk termangu di sudut lobby. Perasaanku semakin tidak karuan dan kakiku semakin berat melangkah… “ Wi,” panggilku ketika sampai di sofa tempat dia duduk. Dia mendongkak melihatku…. Ya Alloh sahabat kecilku berada di sini… di hadapanku. Saya memeluknya ingin kurasakan kembali rengkuhan tangan yang dulu senantiasa jadi dewa penolongku. Sekian tahun… kami berpisah…. Sekian tahun saya mencarinya, disini di 1O1 Dharmawangsa pencarianku telah berakhir.