POTRET WAJAHKU

Suasana siang yang begitu panas membuat keringat berkucuran di wajahku, riasan yang tadi rapi pasti sudah terhapus keringat ini. Sesekali kuseka wajahku dengan tisu sambil membetulkan posisi kerudungku yang sudah mulai tidak simetris. Iseng kubuka kamera di ponselku, kulihat wajahku yang semrawut penuh peluh menyisakan gurat kernyitan di sana.

Lama kupandang wajah letihku... ada desiran halus menghantam dinding sanubari. Aku tak muda lagi. Tanpa melalui pendidikan khusus titel kepala empat itu kini kusandang. Aku kembali terhenyak. Apa yang sudah kulakukan hingga saat ini? sudahkah aku menjadi manusia yang beruntung?

Kilas balik episode kehidupanku bergulir silih berganti melintas di benakku. Setengah usia kehidupan sudah kulalui tanpa ada sesuatu yang bisa kupersembahkan untuk ummat. Selama ini aku terlalu egois hanya memikirkan diri sendiri, memikirkan keluarga dan karirku tanpa pernah memberikan satu sisi saja di pikiranku untuk memikirkan orang lain, apa yang bisa kulakukan untuk manusia lain di sekelilingku agar aku bermanfaat bagi banyak orang.

Huuuffft... berat kuhela nafas ini. Belum terlambat! Aku masih punya waktu untuk berbenah. Satu tekadku bahwa aku adalah guru dan aku ingin mempersembahkan karyaku untuk membantu siswa siswaku dan juga teman teman guruku melalui buku literatur yang akan kubuat. Hari ini janji hatiku menguatkan tekad untuk mulai menulis kado pertamaku yang akan kupersembahkan kepada dunia pendidikan yang selama ini kugeluti.

Bayangan wajahku di kamera itu perlahan tersenyum, senyum penuh harapan. Aku merasa muda kembali.