Leni Cahya Pertiwi

Leni Cahya Pertiwi, S.Pd adalah seorang guru di MTs Lempur Kec. Gunung Raya, Kab. Kerinci, Jambi. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jangan Serobot Antreanku
Sumber : kisekii.com

Jangan Serobot Antreanku

Antre dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai berdiri berderet-deret ke belakang menunggu untuk mendapat giliran. Dicontohkan, membeli karcis, mengambil ransum, dan membeli bensin. Bentuk tidak baku dari antre adalah antri. Kadang kita keliru menganggap antri sebagai bentuk baku. 

Budaya antre di negeri tercinta yang terkenal dengan keramahan penduduknya ini mulai tertib. Tengoklah rapinya antrean saat  membayar belanjaan di kasir. Di bank pun jika akan berurusan dengan teller atau customer service, masing-masing nasabah telah memegang nomor antrean. Demikian pula di rumah sakit, pom bensin dan tempat layanan publik lainnya. 

Masyarakat kian memahami pentingnya menghargai hak orang lain. Mereka sadar, jika ingin dihargai, mereka juga harus bisa menghargai orang lain. Jika tak ingin haknya dirampas, jangan rampas hak orang. Namanya manusia, selalu ada yang tak sabaran, merasa dirinya hebat, lalu seenaknya menyerobot antrean.

Sebagian orang mungkin akan membiarkannya. Mencoba berprasangka baik, menganggap yang memotong antrean sedang dalam keadaan benar-benar kepepet. Namun tak sedikit yang tak terima diperlakukan demikian. Seperti yang saya alami saat mengantre BBM.

Ceritanya usai mengikuti tahsin Alquran di Lukmanul Hakim, saya bergegas pulang. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Sedapatnya saya ingin sampai sebelum Asar.

Melihat meteran bensin yang mulai kedap-kedip, saya membelokan motor ke POM bensin terdekat. Alhamdulillah antrean tidak begitu ramai. Dari dua lajur antrean saya memilih yang sebelah kanan. Di depan saya ada tiga orang yang antre. Lajur kiri ada empat pengantre. 

Petugas selesai mengisi BBM antrean terdepan. Motor di belakangnya bergerak maju. Saya bersiap maju menunggu pria antrean kedua di depan saya bergerak. Saat hendak ngegas seorang bapak-bapak yang membonceng perempuan_ yang saya yakini istrinya_ dan seorang anak lelaki usia sekitar delapan tahun memotong antrean tepat di depan saya. Untung motor belum saya gas.

Bapak-bapak yang berdiri di antrean kiri menunjuk si penyerobot, berisyarat agar saya maju dan memotong penyerobot. Saya hanya tersenyum. Saat petugas selesai, antrean kembali bergerak maju, lalu tiba-tiba kaki saya dilindas ban motor. Saya menoleh melihat pelakunya. Seorang lelaki berbadan gede menunggangi motor gede dengan tenangnya bergerak memepet saya. Tak tampak raut bersalah di wajahnya. Pandangan matanya garang.

Bapak yang tadi antre di sebelah saya kembali berisyarat menyuruh saya maju. Saat antrean bergerak, motor segera saya gas. Kini giliran si motor gede terpepet ke pembatas tempat pengisian BBM. Saya tersenyum pada bapak sebelah yang telah selesai mengisi BBM. 

Sayang ponsel dalam ransel, kalau tidak sudah saya fotoin si motor gede. Sempat mau saya ceramahin, tapi setelah ditimbang-timbang saya batalkan. Bukan apa-apa, berat saya paling hanya setengahnya. Salam santun.

 

 

Loged, 11022022

 

 

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post