Indonesia terkenal dengan sifat gotong royongnya yang kuat. Di kota-kota besar, mungkin rasa kebersamaan ini sudah mulai terkikis. Namun tidak di desa Lempur.

Seperti yang terjadi beberapa hari lalu di madrasah tempat saya mengajar. Masyarakat dengan kekuatan kekeluargaannya memulai tradisi 'Tegak Tiang' sebagai awal pembangunan dua ruang kelas baru.

Tradisi 'Tegak Tiang' adalah salah satu cara yang dilakukan masyarakat untuk membantu salah seorang warga desa yang akan mendirikan rumah. Masyarakat beramai-ramai membantu yang punya hajatan mendirikan tiang rumah yang terbuat dari kayu.

Khusus untuk madrasah yang kebetulan berada dibawah naungan yayasan milik adat, ada acara tambahan. Penggalangan dana untuk membantu penyelesaian pembangunan RKB. Jadilah hari itu diadakan acara 'lelang' secara terbuka.

Masyaraka dari berbagai lapisan berlomba-lomba memberikan donasi. Ada yang memberikan dalam bentuk uang tunai. Lainnya menyumbangkan semen, bata, dan seng.

Hingga acara lelang ditutup, panitia berhasil mengumpulkan tak kurang dari 250 sak semen, tiga ribu bata, puluhan kodi seng, uang tunai hampir 70 JT, dan uang yang masih berupa catatan, yang diperkirakan sekitar 20 jt.

Alhamdulillah, atas izin Allah, tanpa proposal yang urusannya njelimet, pihak madrasah dengan bantuan masyarakat setempat berhasil menegakkan tiang-tiang bangunan yang menjadi awal pembangunan RKB. Tiang ini nantinya, insya Allah akan melahirkan generasi dengan tiang agama yang kuat, aamiin.

Loged, 26012022

#Tantangan Gurusiana 365, hari 15