Lenny Nurcahaya Purba

Guru SDN 173100 Tarutung...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sapadan (Tantangan Gurusiana ke-3)

Sapadan (Tantangan Gurusiana ke-3)

Roka memandang rongsokan bus merah di sebuah bengkel saat dia membawa motor kesayangannya untuk diservice. Senyumnya mengembang dan hampir membuat wajahnya memerah. Sebuah kenangan menggelikan memori. Seorang gadis duduk bersebelahan dengannya. Roka merasa gembira. Perjalanan yang memakan waktu delapan jam, pasti tidak akan terasa. Bus pun berangkat dari terminal tempat tinggalnya. Setelah sepuluh menit keberangkatan tak seorangpun di antara mereka membuka percakapan. Roka memberanikan diri untuk perkenalan. Tetapi si gadis yang di sampingnya hanya duduk berpangku tangan sambil memejamkan mata. Roka merasakan suasana yang dingin. Roka tidak berani membangunkan si gadis hanya untuk berkenalan. Rasa gengsi sebagai laki-laki ganteng versi Mamanya menhalangi niatnya. Sesekali Roka melirik dan si gadis masih tetap menutup matanya. Karena perjalanan yang cukup jauh, setelah empat jam perjalanan bus berhenti di sebuah rumah makan. Semua penumpang turun untuk makan, buang air kecil atau sekedar meregangkan kaki. Gadis itu tetap duduk dan tidak membuka matanya. Roka ingin membanguunkannya tapi keberaniannya tidak sebesar hasrat hatinya. Roka turun sendiri untuk minum tes manis.

Setelah satu jam istrihat, semua penumpang dipanggil untuk masuk. Roka kembali ke bus dan kembali duduk. Roka terkejut mendapati si gadis sudah tidak ada. Belum berakhir rasa terkejutnya, suara merdu terdengar. “Permisi, Ito. Saya mau duduk,” pinta gadis itu. Roka berdiri dan mempersilahkan si gadis. “Mauliate, Ito”. Belum sempat dijawab, si gadis sudah berpangku tangan lagi dan memejamkan mata. Roka hanya bisa memandang dan menarik nafas dalam-dalam. Padahal Roka ingin sekali menayakan namanya, marganya, kampusnya. Suara musik dengan lagu-lagu yang melambungkan rasa, terdengar merdu. Roka semakin penasaran dengan gadis di dekatnya. Akan tetapi si gadis tidak juga membuka matanya. Sepanjang perjalanan Roka lebih banyak berpikir dan melirik. Roka sangat berharap si gadis membuka matanya.

Kernet menyampaikan ke semua penumpang, bahwa terminal sudah dekat. Dia mengingatkan setiap penumpang memperhatikan barang bawaanya. Si gadis pun membuka matanya. Dia melihat ke luar jendela. Dan bersiap mengambil tas ransel kecil di bawah kakinya. Kernet kembali menyuarakan bahwa mereka telah memasuki halaman terminal. Semua penumpang diminta kembali memeriksa barang bawaannya. Roka dan gadis itu pun bersiap untuk turun. Bus pun berhenti. Kernet mempersilahkan semua penumpang turun dan diminta untuk tidak berdesakan. Saat Roka berdiri, tanpa diduga si gadis mengulurkan tangannya. Menyebutkan nama dan marganya. Roka dengan gugup menyambut uluran tangan si gadis. Ternyata marga gadis marpadan dengan marganya. Dalam kekerabatan marga Batak, marpadan artinya sumpah yang diwariskan leluhur bahwa mereka bersaudara dan mengharamkan pernikahan(jatuh cinta) antara keturuan kedua belah pihak. Roka tersenyum kecut dan menggerutu sendiri. Delapan perjalanan hanya mendengar marganya sama dengan marga si gadis. Sapadan

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post