Lenti Yudarna

Lenti Yudarna, lahir disebuah desa kecil yang bernama Sungai Patai, kecamatan Sungayang, Kab. Tanah Datar pada tanggal 21 Oktober, 39 tahun yang lalu. Se...

Selengkapnya
Navigasi Web

Dia Besarkan Anaknya Dengan Lumpur Sawah

Kami para tetangga memanggilnya dengan panggilan Mbok Imah. Dia wanita super dengan badanya yang gembul, namun bukan penghalang baginya tetapi malah ia mampu melakukan segala hal sendiri. Ya sendiri, tanpa bantuan suami, orang tua dan saudara.

Seorang orang tua tunggal, setelah ia meminta cerai dari suaminya yang sering melakukan KDRT, tepat disaat anak pertamanya berusia 3 tahun dan anak keduanya masih berusia 8 bulan. Semenjak perceraian itu ia seorang ibu sekaligus ayah bagi anaknya yang masih kecil-kecil. Ia mengurus kedua anaknya hanya dengan kedua tangannya.

Disaat bayinya belum bisa ditinggal, ia mengerjakan apapun yang bisa mendatangkan uang halal, tentunya juga pekerjaan yang bisa ia bawa kerumah. Jika ada orang yang memintanya menjemurkan padi, maka ia akan menyanggupinya dan memikul karung padi 50 kg kerumahnya, menjemur dan kemudian mengantarnya ketempat penggilingan padi.

Jika malam hari atau sedang tidak ada yang membutuhkan tenaganya maka ia akan menyulam, kebetulan di tempat kami ada induk semang sulaman.

Saat si bungsu Mbok Imah, sudah berusia 1,5 tahun, Mboh Imah kembali kekegiatan awalnya, sebagai buruh tani, menanam dan menyiang padi di sawah orang. Mbok Imah membawa kedua anaknya di manapun sawah tempat ia bekerja. Ia akan berangkat lebih awal dari teman-temannya yang lain, karena jika sampai di sawah ia harus membuatkan dulu tempat berteduh untuk kedua anaknya di pematang sawah dengan alat dan bahan seadanya yang penting jika panas terik, anaknya tak kepanasan dan jika hujan anaknya tak kebasahan.

Kotor?. Pasti. Kedua anak Mbok Imah sudah terbiasa dengn kotor dan lumpur sawah, tanpa bisa dicegah Mbok Imah kadang kedua anaknya turun main kesawah.

Saat si sulung sudah harus masuk sekolah Mbok Imah bisa sedikit bernafas lega, setengah hari saja si bungsu harus main di lumpur sawah. Setelah pulang sekolah si sulung akan menjemputnya adiknya dan main berdua di rumah sampai ibu mereka pulang.

Malam hari Mbok Imah tetap menyulam untuk menambah penghasilannya atau sekedar berjaga-jaga jika tidak ada yang memanggilnya kerja di sawah esok hari.

Begitulah Mbok Imah membesarkan kedua anaknya penuh perjuangan dengan keringat yang menyatu dengan air dan lumpur sawah. Sekarang kedua anaknya sudah dewasa, bebannya sudah sedikit berkurang.

Mbok Imah, dialah sosok ibu tangguh, mau berjuang demi anaknya tanpa harus mengeluh. Mbok Imah, dialah sosok ibu pejuang yang sanggup melakukan apapun demi kelangsungan hidup dan masa depan anaknya. Mbok Imah, dialah sosok ibu yang sangat mencintai anak-anaknya , mencintai dengan caranya meskipun tanpa peluk dan kemanjaan pada anak-anaknya. Perjuangan adalah bukti cintanya yang teramat besar pada anak-anaknya.

Mbok Imah seorang wanita tulang punggung keluarga, ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya. Semoga keikhlasannya membesarkan titipan Alloh mampu memberatkan timbangan kebaikan untuknya kelak di akhirat dan mengantarkannya masuk ke syurga Alloh yang hakiki.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post