Leny Agustin

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PR ADIK

PR ADIK

Sore itu mendung cumulus mulai bertumpuk-tumpuk di langit utara. Angin semilir menerpa membawa udara dingin. Pertanda akan datang rintik-rintik bening dari langit. Seperti biasanya, aku baru saja pulang dari kerja. Rasa capek dan lelah menggelayut di raga. Aku segera memakir sepedaku di halaman dan melepas semua atribut perjalananku, helm, masker, sepatu, jaket dan sarung tangan. Ku buka pintu rumah, dan ….ternyata terkunci. Kuketuk-ketuk berulang kali belum juga dibuka.

“Dek..Adek…buka pintunya” teriakku sambil megetuk pintu berulang kali dengan kunci sepeda. “Apa dia tertidur” pikirku. Tak lama kemudian pintu terbuka dan akupun masuk sambil mengucapkan salam. Di balik pintu Si Adik sembunyi ingin mengagetkan aku. “Doorrr” teriaknya.

“Kok lama bukakan pintunya…, main komputer ya..” tanyaku menyelidik. Si Adik tidak menjawab, malah tertawa dan pergi berlalu meninggalkan aku yang melongok ruang kerja Si Ayah. Di tempat inilah, Adek sering main internet di komputer. Kami sebagai orang tua sudah sering menegur dan memperingatkan agar jangan keseringan main komputer. sudah banyak kasus yang membahayakan menimpa anak-anak yang main game online sampai lupa waktu, ada yang pembuluh darah di matanya pecah, mukanya kram, dan bahkan ada yang meninggal dunia. Namun Adek selalu mengambil kesempatan ketika kami tidak di rumah. Kebetulan ruangan itu kuncinya rusak. Tiap hari Adek selalu di rumah sendiri, ketika kami belum pulang dari kerja. Si Ayah biasanya pulang lebih dahulu dari aku. Namun ketika ayahnya ada kepentingan ke Jombang, Adek kembali sendiri. Kadang kami meminta kakek neneknya untuk melihatnya. Semenjak awal kelas 2 Adek sudah tidak mau lagi pulang ke rumah neneknya, ketika kami belum pulang. Adek bilang bahwa dia sudah besar, berani di rumah sendiri.

“Ayo cepat..lekas mandi…….sudah sore ini. Nanti keburu dingin” kataku. Dengan santai Adek menjawab “Enggeeehhh….Ma”. Kemudian dia pergi ke kamar mandi favoritnya di lantai atas. Kamar mandi yang dekat dengan ruang keluarga, dimana TV kesayangannya berada. Sebelum mandi TV dinyalakan dan dihadapkan ke kamar mandi. Lalu dia mengisi bak mandi plastiknya dengan air dari kran berselang. Kalau sudah begini, bisa sampai setengah jam lebih ritual mandinya.

“Deek….ayo lekas, kok belum selesai juga dari tadi. TVnya dimatikan !” teriakku dari bawah sambil melanjutkan membereskan rumah. Heemm…. capek juga, membuat mata ini semakin redup pingin dipejamkan. Kebetulan hari ini, Si Ayah ada kegiatan bulu tangkis di Jombang, sehingga aku sendiri yang bersih-bersih. Setelah selesai semua, akupun mandi dan sholat.

“Deek…ayo belajar, diganti bukunya….jangan lihat TV terus…..dari tadi TVnya nyala terus….” Aku kembali teriak biar kedengaran dari atas.

“Enggeh…Ma..” jawabnya sambil berlari turun menemuiku.

“Tapi….pensilku habis…..” sambungnya sambil memelukku.

“Makan dulu saja kalau gitu…nanti minta dibelikan ayah” jawabku sambil mengambilkan piringnya.

“Siap !” ujarnya. Dia pun menuju meja makan dan mengambil makanan, lalu menemui ayahnya yang baru saja pulang.

“Yah, nanti belikan pensil nggeh..” rajuknya.

“Sekalian pensil warna….sudah pada habis” sahutku dari dapur.

“Ya…nanti habis Isya’….nanti habis Maghrib ngaji dulu….sambil nunggu gerimis reda” kata Si Ayah menjelaskan.

Sementara itu, aku bermalas-malasan di sofa ruang tamu sambil merem melek menahan kantuk. Kata orang-orang tua tidak boleh tidur setelah Asar atau menjelang Maghrib. Suasana makin dingin oleh gerimis yang tidak kunjung berhenti hingga waktu Maghrib berlalu. Mataku makin berat dan tidak bisa aku tahan. Aku tertidur di sofa setelah sholat. Si Adek pun ikut terlelap di sebelahku. Sekejap aku terbangun ketika kakiku terasa gatal oleh gigitan nyamuk yang haus. “Lho….. kok ikut tidur. Ayo belajar” kataku mengagetkannya.

“Ndak punya pensil” rengeknya

“Sana bilang ayah untuk belikan, sekalian pensil warna atau krayon” perintahku padanya. Dia pun bangkit dan berlari ke ayahnya yang duduk di ruang tengah.

“Kan tadi ayah sudah bilang habis Isya’…ini masih gerimis” jawab ayahnya.

“Hemm…meh…disuruh mama, Yah !” katanya dengan keras karena sudah agak ngantuk.

“Itu Adek sudah mulai ngantuk…kalau nunggu habis Isya’..kelamaan…, lagian gerimisnya sudah agak reda” sahutku dari ruang tamu.

“Ya udah..ayo..” jawab ayahnya sambil beranjak dari tempat duduk dan berjalan ke luar rumah. “Horeee….” sorak Adek gembira. Mereka pun berangkat naik sepeda motor ke toko alat tulis.

Aku sudah terlelap kembali di sofa ketika tak lama kemudian mereka datang. Aku terbangun oleh ketukan pintu yang aku kunci tadi. Adek senang sekali dan berlari ke dalam mengambil tasnya. Saat aku akan beranjak ke dalam, tiba-tiba Adek bilang kalau punya PR.

“Dari tadi ndak bilang kalau punya PR…kebayakan mainnya. Ditanya ada PR atau tidak..bilang nggak ada…nggak ada terus” kataku dengan sedikit marah. “Sana sama ayahmu…mama udah ngantuk berat ini” sambungku. Mendengar kata-kata yang agak keras, apalagi dalam kondisi setengah ngantuk, Adek mulai sesenggukan sampai apa yang diucapkan tidak jelas ketika ayahnya menanyakan tentang PRnya. Sampai berulang kali ayahnya menanyakan tetap saja tidak mengerti apa yang diucapkan Adek.

“Makanya kalau siang…jangan main komputer terus…ini waktunya belajar…udah ngantuk dan ditanya PRnya mewek..” ujar ayahnya. Si Adek diam saja sambil sesenggukan di sofa. “Udah sana tidur…besok pagi-pagi dikerjakan” sambung ayahnya.

Malam makin menyelimuti, dan suasana dingin pun tidak dapat dikompromi. Diiringi rintik gerimis hujan, semua makhluk pun terlelap hingga fajar mulai ingin menampakkan diri. Alramku berdering nyaring membuatku terjaga. Apalagi suara qiro’ah dari speker masjid terdengar membelah kesunyian. Aktivitas hari ini akan dimulai lagi.

“Dek….bangun…ayo bangun. PRnya diselesaikan” perintahku pada Adek yang masih malas membuka matanya. “Aghh…enggeh Ma” jawabnya pendek. Tak lama kemudian dia bangun dan ke kamar mandi. Namun setelah itu, dia malah tiduran di sofa ruang tamu.

“Lho….katanya mau buat PR” kataku setengah teriak membuatnya kaget dan dia malah nangis lagi sesenggukan. Aku yang setiap pagi repot menyiapkan makanan di dapur menjadi agak marah melihat tingkahnya itu. Ketika ditanya PRnya apa, dia bilang dengan suara yang tidak jelas lagi. Kita jadi bingung mau bantu gimana, perintah PRnya saja tidak paham dan waktu pun semakin siang, keburu terlambat. Akhirnya aku suruh tulis di selembar kertas apa yang diperintahkan gurunya. Setelah selesai diserahkan kertas itu padaku dan kubaca “gwe hewan terus ditempelno nobuku”.

“Lha..yo..Dek…Dek…dari kemarin malam..ngomong yang jelas kan bisa lekas selesai…”kataku sambil kembali ke dapur membalik gorenganku. Pikiranku mencari cara bagaimana PR Adek bisa lekas diselesaikan. Biasanya dia browsing di internet mencari gambar. Kemarin malam dia ragu mengatakannya karena komputernya masih dipakai ayahnya menyelesaikan pekerjaan. Dengan waktu yang mendesak begini, tidak mungkin harus browsing dulu. Akhirnya aku ingat masih ada buku-buku bekas Adek waktu di RA. Aku menuju almari buku, dan dapat !... Ini banyak gambar hewan yang sederhana untuk ditiru. Apalagi putraku yang satu ini lumayan bagus kalau menggambar. Kemudian aku siapkan contoh gambar tadi dan juga kertas HVS putih di atas meja.

“Nih…lekas dikerjakan. Ambil pensil warnamu. Gorengan mama gosong itu “ kataku sambil berlari menuju dapur. Beberapa saat dia menggambar dan selesailah gambar kuda. Namun dia bilang bahwa disuruh gambar 2 hewan. Maka aku suruh gambar kodok yang tidak begitu rumit. Tepat pukul 06.00 WIB, gambarnya selesai dan diwarnai. Pekerjaanku di dapur pun selesai.

“Ayo lekas mandi dan sarapan, baru nanti gambarnya dipotong dan ditempel di buku” perintahku sambil menyiapkan nasi untuknya yang masih panas. Baru kemudian aku pun bergegas untuk mempersiapkan diri untuk berangkat setelah mandi dan sarapan. Seperti biasa, aku berangkat lebih dahulu. Sementara Ayah dan Adek berangkat bareng setelah semua keperluan sekolah Adek selesai. Alhamdulillah pagi ini aktivitas kami dimulai dengan lancar. Tugasku selesai dan PR Adek pun selesai.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Paparan yang luar biasa, Bund. Sukses selalu dan barakallah

10 Feb
Balas

Bahasanya santai. Sangat menikmati saat mrmbacanya. Salam kenal Salam literasi

10 Feb
Balas

Hebat Bu. Semangat menulis.

10 Feb
Balas

saya suka bacanya bu,...

10 Feb
Balas



search

New Post