LEONORA FITRI AGUSTINA HUTABARAT

Saya adalah Guru Matematika di SMPN 116 Jakarta. Mulai bertugas dari tahun 2006 hingga sekarang. Saya lahir di kota kecil di Selatan Jawa Tengah...di kota Cilac...

Selengkapnya
Navigasi Web
GURUKU, SAMUDERA KASIH DAN ILMU
Guruku, Samudera Kasih dan Ilmu

GURUKU, SAMUDERA KASIH DAN ILMU

“Kamu ditunjuk mengikuti lomba siswa teladan, mewakili SMP ini ya”, ujar ibu Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan di SMP-ku kala itu. Bagai kejatuhan durian runtuh sambil disambar petir....aku bingung harus merasa bagaimana. Bangga atau takut. Tak pernah kusangka sebelumnya aku mendapat kepercayaan sebesar ini dari sekolah. Aku yang merasa memiliki kemampuan biasa-biasa saja, tak punya piala apa-apa, kenapa bisa ditunjuk mengikuti lomba berkelas seperti itu.

“Kamu adalah murid pintar, berbakat, dan aktif di berbagai kegiatan sekolah. Ibu yakin kamu bisa membawa nama baik sekolah kita di ajang lomba ini,” ujarnya lagi dengan tatapan yang berhasil memompa kepercayaan diriku.

“Besok siang saat jam istirahat, kamu datang ke perpustakaan ya. Ibu akan pertemukan kamu dengan kakak kelas kamu yang dulu pernah ikut lomba ini juga. Jadi kamu bisa dapat gambaran bagaimana lomba itu akan dilaksanakan. Setelah itu, kita akan susun jadwal untuk beberapa persiapan dan latihan,” jelas beliau lagi dengan lembut.

Keesokan harinya, aku memenuhi janji untuk pertemuan dengan kakak kelas dan penyusunan program. Ada begitu banyak hal yang harus dipersiapkan, termasuk di dalamnya latihan soal pengetahuan umum, latihan wawancara, perencanaan membuat karya seni, dan latihan tari untuk uji bakat. Jadwal yang begitu padat, karena lomba akan dilaksanakan 2 minggu lagi. Setiap latihan akan dibimbing oleh guru yang kompeten di bidangnya, ada Guru Tari, Guru Bahasa Indonesia, dan Guru Keterampilan. Betapa beruntungnya aku, bisa mendapat kesempatan dibimbing oleh guru-guru profesional.

Keesokan harinya, pelatihan langsung dimulai. Sesuai kesepakatan, setiap hari sampai H-1 menjelang lomba, aku akan mengunjungi rumah guru-guru tersebut untuk latihan. Sepulang sekolah, aku berlatih menari di rumah Guru Tari, yang kebetulan berada tidak jauh dari sekolah. Aku diminta langsung membawa baju ganti supaya lebih nyaman untuk latihan. Dengan cekatan beliau langsung memeragakan tarian sesuai iringan yang sudah kupilih sebelumnya. Walaupun ia seorang pria, namun tubuhnya begitu lemah gemulai melakukan gerakan tarian itu. Ia memintaku untuk menirukan di belakangnya, gerakan demi gerakan harus sempurna. Jika tangan atau kakiku kurang pas, ia membetulkannya dengan penuh kesabaran. Walau dulu aku pernah mengikuti ekskul tari di bangku SD, namun karena lama tidak latihan tubuhku terasa kaku. Ternyata sinyal itu ditangkap jelas oleh guruku. Ia terus memberikan motivasi dan tidak pernah sama sekali mengeluarkan suara keras ataupun bentakan. Ia meyakinkanku bahwa ketika kita berusaha keras dan memiliki kepercayaan diri yang besar, maka semua impian bisa kita raih. Tarian tidak hanya sekedar gerakan tangan, kaki, atau badan, namun dibutuhkan juga hati yang jujur dan tulus dalam memaknai tarian tersebut. Pelajaran yang sangat berharga yang tak pernah kudapatkan dari pelajaran apapun di sekolah.

Sore harinya aku harus datang ke rumah seorang Guru Keterampilan yang akan membimbingku membuat sebuah karya seni. Karya seni yang kami sepakati adalah suatu lukisan mozaik bertemakan pemandangan alam. Aku diminta untuk membawa bahan-bahan yang akan digunakan. Saat itu guruku menyarankan untuk memanfaatkan bahan-bahan bekas yang murah dan mudah didapat. Guruku mengajarkan banyak hal teknik mozaik, mulai dari teknik membuat lem, memotong kaca dan plastik, mewarnai pasir, membuat sktesa, sampai merekatkan bahan-bahan tersebut ke bidang gambar. Ilmu baru yang begitu berharga. Setiap sore, selama seminggu, beliau terus membimbingku dengan penuh kasih dan kesabaran. Waktu yang seharusnya bisa ia gunakan untuk istirahat setelah seharian bekerja, ia relakan untuk menemani dan membimbingku mempersiapkan karya seni. Usia dan tenaga yang mulai menua tidak menghalanginya untuk berbagi ilmu dengan muridnya. Betapa mulianya dirimu.

Aku berjanji dalam hati, tak akan kusia-siakan bimbingan guru-guruku ini. Terlalu banyak ilmu yang sudah mereka bagikan, terlalu besar pengorbanan yang sudah mereka berikan. Tak mampu ku membalasnya, selain dengan tekadku untuk selalu membuat mereka bangga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Guru hebat, penulisnya juga hebat

04 Dec
Balas

Trims Bu Fitri...semoga kita semua bisa jadi guru yang hebat ya

04 Dec

Keren tulisannya ...

04 Dec
Balas

Trims Bu Erni

04 Dec



search

New Post