“Asiiiikkkk hujan lagi….” Seru seorang siswaku di dalam kelas. Spontan semua anak di kelas pun ikut bersorak gembira. Bersamaan dengan itu bel istirahat berbunyi, maka kuakhiri pembelajaran di kelas tersebut dengan salam penutup dan tak lupa berpesan: Jangan main hujan lho ya….!!!

“Siap Bu!” Begitu jawab anak-anak dengan penuh semangat dan hampir kompak.

Entah kenapa saya ragu dengan jawaban itu, apalagi diucapkan dengan ekspresi wajah yang mencurigakan. Begitu saya melangkah keluar, anak-anak langsung berhamburan keluar, bahkan ada yang langsung berlarian ke tengah lapangan, main hujan. Ada yang lari-larian di lapangan, main seluncuran di teras, main pancuran di talang air, ada juga yang ciprat-cipratan air. Betapa senangnya mereka main hujan, tidak peduli apa akibatnya nanti. Tambah senang lagi kalau sampai banjir, serasa dapat jackpot berenang gratis. Oleh karena itu, jika hujan lebat turun berjam-jam lamanya maka siswa akan segera dipulangkan lebih dini, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Di sisi lain, banyak orang yang khawatir jika hujan lebat mulai datang. Setiap saat memantau berita banjir di TV, memantau kondisi pintu-pintu air, dan mencari informasi tentang akses jalan yang tidak tergenang. Mereka langsung sibuk mengangkat perabot-perabot rumahnya, memindahkan kendaraan bermotornya ke tempat aman, pergi mengungsi, dsb. Itu juga pernah terjadi pada saya. Saya pernah mengungsi selama 1 minggu karena air di perumahan tak kunjung surut. Pengalaman buruk itu memotivasi saya untuk mencari tempat tinggal lain yang lebih aman.

Pengalaman banjir memang terkadang meninggalkan trauma, namun juga bisa memacu kita untuk lebih memperhatikan tata letak dan kondisi lingkungan tempat tinggal kita. Apakah ada di dataran rendah atau tinggi, apakah dekat daerah aliran sungai atau di pertemuan saluran-saluran air, apakah ada saluran air yang cukup, apakah saluran air selalu dalam keadaan bersih, dsb. Pembinaan dari pihak pemerintah terhadap masyarakat tentang kebersihan lingkungan dan pendirian tempat tinggal juga perlu dilaksanakan secara terus menerus untuk menciptakan kesadaran masyarakat tentang kawasan pemukiman yang aman dan nyaman. Dengan demikian, tidak akan ada lagi masyarakat yang menganggap banjir sebagai rutinitas tahunan namun melihat banjir sebagai suatu masalah yang harus diatasi secara bersama-sama.

Bagi saudara kita yang merayakan Imlek, hujan lebat berarti rezeki akan datang berlimpah. Konon katanya, hujan berarti Dewi Kwan Im sedang menyirami bunga Mei Hua, yang berarti turunnya pula keberkahan dari langit. Menurut Fengsui, hujan adalah simbol keberuntungan bagi kehidupan, karir, dan bisnis. Makin lebat hujannya, maka makin berlimpah juga rezeki yang akan datang. Mungkin bagi sebagian orang sekarang itu hanya tahayul, tapi tak sedikit juga orang yang masih meyakini hal itu. Tak lengkap rasanya jika hari raya Imlek datang tanpa kehadiran Sang Hujan.

Bagaimana dengan pendapatmu? Apakah hujan berarti musibah atau pembawa rezeki?

Bagi saya, apapun pemberian Tuhan Yang Kuasa adalah baik adanya. Mari belajar mensyukuri apapun pemberian-Nya, karena semuanya pasti ada hikmahnya. Selamat merayakan hari raya Imlek bagi saudara-saudaraku yang merayakan. Terlepas dari cuaca, hujan atau tidak, semoga tahun yang baru ini membawa sukacita dan rezeki bagi seluruh keluarga.

#TantanganGurusiana