Lili Arliza

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SESAL

SESAL

Bismillah ... Promo lagi 😊🙏🏽⚘

Raysa, perempuan cantik berlesung pipi dengan mata indah berbulu lentik. Sosok yang sempurna sebagai seorang istri, ibu, menantu dan wanita karir dengan jabatan cukup tinggi. Layanan paripurna selalu ia berikan untuk suami tercinta, mulai dari urusan mata, perut dan ranjang. Dialah Adithya Mahendradatta, pria tampan, keren, smart dan punya karir cemerlang di perusahaan yang membuat banyak orang berdecak kagum.

Raysa dan Adithya adalah pasangan bahagia, mesra dan romantis. Namun, bahtera rumahtangga mereka diuji dengan kehadiran seorang gadis yang punya ambisi tinggi untuk meraih cinta Adithya. Raysa, perempuan jelita berpenampilan elegan dengan khimar panjang ini bukanlah perempuan sembarangan. Ia pribadi yang taat, kuat, mandiri dan energik. Tuhan menjadi tempat ia melabuhkan jiwa di saat kemelut batinnya memberontak seiring tatapan pilu keempat buah hati yang belum begitu memahami apa yang sesungguhnya terjadi. Raysa harus mengatasi semua kejadian dalam hidupnya sendirian. Ia berusaha untuk tetap bisa tersenyum, bekerja dengan profesional dan anak-anak terurus dengan baik. Suatu hari, takdir mempertemukannya dengan Hanif Al Ghifari, pria tajir melintir dan alim. Kakak kelas berwajah ganteng yang tidak pernah putus berharap untuk meraih cinta seorang Raysa. Raysa Putri Mawarni.

Seiring berjalannya waktu, Adithya Mahendradatta merasa penyesalannya kian menggunung menyaksikan wanita yang sesungguhnya sangat ia cintai pergi meninggalkannya dan tak peduli lagi. Rasa bersalah pada anak-anak yang sangat dekat dengannya membuat rasa sesal itu makin menjadi. Juga rasa cemburu pada Hanif membuatnya merasa dunia sudah tidak ada gunanya lagi.

Next, bagaimana Raysa dan keempat buah hati menjalani hari-hari mereka? Akankah ada bahagia di depan sana?

⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘

SAAT RAPUH MENYAPAKU DALAM SEPI

POV Raysa

Hari-hari yang kulalui terasa begitu berat. Aku memutuskan untuk menemui Vania sebagai batas akhir usahaku dalam mempertahankan suamiku dan memintanya menjauhi Mas Adith.

"Kamu sudah mikir panjang untuk menjalin hubungan dengan suamiku?" tanyaku kala itu. Walau dengan sedikit ancaman, namun aku berhasil mengajaknya duduk semeja di salah satu cafe Living World. Gadis itu -oh entahlah apa dia masih gadis saat itu- menunduk. Diam seribu bahasa. Aku kesal. Kalau saja tidak mengingat nama baik, tentu sudah kucakar wajahnya yang innocent.

"Masa depanmu masih panjang. Jarak usia kalian hampir 18 tahun. Asal kau tahu, menikah itu bukan hanya soal urusan ranjang. Kau tak akan sanggup melayani suamiku. Semua kekurangan dan kelebihannya hanya aku yang tahu. Apa kau tidak takut suatu hari berada di posisiku saat ini? Aku mengenalnya 17 tahun lebih. Ini, kau belum setahun sudah mengaku cinta mati pada suamiku. Kau perempuan egois! Kalian sama-sama gila!"

"Mbak, tolong jangan menyudutkan saya seperti itu. Semua ini tidak akan terjadi, jika hanya saya saja yang tergila sama Mas Adith. Kenyataannya, Mas Adith juga mencintai saya ...."

Hmmm ... berani juga dia angkat suara. Aku tersenyum miring. Kumainkan sedotan plastik berbentuk liukan di dalam gelas berisi jus wortel di hadapanku.

"Kau yang menjebaknya. Ingat Vania. Aku tidak dendam padamu! Aku yakin Allah melihat semua ini. Kita tunggu saja tangan Allah bekerja. Dan saat itu, tak perlu kalian ucapkan kata penyesalan," ujarku masih dengan senyum sinis.

"Mbak tak perlu menyampaikan hal ini pada saya. Mbaknya saja yang tak pandai menjaga suami sampai suami Mbak mengejar saya. Lagipula saya tidak keberatan kok menjadi istri kedua. Mbaknya saja yang egois tidak mau berbagi!"

Aku terperanjat gadis licik itu berani mengataiku.

"Oh ya? Aku yang tak pandai menjaga suami atau kamunya yang kegatelan? Derajatmu lebih rendah dari seorang perempuan penjaja diri! Kalau kamu butuh lelaki untuk pemuasmu, bisa kucarikan 10 orang saat ini juga. Biar aku yang bayar!" Datar ekspresi wajahku mengeluarkan kata-kata itu.

Vania menghempaskan tangannya di atas meja. Wajahnya terbakar amarah. Ahh, kasihan sekali kamu, Mas. Perempuan yang kau kata lembut itu di hadapanku menunjukkan kelasnya.

"Cukup, Mbak! Jangan menghinaku lagi! Akan kuadukan perbuatanmu ini pada Mas Adith!"

"Oh, silakan! Aku akan memberikan lelaki kufur itu padamu dengan ikhlas. Tolong kau jaga! Karena bagaimanapun, dia adalah ayah dari anak-anakku. Tapi ingat! Jangan mengkhayal kau bisa mendekati anak-anakku!"

Perempuan muda itu mendengus. Meraih hand bag-nya dan tanpa permisi, ia bergegas meninggalkan aku dengan wajah merah padam. Aku tertawa perlahan. Entahlah, apa yang aku tertawakan. Aku pun tidak tahu. Mungkin aku tertawa melihat takdir mempermainkan hidupku setega ini.

Aku menyeruput jus wortel dan tersenyum lagi menyaksikan penampilan Vania yang lebih modis ketimbang saat ia ngekost di rumah ibu. Celana panjang denim dan blus branded lengan panjang pink dipadu sepatu runcing dengan hak tinggi dan rambut hitam sebahu yang tampak indah, membuat gadis itu cukup menarik hati.

Entah berapa banyak sudah Mas Adith mengeluarkan biaya untuk dirinya dan aku yakin, itu tidak gratis.

Mataku memerah, wajahku terasa hangat ... jijik dan merasa miris dengan sikap Mas Adith yang semakin jauh dari Tuhannya. Ampunilah Mas Adith ya Allah ....

⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘

Ok reader, untuk mengetahui kelanjutan ceritanya, yuk ikutan order. Kepoin di WA: 081365700839. InsyaAllah banyak hikmah yang bisa dipetik dari kisah ini. 🙂💓🙏🏽

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post