Lili Arliza

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Sesal Part1

Sesal Part1

# Sesal

 

🌹🌹🌹

Mataku nanar melihat seorang perempuan berjilbab lebar digandeng mesra oleh seorang pria karismatik dengan sedikit jenggot di bawah dagunya yang tersusun rapi. Sesekali mereka saling bicara dan melempar lirikan dengan senyum mesra yang membut dadaku seakan tersayat sembilu beracun. Sangat sakit luar biasa.

🌹🌹🌹

 

Part 1.

 

#LA

 

Adithya Mahendradatta, namaku. Aku terlahir dari keluarga yang berkecukupan. Sebagai anak lelaki satu-satunya dari tiga bersaudara, aku sudah tentu menjadi kesayangan ayah dan ibu. Aku juga termasuk tipe anak yang patuh pada kedua orangtua. Selama ini, keputusan dalam hidupku, selalu melibatkan persetujuan kedua orangtua. Namun untuk urusan hati, tak satu orangpun bisa memaksaku. 

 

Suatu hari, setelah aku menyelesaikan program magisterku, aku terlibat perseteruan dengan ayah karena ayah ingin menjodohkanku dengan seorang gadis yang masih ada hubungan keluarga dari pihak ayah. Menurut ayah, gadis itu sangat cocok untukku. Cantik, lembut dan smart. Padahal ayah tahu saat itu aku sudah punya kekasih hati sejak masih kuliah S-1. Bahkan perempuan yang kucintai pernah kubawa ke rumah untuk berkenalan dengan ayah dan ibu. Aku juga sudah cukup akrab dengan keluarganya. Keluarga yang sederhana tapi cukup agamis. Aku sudah berjanji pada Raysa, kekasihku, begitu menyelesaikan S-2, aku akan segera melamarnya. 

 

Karena sikap kerasku mempertahankan gadis yang aku cintai, akhirnya ayah mengalah. Ayah merestui hubungan kami dan kamipun menikah. Acara pernikahan kami berlangsung meriah. Aku sangat mencintai istriku. Raysa, perempuan yang kukenal saat masih studi S-1, kini bekerja sebagai PNS di kantor Pemeritah Daerah kota kelahiranku. Kebahagiaan pernikahanku bertambah lengkap dengan kehadiran buah cinta kami setahun kemudian, Arkhan. Dua tahun berikutnya lahir sikembar sepasang, Ardhan dan Ardhina. Dua tahun berikutnya lahir lagi sikecil, Arlen. Nikmat Tuhan yang manakah yang engkau dustakan? 

______

 

Raysa, perempuan ini menaklukkan hatiku dengan segala yang ada pada dirinya. Ia begitu sempurna di mataku. Meskipun wanita karir dan anak-anak masih kecil-kecil, tapi pelayanan paripurna selalu kuterima. Raysa sangat pandai mengatur waktu. Mulai urusan mata, perut, dan ranjang. Raysa senantiasa memberikan kejutan-kejutan dalam servisnya. Untuk urusan mata, Raysa selalu berpenampilan rapi dan wangi saat di rumah. Tidak hanya saat ke kantor saja ia bersolek, tapi untuk menyambutku, ia tak pernah lupa dengan penampilannya.  Untuk urusan perut, jangan ditanya lagi. Istriku ini walau awalnya tidak pandai memasak, tapi saat ini semua masakan bisa dikreasikannya, dan rasanya sangat nikmat di lidah. Tak jarang pula aku melihat Raysa membuka chanel youtube hanya sekedar untuk uji coba masakan yang belum ia pahami cara membuatnya. Ia selalu berusaha menyediakan makanan untukku dan anak-anak dengan olahan dari tangannya sendiri. Sesekali kami makan di luar sambil membawa anak-anak  melepas lelah seharian beraktivitas. Arkhan saat ini duduk di kelas 5 SD, Ardhan dan Ardhina duduk di kelas 3 SD dan si kecil Arlen duduk di kelas 1 SD. Saat anak-anak masih kecil, aku pernah meminta Raysa untuk resign karena aku kuatir ia kelelahan dengan segala aktivitas kantor dan urusan anak-anak. Tapi Raysa meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja dan itu ia buktikan sendiri. Saat bekerja, anak kami titipkan pada kedua orangtuaku disertai dengan ART. Awalnya kami ragu, tapi atas permintaan ibu, kami menyetujuinya. Alasan ibu, ia merasa sepi di rumah tidak ada teman. Tugas ibuku hanya mengawasi cucunya, selebihnya itu urusan ART. Kondisi seperti ini berlangsung saat anak-anak masih bayi hingga berusia 3 tahun, selanjutnya kami masukkan ke PAUD. Selain sebagai istri yang baik, Raysa juga merupakan menantu yang berbudi. Ia selalu memasakan makanan kesukaan orangtuaku, meski terkadang selalu mendapat balasan sikap tak acuh dari ayah. Terkadang aku merasa bersalah pada Raysa, karena saat di rumah aku sering mendapatinya menangis sendirian, aku tahu penyebabnya, pasti karena sikap ayah yang tak pernah ramah. Ayah memang lelaki dengan ego yang super. Orang lain selalu salah di matanya. Ibukupun tak mampu berbuat banyak jika ayah sudah bersuara. Itu juga merupakan salah satu alasan mengapa kedua kakak perempuanku jarang berkunjung karena tak tahan dengan sikap ayah. Mereka lebih senang menghindar daripada nanti kena omelan yang tak penting dari ayah. Tapi beda denganku,  saat aku protes dengan sikap ayah, Raysa selalu menjadi pengingatku, "Sudahlah, Mas. Nggak usah diambil hati."

 

Sehingga  meski kesal, hampir tiap hari kami mampir menjenguk ayah dan ibuku. Sementara, Ibu dan bapak mertuaku berdomisili di kota lain. Kami akan pulang ke kampung halaman Raysa bila anak-anak libur sekolah dan saat lebaran menjelang. 

Sementara untuk urusan ranjang, Raysa selalu membuatku mabuk kepayang dengan segala pesonanya. Beraneka bentuk lingerie menjadi pembangkit gairah malam-malam panjang yang kami lewati bersama. 

--------

Malam minggu itu, aku dan keluarga kecilku mampir ke rumah ayah dan ibu dengan buah tangan yang tidak sedikit. Saat sedang berbincang di ruang keluarga, seorang perempuan muda keluar dari arah dapur. Tersenyum ramah dan mengulurkan tangannya menjabat tangan kami satu persatu.

 

------

Bersambung...🌹🙏🏽

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post