Hidup adalah perjalanan. Ya, perjalanan hidup ini akan mudah dan menyenangkan jika kita mengarahkan perjalanan ini untuk kembali kepada Allah SWT. Betapa Allah telah banyak memberikan petunjuk jalan yang indah untuk kembali kepada-Nya. Maka, tidak ada alasan bagi kita untuk meratapi dan gelisah. Selalu mensyukuri dan menikmati setiap perjalanan sehingga hidup tidak terasa berat dan susah.

Berawal mengikuti pelatihan menulis MediaGuru di Yogyakarta pada tahun 2017, siapa sangka saya bisa menerbitkan sebuah buku. Ya, meski sebagai penulis pemula saat itu hanya mampu menuliskan memoar pribadi. Mengapa? Dengan deadline yang cukup singkat yaitu hanya seminggu, para peserta harus mampu menyelesaikan tulisannya. Mengapa semiggu? Karena kami ingin mengikuti kegiatan TNGP perdana para penulis MediaGuru di Gedung A Kemdikbud. Alhmadulillaah ... sebelum seminggu naskah sudah selesai dan saya kirimkan ke penerbit MediaGuru.

Setelah mengikuti TNGP pertama kali di Jakarta, Qodarullaah saya masuk sebagai tim editor MediaGuru. Tentu melalui proses panjang. Dengan bekal sebagai penulis soal ujian bahasa Inodonesia tingkat provinsi, saya memiliki sedikit ilmu tentang kebahasaan yang telah diajarkan oleh instruktru dari provinsi yaitu Bapak Immanuel Tri Suyoto. Namun, saya menyadari bahwa saya tetap harus banyak belajar. Di desk editor inilah saya diberi ujian selama dua minggu oleh Mas Eko, Pemred MediaGuru dengan mengedit naskah yang cukup mbulet dan memerlukan pikiran yang ekstra. Dengan sabar Mas Eko berserta Teh Nining waktu itu membimbing saya.

Setelah melalui uji coba editing beberapa naskah yang “syahdu” (memerlukan belaian setiap kata, hehee). Saya pun harus mengikuti pelatihan editor yang diselenggarakan oleh MediaGuru. Alhamdulillaah Allah memberikan jalan kemudahan kepada saya dalam mendapatkan ilmu. Setelah dinyatakan layak sebagai editor, baru saya dilepas dan diberi naskah untuk diedit.

Allah takdirkan saya menjadi salah satu tim editor di MediaGuru, yang bertugas berbagi ilmu dan membantu para penulis untuk mewujudkan bukunya. Saat kita membantu mereka (para penulis), Allah pertemukan dengan orang-orang yang begitu penuh kasih dan perhatian. Bahkan, terasa sudah menjadi keluarga yang begitu dekat dan terjalin persaudaraan yang erat. Padahal di antara kami tidak ada hubungan darah, tapi Allah melimpahkan sifat rahman dan rahim-Nya. Itulah hikmah berbagi dan bersilaturrahmi.

Sebagai guru kecil, saya tak pernah membayangkan apalagi terpikir bisa sampai ke Bumi Melayu Kepulauan Riau. Ya, menjadi editor di MediaGuru, Allah izinkan kaki saya menginjak di Bumi Melayu ini, bahkan tidak hanya sekali. Tiga kali sudah Allah menakdirkan saya mengunjungi melalui berbagai kegiatan yang digagas oleh Kepala Kemenag Kabupaten Bintan, Ayahanda Ermanzaruddin Usman berserta istri tercintanya, Bunda Armayati. Mereka berjuang bersama para tokoh penggerak di daerahnya menggelorakan kegiatan literasi melalui pelatihan menulis hinggga empat angkatan di Kepulauan Riau sejak tahun 2018. Angkatan pertama dan kedua di Tanjungpinang, angkatan ketiga di Batam, dan angkatan keempat di Kabupaten Bintan. Bahkan, pada tahun 2018 saat saya mengisi workshop menulis buku khusus pegawai dan guru Kemenag Tanjunginang, saya sempat berkunjung ke Singapura.

Keindahan alam Bumi Melayu Kepulauan Riau sangat memukau. Gurun pasir, telaga biru, Lagoy Bay, Pulau Penyengat, dan masih banyak tempat wisata yang memiliki nilai sejarah tersendiri. Apalagi perjalanan yang terasa lengkap karena harus ditempuh melalui jalur darat, udara, dan air. Namun, setiap perjalanan selalu memiliki makna. Selain bisa berbagi, juga disuguhi tempat-tempat indah yang begitu eksotis dan mampu melahirkan inspirasi.

Ya ... sekali lagi semua ini terjadi karena kehendak-Nya. Di setiap perjalanan selalu ada peristiwa. Tinggal bagaimana kita menyikapi dan mengambil hikmah setiap persitiwa yang dilalui. Selamat mengikuti perjalanan untuk kembali pulang menuju Allah SWT. Alhamdulillaah 'alaa kulli haal