Mengakui Negara Israel Pengkhianatan Terhadap Umat Islam
Pernyataan Presiden Prabowo yang membuka peluang pengakuan terhadap Israel jika Palestina diberikan kemerdekaan, telah memicu keprihatinan dan penolakan luas dari kalangan umat Islam. Pernyataan tersebut, meski dikemas dalam narasi diplomasi, sejatinya merupakan bentuk kompromi yang amat berbahaya dan potensial menjadi pengkhianatan terhadap perjuangan panjang bangsa Palestina dan umat Islam sedunia.
Ide “solusi dua negara” yang menjadi dasar dari pernyataan tersebut sejatinya bukan solusi murni dari umat Islam. Narasi ini adalah jebakan politik yang sejak lama diusung oleh Amerika Serikat dan Inggris demi melegitimasi eksistensi negara ilegal bernama Israel. Mengakui Palestina sekaligus mengakui Israel sama artinya dengan menerima logika penjajahan: bahwa tanah yang direbut dan dikotori dengan darah ribuan syuhada bisa dibagi rata dengan penjajahnya.
Apakah Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim terbesar di dunia benar-benar rela mencoreng sejarahnya sendiri hanya demi sebuah “batu loncatan diplomatik”? Apakah kita lupa akan perjuangan gigih rakyat Palestina yang telah berlangsung sejak 1948, sejak peristiwa Nakba, hingga Intifada, hingga Taufan Al-Aqsa? Apakah kita juga lupa bahwa tanah yang kini disebut Israel dulunya adalah bumi para nabi, dan ditaklukkan dengan penuh kehormatan oleh Khalifah Umar bin Khattab dan dibebaskan kembali oleh Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi dari cengkeraman pasukan salib?
Pernyataan bahwa ini adalah bagian dari strategi diplomatik untuk menekan Israel hanyalah harapan kosong. Bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) saja, dengan seluruh resolusinya, tidak pernah digubris oleh rezim zionis. Maka menjadi ilusi besar jika kita berpikir bahwa suara Indonesia akan diindahkan hanya karena menunjukkan sikap moderat. Justru, pernyataan ini bisa menjadi preseden buruk: Indonesia, negeri Muslim terbesar, membuka celah normalisasi dengan entitas penjajah. Jika ini terjadi, maka Palestina akan kehilangan salah satu benteng terakhir dukungan dunia Islam.
Benar, semua dari kita tentu ingin genosida di Gaza segera berhenti dan Palestina merdeka. Namun kemerdekaan tidak bisa dibayar dengan pengkhianatan terhadap darah para syuhada. Sejarah telah menunjukkan, bahwa Zionis Israel tidak pernah benar-benar berniat hidup berdampingan. Mereka selalu ingkar janji, terus memperluas permukiman ilegal, dan membantai rakyat sipil dengan brutal.
Satu-satunya solusi sejati bagi pembebasan Palestina bukanlah diplomasi atau pengakuan formal, tetapi jihad fi sabilillah yang dipimpin oleh kekuatan politik umat—Khilafah Islamiyah. Inilah warisan perjuangan Rasulullah ﷺ dan para khalifah setelahnya. Sebagaimana Rasul membebaskan Makkah, Umar membebaskan Al-Quds, dan Shalahuddin mengusir pasukan salib, maka pembebasan Palestina pun harus ditempuh dengan kekuatan umat yang terorganisir dan bertauhid, bukan dengan kompromi dan basa-basi politik.
Sudah saatnya umat Islam mencampakkan ilusi diplomasi dalam sistem kapitalisme global. Umat harus kembali memperjuangkan satu-satunya institusi politik yang mampu membela kehormatan Islam dan darah kaum Muslimin. Inilah sistem yang akan menolak tunduk pada tekanan barat, dan akan mengerahkan segenap kekuatannya untuk membebaskan bumi para nabi dari penjajahan.
Maka, menukar pengakuan kemerdekaan Palestina dengan pengakuan atas eksistensi Israel bukanlah solusi, tetapi pengkhianatan. Dan umat Islam tidak boleh tinggal diam.
Wallahua’lam Bish Showab
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar