Lilis julaeha

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Meraih Mimpi

Di wilayah pesisir pantai terdapat pemukiman yang penduduknya sejahtera. Di tempat tersebut hiduplah 2 orang sahabat yang merupakan remaja yatim piatu berumur kisaran 18 tahun. Si remaja pertama yang bernama Edward memiliki rambut berwarna kuning secerah matahari dengan mata biru bagaikan batu safir. Dia memiliki tinggi badan sekitar 175 cm mengenakan pakaian kemeja merah yang tidak dikancingkan dan celana jeans biru selutut. Dan untuk remaja kedua bernama Teach memiliki rambut dan mata yang berwarna hitam bagaikan malam tanpa bulan maupun bintang. Dia memiliki tinggi kisaran 176 cm dengan pakaian kaos hitam pendek dan celana jeans coklat pendek. Mereka berdua akan pergi melakukan pelayaran di lautan yang luas untuk mencari kebebasan dalam menjalani hidup.

"Oy Edward! Apakah kau sudah menyiapkan perbekalan untuk berlayar?" tanya Teach dengan agak bertiak. Terlihat dia sedang mengemas perbekalan untuk keperluannya dalam berlayar. "Sudah selesai. Kalau kamu?" jawab dan tanya Edward denan tenang. Dia terlihat sudah menyimpan perbekalan ke dalam gudang kapal mereka. Tak jauh dari tempat Edward menyimpan perbekalannya, Teach terlihat sedang memperhatikan sesuatu. "Kau sedang apa Teach?" tanya Edward yang kebingungan melihat Teach yang menurutnya sedang melamun itu. "Tidak, aku hanya sedang memperhatikan cuaca. Sepertinya dewa laut memberkati kita dengan hari yang cerah ini." jawab Teach sambil tersenyum. Mendengar jawaban Teach, Edward juga ikut tersenyum. "Ya, mungkin ini hari keberuntungan kita. Apakah kau siap untuk berlayar Teach?" tanya Edward dengan memastikan. "Tunggu apa lagi? Mari kita berangkat!" kedua sahabat tersebut berangkat ke lautan yang ganas.

Sudah beberapa jam mereka berlayar dari awal mula pemberangkatan. Terlihat awan hitam yang mendatangkan badai dari arah depan kapal mereka. "Apakah kita akan menghadi badai tersebut?" tanya Teach dengan senyuman yang menunjukan pasrah terhadap nasib yang mereka hadapi. "Tidak ada pilihan lain, bukan?" jawab Edward yang sama pasrahnya dengan Teach. "Baiklah. Bentangkan layar dan taikkan jangkar! Biarkan aku yang memegang kemudinya." intruksi dari Teach. Edward langsung melakukan sesuai intruksi dari Teach. Mereka menghadapi badai ganas tersebut selama berjam - jam, dan akhirnya mereka keluar dari badai yang ganas tersebut dengan selamat.

"Syukurlah kita selamat, ia kan Edwad?" tanya Teach dengan senyum kebahagiaan. "Hahahahaha.... Benar sekali Teach!" seru Edward dengan semangat. Mereka berdua mulai melakukan beres - beres karena barang - barang mereka berserakan akibat diterjang badai tadi. "Edward apakah kau bisa mencarikan pulau terdekat?" tanya Teach sambil mengemusikan kapal yang mereka tumpangi. "Baikah." setelah beberapa lama akhirnya Edward menemukan pulau. "Teach, ada pulau yang lumayan dekat di depan arah jam satu!" seru Edward dengan semangat. "Baiklah, kita berangkat!" dengan bantuan angin laut yang bertiup dengan kencang, tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai di pulau tersebut.

"Oy Teach apakah pulau ini aman?" tanya Edward dengan perasaan agak takut. Bagaimana tidak takut, banyak sekali berserakan tengkorak di pulau tersebut. "Kenapa? Apa kau takut, heh?" tanya Teach sambil senyum mengejek. "Siapa yang takut bego! Aku hanya berhati hati saja." elak Edward, padahal dalam hatinya dia sangat takut sekali. "Sama saja tolol." balas Teach dengan tampang datarnya. "Kau ngajak ribut hah?!!" balas balik Edward karena tidak tahan diejek terus. "Ayo siapa takut! Sini kau penakut tolol!" akhirnya terjadilah adegan saling jotos oleh keduanya. Setelah beberapa menit pertengkaran tersebut berhenti dengan keduanya yang sama - sama babak belur. "Sudahlah hah, daripada hah, kita melakukan hah, sesuatu yang tidak berguna hah, lebih baik kita istirahat." pendapat Teach yang berbicara sambil terengah - engah. "Baiklah." akhirnya mereka berdua tertidur dengan pulas.

Saat malam tiba mereka berdua terbangun karena merasakan lapar. "Edward mari kita berburu di pulau ini." karena merasa lapar akhirnya Edward mau tidak mau harus berburu di pulau tersebut. "Baiklah" jawab Edward dengan lesu, karena dia masih merasa takut untuk berburu di pulau tersebut. "Ini, pakailah sepatu berburu yang biasa aku pakai." Teach memberikan sepasang sepatu kepada Edward. "Untuk apa?" tanya Edward dengan terheran. "Agar kau tidak merasa takut lagi." jawab Teach yang merujuk pada ejekan untuk Edward. "Gak nyambung goblok!" teriak Edward karena marah dAku tinggal di sebuah desa yang indah tidak jauh dari keramaian .Aku anak bungsu dari tujuh bersaudara , Aku hidup dalam keluarga yang sederhana, ayahku seorang pensiunan ,ibuku seorang ibu rumah tangga

Kami dididik dalam keluaga yang ta`at beragama dan tegas, yang penuh dengan peraturan - peraturan .Kadang-kadang peraturan itu tidak bisa ku terima, ini tidak boleh -itu tidak boleh .walaupun peraturan itu sesuai dengan perintah agama ,mungkin juga karena waktu itu aku masih kecil yang tidak terlalu tau tentang peraturan.

Ayah menunyuruh kami memakai hijab bukan waktu keluar rumah saja . tapi , didalam rumahpun kami harus berhijab.

Pernah suatu ketika,aku pergi ikut kakak ke kepasar tanpa behijab.saat sampai kerumah ,ayahku menegurku dan marah-marah,padahal umurku saat itu baru 8 tahun,ejek terus oleh Teach. "Sudahlah, pakai saja." mereka berdua pun mrlakukan perburuan bersama untuk mendapatkan bahan makanan yang cukup untuk pelayaran mereka, karena bahan makanan yang mereka bawa telah hanyut dibawa badai yang mereka hadapi tadi.

Setelah beberapa jam mereka kembali lagi ke kapal mereka dengan membawa bahan makanan yang lumayan banyak untuk pelayaran mereka. "Edward kau bersihkan dulu buruan kita biarkan aku yang mencari kayu bakar, biar nanti kita masak bersama." daripada dia yang disuruh untuk mecari kayu bakar akhirnya Edward setuju melakukan perintah dari Teach. Setelah makan mereka pun beristirahat kembali untuk melakukan pelayar keesokan harinya.

"Edward bangun, mandi sana" karena Edward tidak bangun juga Teach akhirnya mengambil air dengan ember dan menyiramkannya kepada Edward. "Tolong! Banjir!' teriak Edward seperti orang kesetanan. "Makannya bangun goblok!" bentak Teach karena merasa kesal kepa Edward yang susah dibangunkan. "Baik , dasar cerewet." setelah mereka mandi dan sarapan akhirnya mereka melanjutkan kembali pelayaran mereka.Banjir!' teriak Edward seperti orang kesetanan. "Makannya bangun goblok!" bentak Teach karena merasa kesal kepa Edward yang susah dibangunkan. "Baik , dasar cerewet." setelah mereka mandi dan sarapan akhirnya mereka Di wilayah pesisir pantai terdapat pemukiman yang penduduknya sejahtera. Di tempat tersebut hiduplah 2 orang sahabat yang merupakan remaja yatim piatu berumur kisaran 18 tahun. Si remaja pertama yang bernama Edward memiliki rambut berwarna kuning secerah matahari dengan mata biru bagaikan batu safir. Dia memiliki tinggi badan sekitar 175 cm mengenakan pakaian kemeja merah yang tidak dikancingkan dan celana jeans biru selutut. Dan untuk remaja kedua bernama Teach memiliki rambut dan mata yang berwarna hitam bagaikan malam tanpa bulan maupun bintang. Dia memiliki tinggi kisaran 176 cm dengan pakaian kaos hitam pendek dan celana jeans coklat pendek. Mereka berdua akan pergi melakukan pelayaran di lautan yang luas untuk mencari kebebasan dalam menjalani hidup.

"Oy Edward! Apakah kau sudah menyiapkan perbekalan untuk berlayar?" tanya Teach dengan agak bertiak. Terlihat dia sedang mengemas perbekalan untuk keperluannya dalam berlayar. "Sudah selesai. Kalau kamu?" jawab dan tanya Edward denan tenang. Dia terlihat sudah menyimpan perbekalan ke dalam gudang kapal mereka. Tak jauh dari tempat Edward menyimpan perbekalannya, Teach terlihat sedang memperhatikan sesuatu. "Kau sedang apa Teach?" tanya Edward yang kebingungan melihat Teach yang menurutnya sedang melamun itu. "Tidak, aku hanya sedang memperhatikan cuaca. Sepertinya dewa laut memberkati kita dengan hari yang cerah ini." jawab Teach sambil tersenyum. Mendengar jawaban Teach, Edward juga ikut tersenyum. "Ya, mungkin ini hari keberuntungan kita. Apakah kau siap untuk berlayar Teach?" tanya Edward dengan memastikan. "Tunggu apa lagi? Mari kita berangkat!" kedua sahabat tersebut berangkat ke lautan yang ganas.

Sudah beberapa jam mereka berlayar dari awal mula pemberangkatan. Terlihat awan hitam yang mendatangkan badai dari arah depan kapal mereka. "Apakah kita akan menghadi badai tersebut?" tanya Teach dengan senyuman yang menunjukan pasrah terhadap nasib yang mereka hadapi. "Tidak ada pilihan lain, bukan?" jawab Edward yang sama pasrahnya dengan Teach. "Baiklah. Bentangkan layar dan taikkan jangkar! Biarkan aku yang memegang kemudinya." intruksi dari Teach. Edward langsung melakukan sesuai intruksi dari Teach. Mereka menghadapi badai ganas tersebut selama berjam - jam, dan akhirnya mereka keluar dari badai yang ganas tersebut dengan selamat.

"Syukurlah kita selamat, ia kan Edwad?" tanya Teach dengan senyum kebahagiaan. "Hahahahaha.... Benar sekali Teach!" seru Edward dengan semangat. Mereka berdua mulai melakukan beres - beres karena barang - barang mereka berserakan akibat diterjang badai tadi. "Edward apakah kau bisa mencarikan pulau terdekat?" tanya Teach sambil mengemusikan kapal yang mereka tumpangi. "Baikah." setelah beberapa lama akhirnya Edward menemukan pulau. "Teach, ada pulau yang lumayan dekat di depan arah jam satu!" seru Edward dengan semangat. "Baiklah, kita berangkat!" dengan bantuan angin laut yang bertiup dengan kencang, tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai di pulau tersebut.

"Oy Teach apakah pulau ini aman?" tanya Edward dengan perasaan agak takut. Bagaimana tidak takut, banyak sekali berserakan tengkorak di pulau tersebut. "Kenapa? Apa kau takut, heh?" tanya Teach sambil senyum mengejek. "Siapa yang takut bego! Aku hanya berhati hati saja." elak Edward, padahal dalam hatinya dia sangat takut sekali. "Sama saja tolol." balas Teach dengan tampang datarnya. "Kau ngajak ribut hah?!!" balas balik Edward karena tidak tahan diejek terus. "Ayo siapa takut! Sini kau penakut tolol!" akhirnya terjadilah adegan saling jotos oleh keduanya. Setelah beberapa menit pertengkaran tersebut berhenti dengan keduanya yang sama - sama babak belur. "Sudahlah hah, daripada hah, kita melakukan hah, sesuatu yang tidak berguna hah, lebih baik kita istirahat." pendapat Teach yang berbicara sambil terengah - engah. "Baiklah." akhirnya mereka berdua tertidur dengan pulas.

Saat malam tiba mereka berdua terbangun karena merasakan lapar. "Edward mari kita berburu di pulau ini." karena merasa lapar akhirnya Edward mau tidak mau harus berburu di pulau tersebut. "Baiklah" jawab Edward dengan lesu, karena dia masih merasa takut untuk berburu di pulau tersebut. "Ini, pakailah sepatu berburu yang biasa aku pakai." Teach memberikan sepasang sepatu kepada Edward. "Untuk apa?" tanya Edward dengan terheran. "Agar kau tidak merasa takut lagi." jawab Teach yang merujuk pada ejekan untuk Edward. "Gak nyambung goblok!" teriak Edward karena marah dAku tinggal di sebuah desa yang indah tidak jauh dari keramaian .Aku anak bungsu dari tujuh bersaudara , Aku hidup dalam keluarga yang sederhana, ayahku seorang pensiunan ,ibuku seorang ibu rumah tangga

Kami dididik dalam keluaga yang ta`at beragama dan tegas, yang penuh dengan peraturan - peraturan .Kadang-kadang peraturan itu tidak bisa ku terima, ini tidak boleh -itu tidak boleh .walaupun peraturan itu sesuai dengan perintah agama ,mungkin juga karena waktu itu aku masih kecil yang tidak terlalu tau tentang peraturan.

Ayah menunyuruh kami memakai hijab bukan waktu keluar rumah saja . tapi , didalam rumahpun kami harus berhijab.

Pernah suatu ketika,aku pergi ikut kakak ke kepasar tanpa behijab.saat sampai kerumah ,ayahku menegurku dan marah-marah,padahal umurku saat itu baru 8 tahun,ejek terus oleh Teach. "Sudahlah, pakai saja." mereka berdua pun mrlakukan perburuan bersama untuk mendapatkan bahan makanan yang cukup untuk pelayaran mereka, karena bahan makanan yang mereka bawa telah hanyut dibawa badai yang mereka hadapi tadi.

Setelah beberapa jam mereka kembali lagi ke kapal mereka dengan membawa bahan makanan yang lumayan banyak untuk pelayaran mereka. "Edward kau bersihkan dulu buruan kita biarkan aku yang mencari kayu bakar, biar nanti kita masak bersama." daripada dia yang disuruh untuk mecari kayu bakar akhirnya Edward setuju melakukan perintah dari Teach. Setelah makan mereka pun beristirahat kembali untuk melakukan pelayar keesokan harinya.

"Edward bangun, mandi sana" karena Edward tidak bangun juga Teach akhirnya mengambil air dengan ember dan menyiramkannya kepada Edward. "Tolong! Banjir!' teriak Edward seperti orang kesetanan. "Makannya bangun goblok!" bentak Teach karena merasa kesal kepa Edward yang susah dibangunkan. "Baik , dasar cerewet." setelah mereka mandi dan sarapan akhirnya mereka melanjutkan kembali pelayaran mereka.melanjutkan kembali pelayaran mereka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yang menarik. oh, ada yang terselip ya? Jangan lupa editingnya, Bunda Lilis! Salam literasi!

20 Jan
Balas

Maaf teman-teman ternyata tugas kelas editor buku terselip pada cerita ini. maaf yah nanti akan diedit. Maklum pakai hp.

20 Jan
Balas



search

New Post