Tak terasa usianya kini sudah mencapai 81 tahun.Sepertinya baru kemarin aku merasakan kuatnya tenaganya mencari lembaran uang buat anak-anaknya untuk sekolah .Aku merasa peristiwa itu belum sirna dari ingatanku.

Aku masih ingat waktuku kecil tak pernah jauh dari membantu orang tua.Pabrik gabah ,sawah,dan kebun tempat ternak ayam potong jadi rutinitas kami anak-anaknya membantunya.Sepertinya bermain seperti anak-anak seusiaku menjadi hal yang langka karena kami dibesarkan dari keluarga yang bukan pekerja kantoran yang setiap tanggal muda mendapat sejumlah uang.Bagi kami tanggal terasa tua semua .Kami harus terbiasa menyimpan keinginan untuk memiliki se suatu karena bagi orang tuaku sekolah yang utama.Bergaya seperti anak-anak zamanya tak ada dalam kamusnya.

Aku berpikir mungkin otaknya tak mungkin berhenti walau sedang tertidur.Jutaan rencana dirancangnya demi anak-anaknya.Demi masa depan anak-anaknya.

Walau bukan pekerja kantoran yang berdasi dan bersepatu mengkilap,tapi tetesan kiringatnya menghasilkan orang-orang yang pandai menghargai orang lain

Masih aku ingat pesannya bahwa janganlah menilai orang dari apa yang dipakainya dan yang dia punya tapi hargailah orang yang mampu memberikan kebahagiaan kepada orang lain.Hal ini dibuktikan dari pemberian restu kepada anak-anaknya dalam memilih pendamping hidupnya.Tak pernah ada seleksi ketat dari pangkat ,ekonomi,dan gelar dibelakang namanya. Baginya yang penting menghargai.Karena dengan menghargai pastinya anaknya akan dibuat nyaman dalam hidupnya.

Kini diusia senjanya hanya doa yang kami berikan .Semoga kelak nanti kami bisa bertemu dan berkumpul kembali di surga.

Maafkan aku yang hanya mampu meminta belum mampu memberinya.Maafkan aku sebagai anakmu yang belum mampu memberikan kebahagiaan.Tapi aku berjanji tak akan membuatmu berpikir keras lagi.Aku akan selalu membuatmu selalu tersenyum.