Lilis Lisnawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Terserah

Terserah

Aduh bingung campur pusing kalau ditanya dijawab "terserah"

Itulah jawaban tidak jelas bila ditanya "Mau berangkat jam berapa? "

Jawabnya "terserah"

"Mau makan apa hari ini? "

"Terserah"

"Kamu mau pakai baju apa? "

"Terserah"

Rentetan kata "terserah" bila ditanya mengguratkan bahwa yang ditanya sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Seolah kata itu sebagai simbol, pertanda, bahwa yang ditanya tak punya jawaban atau malas menjawab. Dan ujungnya mungkin si penanya bukan katagori orang yang masuk hitungan untuk jadi teman bicara.

Baiklah kita kembali dengan kata "terserah"

Minggu pagi yang cerah seperti biasa, Bu Diana siap-siap akan ke pasar. Biasa rutinitas setiap Minggunya, Bu Diana yang keseharianya mengejar kereta untuk ke tempat kerjanya akan menyiapkan hari Minggu untuk membeli bahan makanan untuk persediaan seminggu.

"De, mau sarapan apa? Ibu mau ke pasar? " Kata Bu Diana sambil membuka kamar anaknya yang kedua.

"Terserah" katanya malas.

"Terserah" kata Bu Diana

"Memang di pasar ada orang jualan " Terserah"jenis makanan apa itu terserah? "Katanya lagi.

" Mas mau nitip apa? Saya mau ke pasar? "Kata Bu Diana kepada suaminya yang sedang asyik mengelus motor kesayangannya.

" Terserah aja. Apa aja"ucapnya enteng.

"Waduh terserah lagi? Apa karena zaman sedang menunggu sangkakala sebagai tanda berakhirnya dunia jadi banyak sekali orang yang ga jelas kalau ditanya.

Coba bayangkan bila malaikat bertanya, " Surga atau neraka? Kita dengan entengnya menjawab " Terserah".

Tak terbayangkan pastinya ekspresi wajah malaikat...

Apa orang yang ditanya gak bisa jawab yang pasti? Apa yang ditanya malas jawab sehingga akhirnya yang keluar dari mulutnya hanya kata terserah?

Entahlah

Terlihat putri kecilnya masih terlena dengan sejuknya udara pagi yang mulai langka kita hirup. Akhir-akhir ini sepertinya karbondioksida merampas kesejukan udara, tak menyisakan sedikit kesejukan walau di pagi hari.

Hujan semalam yang mengguyur sedikit memberikan kesegaran di rongga dada. Kesejukannya memeluk erat setiap orang sehingga enggan bangun pagi.

Tapi hal itu tak berlaku bagi Bu Dian. Harinya tak mengenal libur. Biasa seorang ibu yang merangkap pekerja pastinya libur dan hari kerja tetap sama. Bangun pagi dan langsung On.

Baju dinasnya ada beberapa. Baju dinasnya di kantor akan berbeda jauh dengan baju dinasnya di rumah.

"Neng cantik, ayo bangun. Kita ke pasar yu? " bujuk Bu Diana sambil mencium rambut putri kecilnya.

"Malas ah. Beli apa aja dah buat makan. Terserah Mamah?

" Terserah? Bingung mau beli makan apa kalau semua yang ditanya jawab terserah? Baiklah kalau terserah. Jangan banyak protes kalau dijawab terserah. "

Motor merahnya dia lajukan ke arah berlawanan dengan pasar. Tujuanya hanya kios toko bunga langganannya.Niatnya akan membeli beberapa pohon untuk ditanam pengganti potnya yang menganggur karena banyak yng mati.

Dipilih dipilih akhirnya pilihanku jatuh kepada beberapa bunga yang harganya miring tapi memiliki khasiat bisa mengurangi polusi.

"Berapa mba? " kata Bu Diana sambil mengambil dompet mungilnya yang sembunyi di dalam tasnya.

"Terserah, kan kita langganan, " jawabnya enteng.

"Hah terserah? Apa ada mata uang bernilai TERSERAH?," kata Bu Diana sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post