Tanpa Kata-Kata
Tanpa Kata-Kata
Oleh Lilis Sumarni
Dinginya malam terasa menusuk-nusuk sampai ke puncak ubun-ubun. Ingin rasanya kupakai selimut tebal untuk membungkus ragaku. Malam itu terlihat Sinta sedang duduk di teras rumah. Duduk menyepi sendiri hanya bintang yang menemani. Kuberanikan diri menghampirinya, kemudian aku duduk disampingnya tanpa berkata-kata. Dia tidak menoleh atau menyapakku. “ Kenapa Sin, wajahmu pucat sekali kamu sakit?” Aku bertanya mengurai keheningan malam. Dia hanya mengangguk tak sepatah katapun yang terucap dari bibir indahna.
Malam semakin larut sunyi mencekam, kulihat Sinta berdiri dari tempat duduknya. Setelah memandang ke arahku kemudian dia berjalan menuju kamarnya. Perasaan iba mengantarkan langkah adikku sampai dibalik jendela. Aku berpikir mungkin Sinta sedang mempunyai masalah, maka kubiarkan dia masuk ke kamarnya. Ada perasaan aneh yang mengusik pikiranku. Akupun tidak tahu perasaan apa yang tiba-tiba datang menghantuiku.
Pagi-pagi sekali aku sudah bangun, seperti biasa aku mengerjakan aktivitas rutin layaknya seorang perempuan. Aku tidak berani membangunkan Sinta, biarkan adikku yang lucu ini istirahat di kamarnya. Semua pekerjaan sudah selesai aku siap-siap mau pergi bekerja. Tiba-tiba handphonku berdering “ Halau dengan siapa?” Tanyaku “ Iya betul ini dengan kakaknya” Aku menjawab dengan penuh heran. “ Apa, Shinta meninggal dalam kecelakaan ?
Tamat
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren Bund Pentigrafnya. Tapi, tidak boleh ada lebih satu kalimat langsung dalam satu paragraf. Maaf. Sukses selalu dan barakallahu fiik
siap terimaksih koreksinya
Serius...aku sampai merinding membacanya. Keren twistnya. Sukses selalu ya bu.
Merinding itu takut ya Neng, terimakasih kunjunganya aamiin yra
Ya Allah..... Merinding.... Sedih bacanya... Pentigraf yg keren sukses bu
Iya Neng sangat merinding terimakahis kunjunganya
MassyaAlllah, twistnya sedih banget bu..sukses selalu salam kenal
Sangat Pak kehilangan saudara dekat, salam